Financial Planning for Millennials
Membahas tentang generasi milenial tentu tak akan ada habisnya. Generasi ini adalah mereka yang lahir di antara tahun 1990an sampai tahun 2000an. Sebagian besar dari mereka sudah memiliki pekerjaan dan penghasilan tetap untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri. Kaum yang dikenal sebagai generasi yang melek teknologi ini sangat mudah dan cepat belajar. Mereka memiliki gaya hidup yang dinamis karena dibesarkan di zaman yang sudah memiliki kecanggihan teknologi.
Sebagian generasi milenial mungkin sudah mendapatkan edukasi finansial tentang bagaimana mengelola uang untuk masa depan baik dari keluarga, lingkungan maupun dari sekolah, sehingga mereka mampu mengatur keuangannya sesuai prioritas. Namun di sisi lain, banyak juga milenial yang belum dibekali dengan kemampuan untuk mengatur keuangannya dengan baik. Entah itu karena faktor pergaulan atau karena gengsi. Mereka menggunakan uang yang dimiliki dengan sesuka hati untuk memenuhi kebutuhan lifestyle seperti traveling, shopping dan hangout. Semua dijalani sekedar untuk update status di media sosial dan mendapatkan banyak likes. Apakah kamu salah satu diantaranya? Jangan sampai kamu hanya gaya di tampilan tapi keuangannya ngos-ngosan ya! ☺
Awal Juni ini, QM Financial kembali diberi kesempatan untuk memberikan seminar financial literacy. Kali ini pesertanya adalah 100 orang Pegawai Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang usianya termasuk ke dalam generasi milenial. Ligwina Hananto, Lead Trainer QM Financial berbagi strategi dalam mempersiapkan rencana keuangan yang tepat untuk generasi milennial agar dapat mengatur keuangan dengan bijak.
Periksa Kondisi Keuangan
Seperti check up kesehatan fisik, idealnya financial check up dilakukan setahun sekali untuk melihat arus kas dan memeriksa beberapa rasio keuangan dasar seperti perbandingan harta dan utang, rasio aset lancar dan rasio menabung. Dengan begitu, kamu bisa tahu kondisi kesehatan keuanganmu saat ini.
Buat Pos Pengeluaran
Setelah mendapatkan penghasilan, kamu bisa membagi pengeluaran bulanan menjadi 5 pos, yaitu:
- Cicilan utang – maksimal 30%
- Kebutuhan rutin – maksimal 60%
- Pengeluaran sosial – minimal 2,5%
- Menabung dan berinvestasi – minimal 10%
- Pengeluaran lifestyle – maksimal 20%
Dengan memiliki anggaran, kamu bisa mengendalikan pengeluaran sesuai dana yang kamu punya. Jangan sampai besar pasak daripada tiang.
Menabung dan Berinvestasi
Generasi milenial juga harus menyadari pentingnya investasi untuk perencanaan keuangan di masa yang akan datang. Mulailah menabung dan berinvestasi sejak dini untuk memastikan bahwa kamu bisa aman secara finansial di masa pensiun nanti. Sisihkanlah minimum 10% dari penghasilanmu untuk menabung dan berinvestasi.
Gunakan Teknologi Perencanaan Keuangan
Sekarang ini sudah banyak aplikasi finansial yang bisa kamu unduh dari smartphone. Gunakan untuk perencanaan keuanganmu. Seperti kalkulator finansial, teknologi tersebut akan membantu dan memungkinkan siapa saja untuk merencanakan keuangan dan menentukan tujuan finansial dalam satu genggaman tangan.
Jangan Berutang Untuk Hal Konsumtif
Berutang boleh boleh aja, asalkan utang tersebut bisa menjadi aset. Misal utang untuk KPR atau utang untuk membeli kendaraan. Jangan kamu berutang hanya untuk memenuhi kebutuhan lifestyle atau mengikuti tren yang ada. Ingat! Utang itu harus tetap dibayarkan apapun yang terjadi dengan kondisi keuanganmu.
