Pandemi Melahirkan Hobi Baru: Siapkan Anggaranmu!
Pandemi memang akhirnya melahirkan banyak kebiasaan baru, baik yang berhubungan dengan hal-hal esensial yang mesti dilakukan sehari-hari sampai hobi baru.
Hayo, siapa nih yang sekarang mendadak jadi chef, jadi gardener, sampai yang tiba-tiba punya hobi baru bersepeda?
Hal ini enggak salah kok, bagus malah. Pressure yang muncul karena kekhawatiran akibat pandemi memang butuh “disalurkan”. Lagi pula, kalau hobi baru itu ternyata membawa manfaat untuk diri kita dan orang-orang di sekitar kita, ya apa salahnya kan?
Hanya saja, hobi memang kadang membutuhkan biaya yang enggak sedikit juga. Misalnya yang mendadak jadi chef, ternyata juga mendadak butuh food processor, air fryer, mixer, oven, sampai butuh freezer baru. Begitu juga yang punya hobi baru bersepeda, mendadak butuh sepeda yang bagus, juga bicycle pants-nya, helmnya, pelindung lutut, dan printilan lainnya.
Nah loh. Ya bagus juga sih, tetapi hmmm … kadang jadi menjurus mengkhawatirkan kalau sudah mulai “menggerogoti” anggaran rutin.
Betul?
Lalu, apa yang harus kita lakukan, agar hobi baru ini tetap jalan tapi tanpa mengganggu bujet harian dan tabungan enggak jebol? Yuk, ikuti artikel ini sampai selesai.
Beberapa Cara Atur Anggaran untuk Hobi Baru
1. Siapkan anggaran khusus untuk hobi baru kamu
Penghasilan kamu kan sudah dibagi menjadi beberapa pos pengeluaran, yakni untuk kebutuhan hidup sehari-hari yang rutin, cicilan utang, investasi, dan sosial. Nah, sebisa mungkin jangan mengganggu uang yang sudah disiapkan untuk kebutuhan esensial tersebut untuk membiayai hobi baru kamu.
Buatlah pos pengeluaran tersendiri untuk hobi. Kamu bisa benar-benar memisahkannya dari yang lain, atau jika memang belum terlalu banyak, kamu bisa memasukkannya juga ke pos lifestyle, di mana semua “dosa” keuangan bersatu.
Hanya biayai hobi baru kamu dari pos pengeluaran baru ini. Jangan pernah ambil dari pos pengeluaran yang lain ya. Jika anggaran di pos pengeluaran hobi ini sudah habis, maka stop right there. Kamu bisa menunggu gajian berikutnya, ketika pos ini sudah kamu topup lagi.
2. Bergabung ke komunitas yang tepat
Selain bisa mendapatkan inspirasi dan tip-tip, bergabung bersama orang-orang yang memiliki hobi sama biasanya juga bisa untuk mendapatkan informasi di mana kamu bisa mendapatkan barang-barang penunjang hobi dengan harga yang lebih terjangkau. Kadang bahkan sesama anggota komunitas juga saling menjual barang-barang penunjang hobi ini.
Asyik kan, sambil ngobrol tentang hobi baru kamu, kamu bisa belajar banyak dari mereka plus ngelarisin jualan mereka. Jadi makin diterima deh di tengah komunitas mereka.
Punya teman-teman baru yang satu minat itu asyik banget!
3. No utang-utang club!
Sangat tidak disarankan untuk membiayai hobi dengan berutang. Apalagi ini hobi baru, yang mungkin saja kamu miliki karena terpengaruh oleh kondisi. Bisa jadi, nanti jika kondisinya berubah lagi, kamu mungkin tidak akan meneruskan hobi baru kamu ini.
Lagi pula, utang sebaiknya memang tidak dimanfaatkan untuk membiayai kesenangan. Sudah banyak kasus orang yang terlilit utang karena kurang bijak dalam menggunakannya lantaran dipakai untuk membiayai hal-hal yang enggak penting.
Utang boleh, tapi pastikan utangnya produktif, bukan utang konsumtif. So, kalau kamu mau berutang untuk hobi, tanyakan dulu pada diri sendiri; ini utang produktif atau konsumtif?
Hanya kamu sendiri yang bisa menjawabnya ya.
4. Keluarkan barang yang sudah tak terpakai
Prinsip hidup minimalis ini bisa kamu terapkan untuk mengendalikan biaya hobi baru.
