Hometown Cha-Cha-Cha dan 3 Pelajaran Keuangan Terbesar di Dalamnya Sejauh Ini
Setelah heboh dengan Squid Game dan berbagai nilai hidup yang bisa diambil dari serial thriller survival tersebut, kini dunia per-drakor-an kembali diramaikan oleh serial yang lain. Berbeda genre, kali ini soal hidup dan hubungan antarmanusia dalam drama antara Yoon Hye Jin dan Hong Du Sik dalam Hometown Cha-Cha-Cha.
Siapa nih yang juga sudah nonton?
Seperti halnya Squid Game, ternyata ada banyak pelajaran—khususnya soal keuangan—yang bisa kita dapatkan dari Hometown Cha-Cha-Cha. Tapi kita sih enggak akan bahas semuanya, kita bahas saja yang paling penting. Ntar malah jadi review drakor dong.
Apa saja pelajarannya?
Mari kita lihat.
3 Pelajaran Keuangan Penting yang Bisa Diambil dari Hometown Cha-Cha-Cha
1. Ambillah keputusan keuangan saat kondisi waras
Dalam hidup, kita memang kadang dihadapkan dalam berbagai pilihan. Tak jarang pula, hal ini berkaitan dengan keuangan. Tentu hal ini bisa dilakukan dengan baik, ketika emosi kita juga stabil. Nah, masalahnya, kadang emosi—tanpa terasa—ikut terlibat dalam pengambilan keputusan tersebut.
Seperti Yoon Hye Jin dalam Hometown Cha-Cha-Cha. Kariernya yang cemerlang sebagai dokter gigi terancam karena masalah dengan atasannya. Dia lantas memutuskan untuk resign saat dirinya masih emosi. Bahkan lebih parah lagi, Yoon Hye Jin menumpahkan kekesalannya di media sosial. Ya, sudah pasti “tertangkap basah” deh dan akhirnya dianggap mencemarkan nama baik atasan. Akhirnya, bisa diduga sih, Yoon Hye Jin kesulitan mendapatkan pekerjaan kembali.
Yoon Hye Jin mendapatkan kesulitan karena dia memutuskan saat kondisinya “tak waras” alias sedang emosi tinggi, yang kemudian membawanya pada masalah keuangan. Tagihan berdatangan tanpa mampu dia bayar. Buat merintis usaha sendiri di Seoul pun, modalnya tak cukup.
Dalam hidup, kita juga sering mengalami kondisi mirip dengan Yoon Hye Jin. Sesuatu terjadi, membuat kita emosi, dan akhirnya gegabah mengambil keputusan.
Misalnya saja, ngelihat saham ABCD yang baru kita beli kemarin melonjak. Saking senangnya dapat untung, tanpa melakukan analisis lagi, kita langsung beli lagi. Akhirnya menyesal, ketika menjelang penutupan hari bursa, malah ARB alias auto reject bawah. Makin perih, karena uang yang dipakai buat nambah beli saham adalah uang cicilan motor.
Emosi di sini memang bisa berarti marah, sedih, bahkan gembira yang terlalu berlebihan. Kadang membuat kita bias dalam mengambil keputusan. Akhirnya, masalah pun muncul.
Hindari membuat berbagai keputusan saat sedang emosi. Tenangkan diri dulu, biarkan diri lebih waras, baru mempertimbangkan berbagai hal sebelum akhirnya mengambil keputusan.
2. Gaya hidup bisa menjebak kita
Sebagai “orang kota”, Yoon Hye Jin pastinya memiliki gaya hidup yang selayaknya dimiliki oleh orang kota. Self reward sering kali menjadi alasannya untuk mengeluarkan uang untuk hal-hal yang kurang berfaedah. Coba deh, lihat tingkahnya ketika membeli sepatu mahal sebagai “hadiah” resign. Nontonnya saja sudah jengkel rasanya. Iya nggak sih?
Sudah resign, nggak punya duit, eh … malah tukang paket bolak-balik datang. Hadehhh …
Gaya hidup membuat Yoon Hye Jin gengsi dalam kisah Hometown Cha-Cha-Cha. Meski butuh uang, dia menolak peluang kerja dari membersihkan isi perut cumi-cumi. Menurutnya, dia adalah tenaga kerja elite. Padahal ya, kondisinya sama saja: butuh uang.
