Produk Asuransi yang Harus Dimiliki untuk Setiap Stage of Life
Mengelola risiko itu adalah bagian dari perencanaan keuangan lo! Kok bisa? Iya, karena rata-rata risiko yang bisa terjadi dalam hidup selalu ada kaitannya dengan keuangan. Karena itu, ada baiknya kita mengenal berbagai produk asuransi yang sesuai.
Nggak percaya?
Coba kita lihat. Misalnya sakit, maka akan muncul risiko keuangan di situ. Kita harus membayar biaya perawatan dan obat, belum lagi kalau ternyata harus opname. Jelas bakalan ada biaya rawat inap. Misalnya kena bencana alam, juga akan muncul risiko keuangan ketika rumah atau isinya ada yang rusak. Apa lagi ya? Banyak kan?
Terus, siapa yang mau mengalami kerugian besar karena munculnya risiko-risiko tersebut? Pastinya kita nggak mau kan ya, tabungan terkuras, aset habis, bahkan terjerat utang karena dipakai untuk mengatasi dampak risiko-risiko itu?
Nah, salah satu cara untuk meminimalkan efek terjadinya risiko adalah dengan memiliki produk asuransi yang sesuai dan memadai.
Namun, kita enggak harus punya semua produk asuransi kok untuk bisa meminimalkan dampak risiko yang terjadi. Faktanya, kita bisa punya asuransi sesuai tahapan hidup kita, karena saat kita menginjak stage of life yang berbeda, maka risikonya juga akan berbeda. Contoh yang paling jelas, risiko yang bisa terjadi pada lajang akan berbeda dengan dengan yang bisa terjadi pada yang sudah menikah. So, kebutuhan akan perlindungannya juga akan berbeda.
Untuk lebih jelasnya, ikuti penjabaran berikut ini.
Kebutuhan Asuransi di Setiap Tahapan Hidup
Baru bekerja dan masih lajang
Si lajang biasanya baru saja menyelesaikan pendidikan dan siap untuk bekerja untuk mendapatkan penghasilan pertama. Biasanya masih entry level, dan baru saja lepas dari tanggungan orang tua, baru first step untuk menjadi mandiri. Kisaran penghasilan mungkin masih sekitar UMR.
So, perlindungan pertama yang dibutuhkan oleh si lajang adalah produk asuransi kesehatan. Ini penting supaya kalau sakit, kita enggak harus mengambil tabungan atau mencairkan investasi hanya untuk membayar pengobatan dan perawatan.
Preminya biasanya masih cukup rendah, karena usia yang masih muda dan fisik yang masih fit membuat tertanggung ini menjadi lebih rendah risiko. Umumnya, kalau si lajang bekerja di sebuah perusahaan, maka secara otomatis akan diikutkan dalam BPJS Kesehatan. Sebenarnya ini sudah sangat cukup, mengingat coverage BPJS Kesehatan cukup luas. Namun, jika memang ada kondisi tertentu, boleh saja menambah asuransi kesehatan swasta.
Sudah berkeluarga
Kalau sudah menikah, maka kebutuhan perlindungannya bisa jadi berubah. Pastinya, harus memilih produk asuransi yang manfaatnya lebih luas.
Pertama, tentu saja, masih akan butuh asuransi kesehatan. Tapi, enggak hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk seluruh keluarga: pasangan dan anak. Pastikan cakupan perlindungannya memadai. Paling basic memang punya BPJS Kesehatan. Tapi, jika ada kondisi lainnya, boleh saja menambah asuransi kesehatan swasta. Yang pasti, harus disesuaikan dengan kebutuhan.
Produk asuransi kedua yang harus dimiliki adalah asuransi jiwa, terutama bagi si pencari nafkah. Fungsinya, jika suatu kali si pencari nafkah tidak dapat mencari penghasilan lagi, maka asuransi akan dapat memberikan uang pertanggungan pada keluarga yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Karena itu, di sini fokusnya bukan lagi sekadar premi murah, tetapi apakah uang pertanggungannya memadai. Namun, tentu saja tetap harus memperhatikan kemampuan finansial kita sendiri.
Selain dua produk tersebut, ada baiknya melengkapi dengan beberapa asuransi yang berfungsi melindungi aset lain, sesuai kepemilikan. Misalnya asuransi mobil, asuransi rumah jika memang rumahnya ada di lokasi yang tinggi risiko, atau mungkin butuh juga asuransi perjalanan, jika memang sangat sering harus bepergian.