Yuk! Jadi milenial yang gak hanya gaya di tampilan tapi juga gaya di laporan keuangan!
Nita Kurniawati
Ingin Berbisnis Setelah Pensiun? Siapkan Dengan Lima Hal Ini
Berbisnis menjadi pilihan bagi banyak orang untuk mengisi dan menambah penghasilan di masa pensiun. Sayangnya, banyak orang memulai bisnisnya mendekati atau bahkan setelah memasuki usia pensiun. Padahal bisnis kan tidak selalu sukses, banyak juga gagalnya.
Berdasarkan pengalaman Ibu Lestie, pemilik bisnis Kopi Kioen, mereka yang baru memulai bisnis menjelang atau saat pensiun, usahanya gulung tikar di bulan ke-6! Penyebabnya antara lain tenaga yang tak lagi kuat dan pikiran yang tidak secermerlang sewaktu masih muda.
Ingin berbisnis setelah pensiun nanti? Siapkan dengan lima hal ini.
Mulai dengan apa yang disuka. Membangun usaha sendiri membutuhkan banyak waktu dan energi. Tidak semuan proses bisa berjalan dengan mulus. Ada saja hambatan dan rintangan yang menghadang. Namun, kalau kita mengerjakan apa yang disuka, tentu langkah kita akan lebih ringan.
Ibu Lestie memulai bisnisnya dari hobi memasak. Ibu kelahiran Palembang ini suka sekali memasak pempek. Dia memulai bisnisnya dari berjualan pempek online dengan sistem PO, membuka warung tenda di tepi jalan protokol, menyewa ruko, hingga akhirnya mampu membuka warung sendiri.
baca juga: Manisnya Bisnis Kuliner saat Ramadan dan Idul Fitri
Kalau kamu, hobi apa yang menurutmu bisa dijadikan bisnis?
Mulai sejak dini. Jika ingin menjadikan bisnis sebagai penghasilan di masa pensiun, Ibu Lestie menyarankan untuk mulai membangun bisnis jauh-jauh hari. Idealnya 10 tahun atau minimal 5 tahun sebelum pensiun. Panjang ya persiapannya. Waktu persiapan panjang ini untuk membantu kita beradaptasi dalam bisnis agar saat pensiun nanti bisnis sudah dalam kondisi stabil dan bisa memberikan penghasilan rutin.
Gunakan modal sendiri. Tidak semua bisnis langsung berhasil di awal. Oleh karena itu, gunakan modal sendiri saat membangun bisnis. Hindari utang agar tidak semakin dipusingkan dengan pembayaran cicilan.
Saat memulai bisnisnya, Ibu Lestie menyisihkan dana darurat untuk gaji karyawan selama 6 bulan. Jika omzet tidak sesuai target, ia akan tetap mampu membayar gaji karyawan. Dana ini dipisahkan dari dana operasional bisnis. Tidak boleh diutak-atik dan hanya digunakan saat keadaan darurat kesulitan cash flow.
Jangan tanggung. Walaupun menggunakan modal sendiri, Ibu Lestie menyarankan agar tidak tanggung saat memulai bisnis. Berdasarkan pengalamannya, kalau skalanya tangung, hasilnya pun akan tanggung. Kalau skalanya besar, hasilnya pun akan besar. Bisnis perlu totalitas. Modal usahanya sudah dikumpulkan lama semenjak masih menerima pesanan via online.
Berdayakan masyarakat sekitar. Sebaik-baik manusia adalah yang mereka yang bisa bermanfaat untuk sesamanya. Saat membangun bisnis, kita akan membutuhkan pekerja. Artinya kita sedang membuka lapangan pekerjaan untuk orang lain. Kalau kita bisa memberdayakan masyarakat di sekitar lokasi usaha kita, tentu dampak sosialnya akan baik. Itu pula yang dilakukan Ibu Lestie dengan bisnisnya. Mulai dari koki hingga pramusaji, semuanya adalah penduduk sekitar. Ah, indahnya berbagi kesempatan menjemput rezeki.