Akhirnya, meskipun niatnya tulus, masyarakat Gongjin tetap saja berburuk sangka padanya, karena gayanya yang dianggap sok. Untungnya sih, Yoon Hye Jin segera menyadari kesalahannya, juga karena bantuan Kepala Hong sih.
Nggak salah kok, kalau kita mau menikmati hasil jerih payah kita. Seperti yang dibilang Du Sik soal kalung yang dibeli Yoon Hye Jin. Hanya saja, memang perlu diberi batasan. Kalau di QM Financial, kita mengenalnya sebagai pos lifestyle, yang idealnya besarnya tidak boleh lebih dari 10% penghasilan rutin kita.
3. Miliki lebih dari satu income
Kalau kita perhatikan, kebanyakan orang memang merasa cukup dengan memiliki satu mata pencaharian saja. Seperti kebanyakan warga Gongjin di Hometown Cha-Cha-Cha. Namun, ada yang menarik dari salah satunya.
Ya, si Ibu Yeo Hwa Jeong, yang selain punya resto seafood juga menyewakan properti. Dari beliau, kita belajar pentingnya memiliki penghasilan aktif—bisa dari bekerja kantoran atau punya bisnis seperti resto seafood—dan penghasilan pasif dari aset aktif. Dengan demikian, kita memiliki keamanan finansial yang lebih baik, karena tak tergantung pada satu pintu pemasukan saja.
Kalau dilihat-lihat, Hong Du Sik juga punya banyak pintu penghasilan. Bahkan, dia punya banyak sertifikat untuk pekerjaan paruh waktu yang telah dilakukannya. Bikin Yoon Hye Jin keheranan setengah mati.
Kita juga bisa loh, punya lebih dari satu stream income. Misalnya, selain kerja kantoran, kita bisa mengerjakan side hustle di luar jam kerja kita. Atau, bisa juga sambil berdagang. Pilih dari berbagai peluang yang tidak mengganggu pekerjaan utamamu ya.
Nah, banyak kan, pelajaran yang bisa kita dapatkan dari Hometown Cha-Cha-Cha? Sementara episode-episode baru masih bisa terus dinantikan, tak ada salahnya juga nonton dari awal lagi, untuk melihat kembali. Mungkin masih ada pelajaran keuangan lain yang tertinggal.
Kamu sendiri menemukan hal menarik apa dalam Hometown Cha-Cha-Cha, selain uwuwunya Kim Seon-ho?
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Squid Game dan Pelajaran Keuangan Terpenting yang Bisa Kita Petik
Dunia digegerkan dengan miniseries asal Korea yang tayang di Netflix saat ini. Yes, Squid Game. Sebuah drama Korea genre survival thriller yang menyuguhkan cerita sisi gelap manusia tetapi dengan sangat menarik.
Di samping cerita permainannya sendiri, ternyata banyak pelajaran penting—lebih khusus lagi tentang keuangan—yang dapat kita petik dari serial ini loh.
Apa saja? Ini dia.
Pelajaran Keuangan dari Squid Game
1. Asuransi itu penting
Mari jujur saja. Masih banyak di antara kita yang masih menaruh asuransi bukan pada prioritas utama. Seperti halnya dalam Squid Game, ibu Gi Hun yang mendesak untuk pulang karena nggak punya uang lagi untuk membayar tagihan rumah sakit, padahal beliau mengidap diabetes. Gi Hun mengatakan, bahwa asuransi dapat meng-cover biaya itu, tetapi kemudian diingatkan bahwa ia tidak dapat membayar premi secara teratur.
So, dari sini kita belajar, bahwa asuransi itu penting artinya, terutama sebagai jaminan akan munculnya risiko keuangan bisa terjadi sewaktu-waktu. Asuransi bukan hal yang akan memberatkan keuangan kita. Sebaliknya, asuransi justru dapat menjamin masa depan kita. Betul?