Oke, kamu mungkin memang butuh beberapa barang baru untuk menunjang hobi ini, tetapi coba cek di sekitarmu. Adakah barang lain yang bisa “dikeluarkan”, sebelum kamu memasukkan barang baru ke dalam hidupmu? Mungkin ada barang-barang yang kamu beli untuk hobi lamamu dan sekarang sudah bosan atau nggak terpakai lagi?
Keluarkan barang yang sudah selama satu tahun tidak pernah tersentuh lagi. Kamu bisa menghibahkannya, atau mungkin bikin garage sale. Nah, yang terakhir ini lumayan juga kalau bisa laris. Jadi bisa menambah bujet untuk hobi baru kan?
5. Bisniskan hobimu
Meski masih terbilang sebagai hobi baru, tapi kalau didalami betul-betul enggak menutup kemungkinan untukmu bisa membisniskannya.
Misalnya saja, hobi baru berkebun tanaman organik. Selain kamu bisa panen sendiri, bisa juga hasilnya kamu jual ke tetangga kanan-kiri atau ke teman-temanmu.
Hasil bisnisnya bisa kamu pakai untuk membeli bibit tanaman baru, dan tentu saja, untuk membeli hal-hal lain yang bisa menunjang hobimu ini, sehingga hobimu pun bisa “membiayai dirinya sendiri”. Siapa tahu, malah jadi bisa menambah untuk anggaran kebutuhan hidup sehari-hari kan?
Nah, selamat menekuni hobi baru kamu ya! Semoga kamu enggak bosan dan membawa kebahagiaan untukmu dan orang-orang di sekitarmu.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Gaya Hidup Minimalis: Cocok untuk New Normal?
Ada banyak penyesuaian yang harus kita lakukan, baik selama ataupun setelah masa pandemi. Salah satu di antaranya adalah penyesuaian keuangan. Mengingat kondisi ekonomi yang mungkin tidak akan segera pulih dalam tempo yang sesingkat-singkatnya, sepertinya kita memang perlu punya kebiasaan dan gaya hidup baru–yang lebih baik pastinya. Pernah dengar tentang gaya hidup minimalis?
Pernahkah kamu membaca buku Fumio Sasaki, Goodbye, Things? Memang, orang Jepang terkenal akan gaya hidup minimalisnya. Sudah tahu tentang metode KonMari kan? Sebuah metode decluttering rumah yang diperkenalkan oleh Marie Kondo. Metode decluttering ini jadi ngehits di seantero dunia. Dan, kemudian disusul oleh Fumio Sasaki yang memperkenalkan dan membahas gaya hidup minimalis ini secara mendalam.
Baik buku The Life-Changing Magic of Tidying Up dan Goodbye, Things memiliki inti bahasan yang sama: bahwa sebenarnya untuk hidup itu, manusia hanya butuh sedikit barang saja.
Menarik? Sangat. Gaya hidup ini–enggak hanya akan memengaruhi segala segi psikologis kita dalam menjalani hidup–tetapi jelas, bakalan sangat memengaruhi keuangan kita. Karena dengan gaya hidup minimalis ini, kita jadi belajar untuk menghargai setiap value dari barang yang kita miliki dan uang yang sudah kita keluarkan.
So, buat kamu yang punya gaya hidup khilaf, ini beberapa hal “menyenangkan” tentang gaya hidup minimalis yang mungkin bisa mengubah mindsetmu selama ini.
5 Prinsip Gaya Hidup Minimalis
1. Rumah bukan museum
Banyak dari kita yang suka menyimpan dan menumpuk barang di rumah hanya karena nilai historisnya.
Coba sekarang kamu lihat di sekelilingmu. Apakah barang-barang yang kamu miliki sekarang benar-benar kamu pakai, ataukah kamu miliki hanya karena ada cerita di baliknya? Kelompokkan dalam grup terpisah, berapa banyak yang memang masih berfungsi, dan berapa banyak yang sekadar jadi barang kenangan?
Rumah jadi museum, akhirnya. Museum barang mantan? Aduh! Buat apa?
Fumio Sasaki sebenarnya menawarkan, zaman sekarang, simpanlah kenangan dan histori dalam bentuk digital. Foto, lalu simpan di laptop atau handphone. Kalau mau, ya posting saja di Instagram. Beri caption ceritanya sekalian. Ada banyak cara untuk menyimpan kenangan, tetapi bukan dalam bentuk barang.