Ternyata banyak yang harus dipersiapkan untuk membangun bisnis sebagai sumber penghasilan di masa pensiun.
Ayo mulai dari sekarang!
Fransisca Emi / financial trainer
Pensiun Dini, Siapkah?
Pensiun dini merupakan salah satu pilihan bagi karyawan perusahan. Banyak faktor yang mempengaruhi program pensiun dini tersebut, baik dari sisi karyawan maupun dari sisi perusahaan.
Faktor internal karyawan antara lain merasa bosan dan ingin mencoba hal baru, ingin fokus menjalani hobi, beban kerja terlalu tinggi, karir yang diam di tempat atau ingin membangun usaha sendiri.
Kebijakan pensiun dini juga bisa datang dari sisi perusahaan karena laba yang menurun sehingga perusahaan perlu melakukan perampingan.
Dalam situasi tersebut, pensiun dini biasanya karyawan diberikan pilihan untuk tetap bekerja atau mengikuti program pensiun dini.
Seorang teman saya, sebut saja namanya Dimas, bekerja di sebuah bank. Karena bank tempatnya bekerja mengambil kebijakan perampingan, Dimas diberikan pilihan untuk tetap bekerja di bank tersebut atau mengikuti program pensiun dini.
Karena angka yang di dapat lumayan besar untuk level staf back office. Tanpa pikir panjang Dimas mengambil tawaran program pensiun dini. Usia Dimas pada saat itu 29 tahun, dia berpikir bahwa dengan umur yang masih muda dia bisa melamar ke perusahaan lain namun tetap mendapatkan dana segar dari program dana pensiunnya.
Dimas sudah tahu apa yang akan dilakukannya setelah mengambil pilihan pensiun dini: kembali bekerja.
Dengan dana segar yang dia terima, Dimas melakukan pengelolaan dana yang di dapat dari program pensiun dini.
Inilah yang sebaiknya dilakukan oleh Dimas:
- Mempersiapkan Dana Darurat. Setelah mengambil program pensiun dini, Dimas berencana kembali bekerja. Dalam rentang waktu mencari pekerjaan baru, biaya hidup bulanan tetap harus dicukupi kan? Kebutuhan biaya bulanan bisa diambil dari Dana Darurat. Sebagai seorang single, Dimas perlu menyisihkan dana sebesar minimal 4 kali pengeluaran bulanan. Asumsinya dalam waktu empat bulan Dimas sudah akan menemukan pekerjaan baru.
- Mempersiapkan proteksi. Saat menjadi karyawan bank, proteksi Dimas ditanggung oleh kantor. Kini, saat belum menemukan tempat baru untuk berkarya, Dimas harus menyiapkan sendiri proteksinya. Paling tidak Dimas perlu membeli proteksi berupa asuransi kesehatan dari BPJS Kesehatan. Jika sewaktu-waktu mengalami sakit, sudah ada perusahaan asuransi yang menanggung biaya pengobatannya.
- Menginvestasikan kembali ke Dana Pensiun. Setelah dialokasikan untuk Dana Darurat dan proteksi, sisa dana bisa kembali diinvestasikan untuk membentuk kembali Dana Pensiun. Semakin muda, dana yang diinvestasikan Dimas akan punya waktu lebih banyak untuk berkembang.
Bagi Dimas yang masih muda dan single, pilihan pensiun dini tentu bukan hal yang sulit. Dimas belum memiliki tanggungan sehingga dia bisa mengambil risiko ketidakpastian yang lebih tinggi. Beda halnya jika kamu sudah berkeluarga dan memiliki tanggungan. Ada banyak hal yang harus dipertimbangkan untuk memutuskan pensiun dini. Selain gaji, ada fasilitas-fasilitas tambahan lain yang berkurang, terutama asuransi kesehatan dan opsi pinjaman lunak. Biaya hidup setelah pensiun dini juga harus dipastikan cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
Apakah kamu sudah siap?