2. Don’t put eggs in one basket
Di salah satu scene Squid Game, Sang Woo, teman Gi Hun, mengatakan, “Don’t put your eggs in one basket”. Hmmm, pasti familier banget kan dengan pepatah bijak investasi ini? Ini juga terjadi pada kita.
Zaman sekarang, orang dapat berinvestasi di berbagai instrumen. Ada potensi keuntungan, tetapi kita juga harus memahami risikonya. High risk, high return.
Ketika kita mengambil instrumen yang terlalu tinggi, maka risiko juga akan sangat tinggi. Bahkan bisa jadi modal kita ikut hilang. Namun, jika hanya mengandalkan investasi risiko rendah, bisa jadi tujuan keuangan takkan tercapai.
Jangan lupa untuk berinvestasi pada diri sendiri juga ya.
3. Awas jebakan keinginan sesaat
Kadang kita bias. Keinginan sesaat justru malah diutamakan, dan kita lupa pada hal-hal yang lebih penting.
Seperti Gi Hun dalam Squid Game yang kecanduan judi. Judi dianggap sebagai solusi terbaik atas masalah keuangan yang dialami. Nggak punya uang, malah judi. Dikiranya, nanti kalau menang, kan dapat uang. Ia mempertaruhkan semua yang ia punya untuk sesuatu yang tak pasti.
Padahal ya, nggak gitu mainnya. Kalah judi justru membuatnya jadi berutang.
Hal ini juga sering terjadi ketika kita hanya ikut-ikutan apa kata orang untuk berinvestasi di instrumen-instrumen yang tak kita pahami betul. Maunya sih pengin kena ciprat cuan juga. Syukur-syukur cuan gede. Semacam dapat lotere. Sampai dibelain nyari utang, supaya bisa ikut beli saham.
Akibatnya, bisa diduga, ketika terjadi risiko kerugian, tak cuma modal berkurang, kita pun kehilangan segalanya.
4. Bijak berutang
Utanglah yang menjadi penyebab semua kekacauan di Squid Game. Sebagian besar peserta butuh uang untuk membayar utang pada rentenir.
Percaya atau tidak, utang itu bikin kecanduan. Sering kali terjadi, belanja pakai kartu kredit misalnya. Keasyikan gesek, hingga akhirnya hanya bisa bayar minimum payment.
Akan lebih parah, kalau sampai utang pada rentenir. Seperti halnya pada pinjol. Utang sekali, nggak bisa bayar, malah ambil utang lagi untuk menutup utang lama. Gali lubang tutup lubang, akhirnya bergulung-gulung dan kita pun tercekik.
5. Prioritas adalah koentji
Alih-alih menggunakan uang hasil pinjaman untuk menutup pengeluaran atau dijadikan modal untuk mendapatkan penghasilan, Gi Hun malah memakai uang tersebut untuk judi.
Melalui serial ini, kita belajar untuk memprioritaskan hal-hal yang lebih penting. Sudah dapat uang, lalu mau dipakai untuk apa? Untuk menutup kebutuhan hidup? Untuk berobat, seperti kasus Gi Hun dan ibunya? Atau malah habiskan saja untuk hal-hal tak berfaedah yang “kenikmatan”-nya hanya sesaat seperti judi?
It’s not about how to earn money, but how to spend it.
6. Keserakahan adalah kunci kegagalan hidup
Squid Game is all about upaya survival menghadapi segala tantangan. Agar dapat bertahan dan menang, kita memang harus melakukan apa pun yang perlu dilakukan.
Namun, kala (hampir) menang, kadang keserakahan mendatangi kita. Kita pengin lebih! Hingga akibatnya kita jadi lengah, dan malah menderita kerugian yang berlipat ganda. Mau untung, malah buntung.
Mengenal kata ‘cukup’ itu memang jadi hal yang krusial, apalagi kalau soal keuangan.
7. Keuangan yang sehat tak dapat diraih dalam semalam
Kita semua tentu pengin kondisi keuangan yang stabil. Nggak perlu berlebihan, tapi ketika ada hal yang dibutuhkan, uangnya sudah ada.
Mau nyekolahin anak, uangnya sudah ada. Mau beli rumah, uangnya sudah siap. Mau nikah, tinggal bongkar tabungan. Tapi, semua itu tak dapat diraih hanya dalam semalam. Butuh waktu dan perjuangan.