Hanya simpan barang-barang yang kamu gunakan, berfungsi dengan baik, dan bermanfaat secara total. Selebihnya, singkirkan. Seperti misalnya:
- Barang yang tidak membangkitkan minat untuk memakainya
- Barang yang tidak memberikan kebahagiaan ketika dilihat
- Barang yang sudah setahun menganggur
- Barang yang dibeli hanya demi citra diri atau gengsi
- Barang yang bahkan kamu sendiri sudah lupa untuk apa dulu dibeli
- Barang yang menimbulkan “kebisingan” visual
- Barang yang mubazir
2. Bedakan kebutuhan dengan keinginan
Ini sesuai betul dengan prinsip pengelolaan keuangan, bahwa keinginan itu berbeda dengan kebutuhan.
Iphone seri terbaru sudah rilis; pengin atau butuh? Beli sepeda yang keren buat bike to work; pengin atau butuh? Food processor; pengin atau butuh? Robot vacuum cleaner; pengin atau butuh?
Kalau dalam pertimbangannya memang butuh, hidup akan lebih mudah dengan adanya barang tersebut, hidup akan berubah menjadi lebih baik jika ada barang tersebut, ya enggak apa dibeli.
Namun, jika dalam pertimbangan ternyata kamu menemukan alternatif solusi lain yang lebih baik tanpa harus membeli, berarti itu hanyalah keinginan. Berhenti sampai di situ, dan moveon.
3. Tidak perlu membeli karena murah, tidak perlu mengambil karena gratis
Manusia itu pada dasarnya punya sifat “nggak mau rugi”. Dari sinilah kemudian ada penawaran diskon ini itu, promo anu onoh. Pun juga penawaran “beli satu gratis satu”.
Nggak mau rugi deh. Kalau bisa punya dua barang untuk harga satu barang, ya mumpung. Harus banget dibeli, besok Senin harga naik soalnya.
Hal ini juga yang bikin hidup jadi lebih complicated. So, untuk bisa menjalani gaya hidup minimalis–demi hidup ke depannya yang lebih baik–ada baiknya, kamu ubah mindset ini.
Sekali lagi, ini adalah sifat dasar manusia, jadi siapa pun enggak akan bisa menghindar dari pemikiran ini. Tetapi, jika kita sadar sedang memikirkannya, maka saat itu pula sebenarnya kita diberi kesempatan untuk menghilangkannya juga.
4. Ruang kosong memberi efek tenang dan fokus
Tahu enggak sih, bahwa ruang yang kosong itu sebenarnya memberikan efek lega, tenang, dan fokus untuk kita sebagai penghuninya?
Demikian juga di rumah. Jika rumah punya lebih banyak ruangan kosong, kita akan jauh lebih leluasa bergerak. Ruang kosong untuk dinikmati, enggak harus diisi.
Jadi, Fumio Sasaki memberikan saran, untuk menjalani gaya hidup minimalis dengan baik, biarkan ruang yang “tidak terpakai” untuk tetap kosong.
5. Sewa yang bisa disewa
Salah seorang teman yang sudah beberapa tahun punya gaya hidup minimalis (meskipun dia baru sadar sekarang, bahwa gaya hidup yang dianutnya adalah gaya hidup minimalis), menjalani hidupnya dari persewaan ke persewaan.
Punya anak bayi, butuh boks bayi, sewa saja. Anak bayinya tumbuh, butuh stroller, sewa saja. Sekarang bayinya sudah bisa diajak jalan-jalan, sewa carseat saja. Kebetulan, jadi tuan rumah untuk menjamu arisan keluarga, semua perkakas dan alat–mulai dari tambahan kursi, peralatan makan, bahkan mangkuk saji hidangan–sewa saja. Dia juga enggak punya mobil, hanya punya sepeda motor. Kalau pas butuh mobil, ya sewa saja.
Dulu teman-temannya ini menganggapnya sebagai “orang pelit”–tentu saja, dilontarkan sembari bercanda–tetapi sekarang kami sadar, bahwa ia penganut gaya hidup minimalis.
Nah, bagaimana denganmu? Di masa new normal yang membutuhkan penyesuaian gaya hidup, mungkin gaya hidup minimalis ini cocok untuk kamu pertimbangkan.
Milikilah barang yang benar-benar kamu gunakan, singkirkan barang yang sudah tidak fungsional atau hanya bernilai historis saja. Dengan demikian, hidupmu akan lebih fokus, pengelolaan keuangan pun menjadi lebih baik, dan akhirnya akan memengaruhi setiap aspek hidup.
Tertarik?
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.