Ridwan Prasetyo/ financial trainer
Apa Saja Kendala Membuat Dana Pensiun?
Pensiun merupakan masa di mana kita sudah masuk usia tidak produktif sebagai pekerja. Oleh karena itu kita harus sadar lebih dini akan hal ini untuk mempersiapkan masa pensiun yang sejahtera. Sebagai karyawan, khususnya karyawan swasta, kita harus mulai merancang strategi agar tercapai tujuan masa pensiun sesuai dengan keinginan. Beda halnya dengan PNS yang semua dana pensiun sudah diatur dan dipersiapkan oleh negara.
Ada beberapa lembaga yang menyediakan program dana pensiun, diantaranya Dana Pensiun Pemberi Kerja (DPPK), Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) serta Jaminan Hari Tua (JHT) dan Jaminan Pensiun dari BPJS Ketenagakerjaan. Dengan besarnya kebutuhan Dana Pensiun, dana pensiun dari lembaga-lembaga tersebut mungkin tidak cukup untuk biaya dimasa tua nanti. Oleh karena itu lebih baik merencanakan sejak awal untuk menutup kekurangan Dana Pensiun tersebut. Salah satu strategi yang bisa dijalankan adalah dengan membuat Dana Pensiun sendiri. Dana Pensiun ini tidak akan bisa terwujud tanpa komitmen dan konsistensi. Banyak kendala yang dihadapi karyawan untuk membuat Dana Pensiunnya sendiri, diantaranya:
- Sifat konsumtif
Jaman sekarang ada godaan besar untuk selalu update mulai dari keperluan gadget, fashion sampai kuliner semata-mata hanya untuk eksis di media sosial. Sebagai karyawan yang punya penghasilan sendiri tentu wajar jika ingin membeli sesuatu untuk keperluannya. Tapi gak perlu dipaksakan untuk selalu update kan. Kita harus belajar membedakan mana kebutuhan (needs) dan mana keinginan (wants).
- Cicilan
Cicilan merupakan pengeluaran yang wajib kita bayarkan. Agar arus kan bulanan tidak terlalu terbebani, batasi porsi cicilan maksimal sebesar 30% penghasilan bulanan. Jika saat ini porsi cicilan masih lebih besar dari 30%, usahakan mengurangi pokok utang agar jumlah cicilan menjadi lebih ringan. Kita bisa memanfaatkan penghasilan tahunan seperti THR untuk mengurangi pokok utang.
- Tanggungan keluarga
Setiap orang pasti ingin memberikan yang terbaik kepada keluarga. Salah satunya dengan memberikan sedikit rezeki dari penghasilan kepada orangtua ataupun membantu saudara yang masih membutuhkan biaya, misal untuk pendidikan atau pengobatan. Tentu baik membantu orang lain, namun jangan sampai memberatkan keuangan keluarga sendiri. Dana untuk keluarga ini bisa dimasukkan dalam anggaran sosial.
- Sulit berinvestasi secara rutin
Meskipun di awal sudah ada niat untuk membuat Dana Pensiun mandiri, namun jika kita tidak rutin berinvestasi, target dana akan sulit tercapai. Solusinya, buat perintah auto debet dari rekening penghasilan ke rekening investasi setiap bulan setelah menerima gaji.
- Tidak mempunyai penghasilan lain
Jika arus kas bulanan terasa berat padahal pengeluaran sudah dihemat, mungkin sudah saatnya kita mencari tambahan penghasilan di luar gaji bulanan. Ada banyak peluang usaha sampingan yang bisa kita coba. Mulai dulu dari apa yang kita suka dan kita bisa. Misal jika suka membuat kue, kita bisa membuka usaha kue kering dengan sistem PO (purchase order). Pas banget nih dengan momen bulan puasa di mana kebutuhan kue kering meningkat. Namun kita harus pintar mengatur waktu agar pekerjaan utama tidak terganggu ya.
Nah itu tadi beberapa contoh kendala yang dihadapi untuk membuat Dana Pensiun sendiri. Yuk kita atasi satu per satu agar target Dana Pensiun terpenuhi dan kita bisa pensiun dengan sejahtera.