Squid Game mengajarkan, bagaimana kita harus berjuang, bekerja, dan berusaha lebih keras meskipun rasa-rasanya dunia memperlakukan kita secara tak adil. Tapi memang kan, kisah sukses itu tak datang dengan cepat. Baik dalam permainan seperti Squid Game, ataupun di dunia nyata.
8. Nikmati hasil yang sudah dicapai
Dari Squid Game, kita juga belajar bersyukur atas apa yang sudah bisa kita dapatkan dan miliki.
Seperti si kakek yang bertanya pada Gi Hun, mengapa ia tak mempergunakan uangnya sama sekali? Kita pantas memanfaatkan apa pun yang sudah kita dapatkan. Kita berhak menikmatinya.
Dalam hidup, kadang hal ini juga terjadi. Punya banyak mau dan cita-cita, membuat kita hanya tahu menabung saja. Padahal, kita boleh loh mempergunakan sebagian dari uang yang kita hasilkan itu sebagai self reward. Nggak ada yang melarang, malahan harus. Namun, tentu saja harus terukur dan tercatat.
“That money was the reward you got for your luck and hard work. You have the right to use it.”
9. Uang bukan segalanya
Last but not least, dalam adegan menjelang akhir, kita juga dihadapkan pada pelajaran, bahwa berapa pun uang yang kita miliki, toh hidup tetap akan butuh perjuangan. Mungkin bentuknya saja yang berbeda. Bahkan, kita kadang bosan menjalani hidup, yang tak dapat ditolong dengan adanya uang.
Squid Game memberi kita pelajaran, tak hanya soal bertahan hidup, tetapi juga soal menghargai dan melihat keindahan dalam hal-hal kecil yang ada di sekitar kita. Bahkan ketika kita kaya raya seperti Paman Gober pun, kalau memang kita tak bahagia dengan hidup kita, maka uang itu juga tak berguna.
Uang bukan segalanya, meskipun segalanya butuh uang.
Banyak banget kan, yang bisa kita pelajari dari serial Korea yang terdiri atas 9 episode dan menjadi nomor satu most popular show di AS. Di sini, kita belajar moral dasar dalam hidup. Bahwa betapa pun sulitnya hidup, akan selalu ada jalan keluar dari semua masalah yang kita perjuangkan. Kita hanya perlu berjuang lebih keras agar bisa mencapai garis finish.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Itaewon Class: Belajar Keuangan untuk Menjamin Masa Depan Sendiri
Sudah nonton drama Korea, Itaewon Class? Saya sendiri sebenarnya bukan penggemar drama Korea garis keras, meski sudah menonton beberapa film Korea dan jadi favorit juga. Tetapi, ada yang istimewa dari drama Korea satu ini, yang membuat saya akhirnya meluangkan waktu untuk menontonnya, di sela-sela agenda nonton ulang serial Friends sejak season 1 episode 01.
Ya, ini adalah sebuah kisah perjuangan seseorang setelah keluar dari penjara, membangun bisnis selangkah demi selangkah, demi sebuah tujuan “mulia”.
Mengikuti perjalanan Park Saeroyi dalam Itaewon Class, ternyata ada banyak sekali pelajaran keuangan yang bisa kita ambil. Apa saja?
Belajar Keuangan dari Drama Korea Itaewon Class
1. Menabung!
Kita sudah sering mendapatkan nasihat, bahwa menabung itu penting. Sedikit-sedikit menjadi bukit.
Kalau masih perlu contoh, kita bisa melihat dari Park Saeroyi, yang alih-alih menghabiskan uang setelah ayahnya meninggal, dia justru menabung uang tersebut hingga mampu membeli sebuah gedung dan membangun DanBam, sebuah pub di kota Itaewon, demi bisa “mengalahkan” Jangga Co.
Ya, memang selalu ada motivasi di balik setiap hal baik sih. Saeroyi mungkin punya misi balas dendam, tetapi kita juga punya pandemi yang bisa jadi motivasi untuk mulai menabung hari ini lo. Nggak mau kan, jika terjadi hal seperti ini lagi ke depannya, dan kamu masih saja berkutat dengan kesalahan yang sama: Nggak punya dana darurat?