Masa pensiun
Sesudah pensiun apakah itu berarti kita bisa bebas dari risiko hidup? Enggak, justru ada risiko kesehatan yang semakin meningkat. Karena itu, penting bagi para pensiunan untuk tetap melanjutkan asuransi kesehatan yang sudah dimiliki sejak masih muda.
Jangan sampai terputus iurannya ya. Ada kemungkinan harga premi akan naik, tetapi pasti tidak akan sebanyak kalau kita baru punya asuransi saat usia sudah menjelang senja.
Nah, itu dia berbagai produk asuransi yang sebaiknya kita miliki seiring kita menapaki tahapan hidup, dari mulai masih lajang dan baru bekerja, sudah menikah dan punya anak, hingga nanti saatnya pensiun.
Bagaimana? Kamu sudah masuk ke tahapan hidup yang mana? Apakah kamu sudah punya produk asuransi yang sesuai, yang bisa memberimu perlindungan yang dibutuhkan? Jika belum, masih ada waktu untuk mulai mempertimbangkannya lo. Tak pernah ada kata terlambat untuk memproteksi diri kita sendiri dari segala macam risiko hidup yang bisa terjadi.
Yang pasti, punya asuransi itu harus sesuai dengan kebutuhan, kemampuan, dan kondisi. Jangan lupa untuk mempelajari polis asuransi dengan cermat, agar kamu tahu semua hak dan kewajibanmu.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Mengapa Banyak Orang Indonesia Belum Punya Asuransi?
Data OECD mengungkapkan, bahwa penetrasi asuransi di Indonesia di tahun 2019 hanyalah 1.7%. Penetrasi asuransi adalah rasio premi asuransi dibandingkan PDB. Sementara, Singapura bisa sampai 9%, dan Malaysia pun 4.5%.
Apa sih ini artinya?
Well, kalau diterjemahkan secara bebas, orang Indonesia males banget untuk beli dan punya asuransi.
Coba yuk, kita ikuti dulu video berikut ini.
Lalu, apa ya sebabnya orang Indonesia pada belum punya asuransi? Menelusur dari berbagai berita, dan setelah menelaahnya, bisa jadi dikarenakan sebab-sebab berikut ini.
Alasan Orang Indonesia Masih Belum Punya Asuransi
1. Dianggap bukan kebutuhan utama
Kita di Indonesia mengenal kebutuhan pokok hidup itu meliputi pangan, sandang, dan papan. Asuransi tidak termasuk di dalamnya, sehingga banyak orang yang belum memandangnya sebagai barang penting yang wajib diusahakan dan dimiliki.
Padahal, soal kesehatan itu bisa jadi sangat penting. Bayangkan, kalau kita tidak sehat, lalu bagaimana kita bisa bekerja untuk mencari penghasilan demi memenuhi ketiga kebutuhan pokok tersebut?
Begitu juga dengan asuransi jiwa, yang dapat memberikan santunan saat kita tak bisa lagi mencari penghasilan.
Sayangnya, hal ini masih banyak yang belum menyadari.
2. Asuransi memiliki citra negatif
Citra negatif yang menempel pada produk asuransi sedikit banyak karena pemberitaan kasus-kasus yang melibatkan beberapa perusahaan asuransi. Kasus-kasus seperti ini sudah cukup lama terjadi, nggak hanya baru-baru ini saja.
Hal ini tak pelak membuat kepercayaan masyarakat terhadap produk asuransi menjadi menurun. Hasilnya, semakin banyak yang anti dan enggak mau punya asuransi.
3. Kurang paham cara kerja asuransi
Citra negatif asuransi, selain berhubungan dengan kasus-kasus yang terjadi, juga terbentuk oleh masih belum pahamnya masyarakat umum di Indonesia mengenai cara kerja asuransi.
Misalnya saja, kenapa uang asuransi hangus dan tidak bisa dikembalikan jika tidak ada klaim? Karena itu, asuransi sering dianggap menipu.
Padahal dengan telah membeli asuransi, itu artinya kita telah membeli perlindungan. Kalau membeli barang—apa pun itu, sudah pasti uang tak akan kembali kan, mau barangnya dipakai atau tidak. Prinsip yang sama juga berlaku dalam asuransi.
Lalu, kapan “barang”-nya kita pakai? Tentu saja kalau kita mengalami sesuatu yang kemudian menimbulkan risiko keuangan terhadap hidup kita. Nah, saat itulah, kita bisa merasakan manfaat besarnya.
4. Prosedur sulit
Padahal ya enggak juga. Bahkan sekarang sudah ada asuransi yang bisa kamu beli polisnya secara online. Sebelumnya, kamu juga bisa membandingkan berbagai produk asuransi secara online dalam platform market aggregator, untuk bisa memastikan produk asuransi yang sesuai kebutuhan.