Ridwan / Financial Trainer
Tips Mengatur Penghasilan Tahunan
Bagi seorang karyawan, mendapatkan bonus tahunan merupakan sesuatu yang ditunggu-tunggu. Apalagi jika penerimaan bonus tersebut berbarengan dengan uang cuti tahunan dan Tunjangan Hari Raya (THR). Sebuah jumlah yang tentu tak sedikit dan membutuhkan pengelolaan keuangan yang baik. Jangan sampai penghasilan tahunan ini habis tak bersisa tanpa kita tahu tujuannya.
Bulan ini, QM Financial berkesempatan untuk mengadakan seminar pengelolaan keuangan ‘ AYO ATUR UANGMU’ di HSBC Indonesia. Ligwina Hananto, CEO dan Lead Trainer QM Financial memberikan edukasi pengaturan keuangan pada saat mendapatkan bonus, THR dan uang cuti yang datang bersamaan.
Ada empat hal yang harus diperhatikan dalam mengelola penghasilan tahunan ini, yaitu:
- Dahulukan Bayar Utang. Sebelum menggunakan penghasilan tahunan untuk pengeluaran apapun, yang wajib didahulukan adalah membayarkan UTANG! Jika masih ada saldo utang dan kita malah menggunakan dana yang ada untuk membeli keperluan yang lain atau berlibur, maka efeknya cash flow akan terganggu. Ingat berani berutang wajib membayar!
Baca juga: 5 Langkah Merdeka dari Utang - Konsep Matching. Konsep matching ini adalah menjadwalkan pembayaran pengeluaran bulanan dan tahunan yang sesuai dengan pendapatan bulanan dan pendapatan tahunan. Buatlah daftar dan rincian pengeluaran untuk pengeluaran bulanan dan tahunan, kemudian bedakan pembayarannya dengan penghasilan bulanan dan tahunan.Pengeluaran bulanan contohnya seperti pengeluaran untuk rumah tangga, transportasi, biaya SPP bulanan anak, pekerja rumah, dan pengeluaran pribadi. Pengeluaran ini diambil dari gaji bulanan. Sedangkan pengeluaran tahunan seperti contohnya, asuransi, belanja hari raya, uang tahunan anak, kurban, PBB dan, STNK kendaraan dibayar dengan penghasilan tahunan.
- Diskusikan dengan pasangan. Keuangan keluarga sebaiknya disepakati bersama. Oleh karena itu penting sekali berdiskusi dengan pasangan mengenai pengeluaran bulanan dan tahunan termasuk juga dengan pengeluaran untuk menabung/berinvestasi atau jalan – jalan.
Baca juga: #BiasaJadiBaik Ngobrolin Uang dengan Pasangan - Ayo Berinvestasi. Setelah membuat daftar pengeluaran bulanan dan tahunan, maka mulailah menabung/berinvestasi sesuai tujuan finansial yang ingin dicapai. Tujuan finansial yang paling penting untuk dijadikan tujuan menabung atau berinvestasi adalah Dana Darurat, Dana Pendidikan, dan Dana Pensiun. Setelah memenuhi 3 tujuan finansial utama tersebut barulah sisa dana bisa dialokasikan ke tujuan finansial lain, misalnya Dana Liburan, Dana Renoovasi Rumah/Dapur, atau tujuan finansial lain sesuai dengan minat masing-masing.
Baca lebih lanjut di sini:
(http://qmfinancial.com/2017/12/menghadapi-tahun-2018-dengan-dana-darurat/)
(http://qmfinancial.com/2016/09/5-kesalahan-orangtua-dalam-menyiapkan-dana-pendidikan/)
(http://qmfinancial.com/2015/07/membuat-dana-pensiun-sendiri/)
Nah itu tadi empat tips untuk mengelola penghasilan tahunan berupa bonus, uang cuti dan THR yang datang bersamaan.