2. Hargai pekerjaanmu
Nggak masalah untuk bekerja di kapal penangkap ikan laut dalam, atau jadi waiter di restoran, kerjaan adalah kerjaan. Dan, dari drama Itaewon Class ini, kita bisa belajar menghargai setiap pekerjaan yang kita punya.
Ingat adegan ketika Saeroyi memberi Hyun-yi gajinya dua kali dan mendorong Hyun-yi untuk mau bekerja lebih keras? Atau mengapa Oh Soo-ah tidak meninggalkan Jangga Co.?
Ternyata, tidak ada pekerjaan untuk kecil atau terlalu besar kalau kamu tahu prioritas hidupmu.
Saat ini, mungkin kita enggak terlalu enjoy dengan pekerjaan yang kita miliki. Tapi, hey, at least kita punya pekerjaan kan? Banyak dari mereka yang kurang beruntung di luar sana; harus kehilangan pekerjaan akibat pandemi.
Seenggaknya, meski dipotong, bulan ini kita bisa membayar tagihan dan membeli barang yang kita butuhkan, bukan?
3. Miliki asuransi
Mr. Park, bapaknya Saeroyi, mendapat kecelakaan dan meninggal mendadak ketika Saeroyi masih terbilang remaja. Ternyata, beliau sudah menyiapkan asuransi yang kemudian bisa dipakai oleh Saeroyi untuk membangun masa depannya.
Hmmm, sudah mengikuti Itaewon Class sampai selesai, masa masih belum sadar juga akan arti pentingnya asuransi jiwa, kalau sudah begini?
Yuk, buat kamu yang sekarang menjadi tulang punggung keluarga, coba deh, pikirkan orang-orang yang kamu cintai, yang hari ini menggantungkan hidupnya padamu. Masa sih, mau membiarkan mereka sedih berkepanjangan, susah sepanjang hidup? Contohlah Mr. Park.
4. Miliki tujuan keuangan jangka panjang
Park Saeroyi punya plan untuk 15 tahun ke depan lo!
Drama Itaewon Class mengajari kita untuk berpikir dan membuat rencana keuangan jangka panjang. Seperti Park Saeroyi yang tahu betul apa yang diinginkannya, dan kemudian menyusun rencana matang untuk mencapainya.
Nggak harus langsung rencana untuk 15 tahun ke depan juga kok. Kita bisa mulai dari bulan depan sebisa mungkin sudah enggak pakai dana darurat buat hidup lagi. Tahun depan, sudah bisa mengganti dana darurat yang sudah kepakai. Lima tahun lagi, sudah bisa membayar DP rumah, dan mulai membayar cicilan KPR, dan seterusnya.
Yang penting, tentukan judulnya, nominalnya, dan tentukan pula jangka waktunya. Dari situ, kita bisa merencanakan step by step untuk mewujudkannya. Just like Park Saeroyi.
5. Belajar investasi
Park Saeroyi memang punya mimpi besar. Tetapi mengingat latar belakangnya, dia tahu dia tidak akan bisa mendapatkan uang yang cukup untuk merealisasikan rencana 15 tahunnya itu.
So, Saeroyi pun belajar investasi. Ia berusaha mendiversifikasi asetnya dengan berinvestasi di saham.
Nggak pernah terlambat untuk belajar investasi. Lihat saja bagaimana Saeroyi mampu (secara realistis) menumbuhkan uangnya di Itaewon Class, dia mampu menyehatkan keuangannya dengan passive income.
Tapi, saham memang memiliki risiko yang cukup tinggi. Apalagi di masa-masa pandemi seperti ini. Karena itu, belajar, belajar, dan belajar. Pahami risikonya, berinvestasilah secara bijak.
Itu dia, beberapa pelajaran keuangan yang bisa kita dapatkan dari Itaewon Class. Kamu masih bisa menemukan pelajaran lain dari serial drama Korea ini? Yuk, share di kolom komen ya!
Buat yang belum nonton, boleh coba nonton deh. Seneng banget bisa menonton film atau serial yang bisa memberi insight soal hidup seperti Itaewon Class ini.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.