Untuk masalah klaim, jika semua sudah sesuai prosedur dan kesepakatan, juga tidak akan sulit. Apa saja yang bisa membuat klaim ditolak?
- Asuransi sudah tidak aktif, premi tidak dibayar
- Klaim tidak tercakup dalam klausul. Misalnya kita hanya memiliki asuransi kesehatan biasa, tetapi kita mengklaim yang termasuk penyakit kritis
- Pengajuannya melebihi waktu yang sudah ditentukan
- Dokumen pendukung tidak lengkap
- Masih dalam masa tunggu, atau waiting period
- Pemegang polis melanggar hukum
- Di luar daftar rekanan
Nah, sebagai pemegang polis asuransi, kamu memang harus tahu, kondisi-kondisi seperti apa yang bisa membuat klaim asuransi ditolak, juga apa saja syarat yang harus dipenuhi untuk mengajukan klaim ini. Penuhi semuanya dengan baik, sesuai klausul dalam polis serta kesepakatan. Dengan demikian, klaim pun tidak akan ditolak.
5. Merasa masih sehat dan produktif
Sebagian besar orang merasa dirinya sangat sehat dan masih dalam usia produktif, sehingga prioritas punya asuransi adalah nomor sekian. Ya, ini kurang lebih sama saja sih dengan poin pertama di atas. Toh, kebutuhan lain masih banyak yang lebih penting untuk dipenuhi terlebih dahulu.
Namun, tahukah kamu, bahwa semakin banyak usia kita, maka harga premi pun akan semakin tinggi? Ini berlaku baik untuk asuransi jiwa maupun asuransi kesehatan. Karenanya, banyak orang belum punya asuransi karena saat muda merasa masih sehat dan dapat bekerja dengan baik. Baru kemudian ketika usia terus berjalan, kita sudah sering sakit, mengajukan asuransi.
Tentu saja, proses polis disetujui akan lebih rumit, dan harga premi pun melambung, karena perusahaan asuransi sudah melihat bahwa kita memiliki risiko hidup yang lebih tinggi.
Karena itu, justru di masa muda dan produktif inilah, seseorang harusnya sudah mulai punya asuransi. Mulailah dari asuransi yang paling penting, yaitu asuransi kesehatan. BPJS Kesehatan, misalnya. Cek lagi apakah masih perlu menambah dengan asuransi swasta. Kemudian, bisa dilanjutkan dengan punya asuransi jiwa, terutama jika kamu adalah tulang punggung keluarga.
Mau belajar seluk-beluk asuransi lebih banyak, sebelum benar-benar membeli polisnya?
Yuk, belajar dengan mengikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu. Ada kelas khusus yang membahas asuransi juga loh! Segera cek, and save your seat!
Jangan lupa juga follow Instagram QM Financial untuk berbagai update kelas finansial online dan tip praktis lainnya.
Premi Asuransi Murah atau Mahal, 5 Faktor Ini yang Memengaruhinya
Premi asuransi murah atau yang mahal sih yang bagus? Pertanyaan ini sering muncul ketika kita berdiskusi soal keuangan.
Ya, asuransi memang memegang peranan penting dalam rencana keuangan kita yang sehat. Dalam Blueprint of Your Money, asuransi diibaratkan sebagai atap yang melindungi rumah keuangan kita. Tanpa adanya asuransi, ya kita akan harus siap menghadapi risiko yang lebih besar, yang bisa terjadi pada aset-aset yang kita miliki–termasuk diri kita sendiri.
Seiring dengan kemudahan teknologi, asuransi pun sekarang lebih mudah dimiliki. Jenisnya pun ada banyak, sesuai aset yang hendak dilindungi. Namun, tak sedikit orang yang terkejut tatkala mendapati bahwa premi asuransi yang akan dibeli ternyata butuh dana yang tak sedikit.
For your information, ada beberapa faktor yang dapat memengaruhi harga premi asuransi, sehingga membuat ada yang murah dan yang mahal. Nah, inilah yang harus kamu pahami juga sejak awal.
5 Faktor yang Memengaruhi Premi Asuransi Murah dan Mahal
1. Usia tertanggung
Mudahnya, jika usia tertanggung semakin muda saat membeli polis asuransi, maka besar kemungkinan harga preminya juga akan lebih murah. Ini terutama berlaku baik untuk asuransi jiwa maupun asuransi kesehatan.