Kamu punya kebutuhan pelatihan finansial seperti apa? Sila hubungi tim QM Project di 0811 1500 688 untuk mendiskusikan program sesuai kebutuhanmu. ☺
Mia Damayanti/ Financial Trainer
Belajar Menjadi Pemimpin Yang Mendengar Dari Reza Aryabima
Bagi seorang perempuan, tak lengkap rasanya mengenakan make up tanpa menggunakan bulu mata palsu. Siapa sangka produk yang akrab dengan keseharian perempuan ini justru menjadi ladang usaha bagi Reza Aryabima, CEO dan Co-Founder Artisan Professionnel. Artisan Professionnel adalah salah satu merek bulu mata yang menjadi favorit make up artist (MUA) dan selebriti. Reza, begitu ia biasa disapa adalah salah seorang alumni Financial Clinic Bisnis Workshop yang diselenggarakan oleh QM Financial April lalu di Jakarta. Bagi Reza, tantangan terbesar dalam bisnis ini adalah menjadi pemimpin yang mendengar. Ikuti cerita lengkapnya ya!
baca juga: Financial Clinic Workshop Bisnis
Hai Reza, cerita dong bagaimana awal kisah Artisan Professionnel?
Artisan Professionnel berangkat dari partner saya, seorang fotografer yang banyak bekerja sama dengan Make-Up Artist (MUA) dalam karya-karyanya. Ia banyak mendengar keluhan mengenai sulitnya mendapatkan bulu mata palsu yang konsisten baik secara kualitas maupun ketersediaan barang. Padahal Indonesia adalah salah satu negara penghasil bulu mata dengan kualitas terbaik dengan tujuan ekspor ke negara-negara maju. Berangkat dari fakta ini, Artisan Professionnel lahir dengan semangat untuk menghasilkan produk berkualitas, yang bisa membawa hasil karya anak bangsa ke level yang lebih tinggi. Visi kami adalah Bringing Beauty to The Next Level.
Ada berapa orang partner dalam membangun bisnis ini? Bagaimana pembagian tugas & tanggung jawabnya?
Saat ini kami berempat, dengan saya sebagai CEO yang membawahi seluruh tim, memastikan perusahaan bergerak ke arah yang benar. Redavell Tjen sebagai Chief Creative Officer, membawahi Product Development dan Marketing Communication, dengan tugas memastikan visi kami terkomunikasikan dengan baik melalui produk yang kami hasilkan dan kegiatan marcomm. Gregorius Gerry sebagai Chief Operating Officer bertanggung jawab terhadap kegiatan operasional perusahaan seperti HRD, Legal, dan Business Development. Serta satu orang Komisaris yang juga adalah investor utama kami.
Bagaimana perkembangan Artisan Professionnel hingga kini?
Artisan Professionnel saat ini dalam fase growth & establishment stage dan bergerak sangat cepat. Fokus kami saat ini ada pada customer acquisition, melalui promosi yang intensif dan perluasan channel penjualan.
Strategi marketing apa yang digunakan untuk mengembangkan Artisan Professionnel hingga menjadi produk favorit selebriti dan make up artist?
Kami banyak berkolaborasi dengan para pengguna dan Key Opinion Leader (KOL) serta influencer untuk mendapatkan honest review, yang kemudian di-post di Instagram @artisanpro sebagai platform utama kami dalam kegiatan marketing communication kami.
Ke depan, apa rencana Reza untuk Artisan Professionnel?
Kami fokus pada research and development (R&D) untuk menghasilkan produk yang betul-betul berkualitas untuk menjawab kebutuhan pasar. Selain itu dalam satu hingga dua tahun ke depan kami akan melakukan ekspansi distribusi ke pasar luar negeri.
Kisah suka dan duka apa yang Reza alami selama membangun bisnis?