Usia sangat berpengaruh pada risiko kesehatan yang bisa terjadi. Semakin muda usia seseorang, maka logikanya akan semakin kecil risiko ia akan mengalami sakit. Di beberapa perusahaan asuransi bahkan tak mensyaratkan tes kesehatan bagi calon tertanggung yang berusia 30 tahun, untuk bisa menjadi nasabah dan mendapatkan perlindungan.
Semakin bertambah usia, maka risiko kesehatan semakin besar. Dan ini artinya, semakin besar pula risiko yang dipindahkan pada perusahaan asuransi, sehingga premi asuransi murah tak bisa lagi didapatkan.
2. Riwayat kesehatan
Faktor kedua ini juga cukup mudah untuk dijelaskan secara logika. Jika kamu memiliki riwayat pernah (atau saat ini memiliki) sakit berat, atau secara garis keturunan pernah memiliki riwayat penyakit, maka premi asuransi akan lebih besar ketimbang mereka yang tak punya riwayat penyakit berat.
Sekali lagi, risikolah yang menjadi faktor penentu harga premi asuransi dalam hal ini.
Untuk mengetahuinya, perusahaan asuransi akan meminta kamu untuk melakukan tes kesehatan, serta memintamu untuk menjelaskan kondisi riwayat kesehatan–baik pribadi maupun dari keluarga–secara jujur.
Hal terkait kesehatan lainnya yang bisa menentukan premi asuransi murah atau mahal adalah apakah kamu seorang perokok aktif atau bukan.
Perusahaan asuransi umumnya berasumsi, bahwa seseorang yang aktif merokok akan memiliki risiko kesehatan yang lebih tinggi ketimbang mereka yang tidak. Jika (calon) tertanggung adalah perokok aktif, maka biasanya premi asuransi akan lebih mahal.
3. Jenis pekerjaan
Jenis pekerjaan juga menjadi faktor penentu premi asuransi murah atau mahal, karena jenis pekerjaan juga memberikan sumbangan besar kecilnya risiko akan terjadinya kematian ataupun gangguan kesehatan pada tertanggung.
Misalnya, jika kamu bekerja di sektor dengan risiko kecelakaan dan kematian tinggi–misalnya pilot atau awak maskapai penerbangan, tenaga konstruksi, pekerja di tambang, petugas pemadam kebakaran, dan sejenisnya–maka premi asuransi akan menjadi lebih mahal.
4. Nilai uang pertanggungan dan masa kontrak polis
Semakin besar uang pertanggungan yang kamu butuhkan, maka semakin mahal pula harga premi yang harus dibayarkan. Karenanya, bijaklah dalam mengenali kebutuhanmu, serta perhitungkan dengan tingkat inflasi yang ada. Nggak masalah sih, jika kamu memang menginginkan uang pertanggungan yang tinggi, asalkan tetap sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan.
Masa kontrak polis juga akan memengaruhi apakah premi asuransi murah atau mahal yang harus dibayarkan. Semakin lama perlindungan asuransi yang diperlukan, maka umumnya harga premi juga akan semakin mahal.
Dengan demikian, kamu memang perlu untuk menghitung, seberapa besar kebutuhanmu akan perlindungan ini bisa didapatkan. Misalnya, jika kamu hendak membeli asuransi jiwa, maka kamu bisa memperhitungkannya dari usia anak. Jika anak terkecil misalnya berusia 5 tahun, dengan perkiraan sudah dapat mandiri dalam usia 25 tahun, maka kamu perlu membeli asuransi jiwa dengan masa kontrak polis selama 20 tahun, maksimal.
5. Jenis asuransi
Jenis asuransi yang dipilih juga menentukan harga premi. Paling mudah adalah ketika kita hendak membeli polis asuransi jiwa. Ada term life insurance atau asuransi jiwa berjangka, ada pula asuransi whole life, dan masih ditambah dengan asuransi unit link yang merupakan paket fungsi proteksi dan investasi.
Jenis asuransi jiwa berjangka memiliki harga premi yang lebih murah ketimbang unit link. Mengapa? Karena unit link menuntut kita untuk membayar premi fungsi ganda, yaitu sebagai proteksi dan sebagai investasi. Hal yang sama juga terjadi jika kamu membayar premi untuk fungsi proteksi dan tabungan.
Nah, itu dia beberapa faktor yang memengaruhi harga premi asuransi, ada yang mahal dan ada yang murah.
Lebih lanjut, yuk, simak video berikut ini.
Sampai di sini masihkah kamu bingung? Jika iya, bergabung saja dengan kelas online finansial QM Financial untuk mengenal asuransi lebih mendalam, sehingga kamu bisa menyesuaikannya dengan kebutuhanmu.
Stay tuned juga di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.