Di awal membangun bisnis, salah satu pernyataan yang saya dengar dalam sebuah seminar, 80% keberhasilan bisnis ditentukan oleh people management. Dalam perjalanan kami, suka dan duka lebih banyak dialami dalam proses penyatuan visi, pemahaman, ritme kerja, dan budaya kerja. Buat saya ini hal yang paling challenging. Terutama saat belajar mengatasi perbedaan cara kerja, perbedaan pendapat, dan perbedaan karakter antar anggota. Saat menghadapi jalan buntu rasanya sangat melelahkan. Tapi di sisi lain saat kami berhasil mencapai suatu achievement, semua kelelahan itu hilang.
Adakah tantangan issue gender di bisnis ini: seorang laki-laki jadi CEO perusahaan produsen bulu mata?
Memang banyak yang bertanya soal ini. Saya sendiri pada awalnya merasa cukup sulit untuk masuk ke dalam industri yang didominasi oleh wanita, khususnya karena wanita adalah pengguna produk ini. Tapi bagi saya bukan itu tantangan utamanya. Tantangan utamanya adalah bagaimana menjadi pemimpin perusahaan yang lebih banyak mendengar dan menerima masukan, baik dari anggota tim, KOL, partner bisnis, sehingga produk dan strategi kami betul-betul menjawab kebutuhan pasar.
Apa saran bagi QM Readers yang ingin membangun bisnis?
Dalam membangun bisnis, ada tiga hal utama yang harus diperhatikan
- Failed to plan, failed to launch. Perencanaan yang matang dibutuhkan sebelum memulai bisnis.
- Go big, or go home. Kalau mau sungguh jadi besar, kita tidak punya pilihan lain selain turun sendiri dan mendedikasikan semua yang kita punya untuk membesarkan bisnis kita.
- Beginner’s mind. Banyak belajar dan berguru dari mereka yang sudah berhasil dan dari mereka yang masih muda. Di era sekarang ini, perubahan bisa terjadi sangat cepat. Pastikan kita sudah mendeteksi perubahan sebelum perubahan itu datang. Salah satu caranya, dengan terus menerus belajar.
Bagi Reza, apa yang dirasakan saat mengikuti Financial Clinic Workshop Bisnis?
Seru, practical, dan entertaining karena ada cuplikan bit standup comedy dari Ligwina Hananto. Saya sangat merekomendasikan mereka yang baru memulai usaha untuk mengikuti workshop ini terutama untuk belajar mengenai laporan keuangan bisnis.
Terakhir nih, apakah Reza sudah merencanakan pensiun? Seperti apakah masa pensiun dalam bayangan Reza?
Saya membayangkan di suatu titik saya akan menjadi investor dari banyak perusahaan kecil dan berkembang. Saya juga berencana menjadi mentor dan pengajar bagi mereka-mereka yang baru akan atau sedang memulai bisnisnya. Masa pensiun saya harus diisi dengan kegiatan yang memberikan arahan dan panduan bagi mereka yang sedang ada di posisi saya waktu memulai bisnis.
Untuk mewujudkannya, saya sudah mempersiapkan aset aktif dari unit bisnis yang saya sedang dan akan investasikan. Aset aktif inilah yang akan memberikan passive income sehingga saya bisa menjalani masa pensiun impian.
Inpiratif sekali cerita dari Reza! Ternyata kalau mau jadi pemimpin itu harus banyak mendengar dari berbagai sisi ya. Dan jadi pemilik bisnis juga harus pensiun loh. Itulah pentingnya menyiapkan aset aktif yang bisa memberikan penghasilan pasif.
Semoga bisnisnya makin maju Reza!
Fransisca Emi
Biasa Jadi Baik: Menjadi Perempuan Berdaya
Biasa Jadi Baik adalah gerakan untuk mengajak teman-teman menyiapkan kebiasaan baik. Saat kita pensiun nanti, dari kebiasaan-kebiasan baik lah kita bisa punya kualitas hidup lebih baik. Ini perlu dimulai dari sekarang. Ada kebiasaan baik di pagi hari. Ada kebiasaan baik dengan pasangan. Ada juga kebiasaan baik dalam mengelola uang.
read more: #BiasaJadiBaik
Bulan April ini QM mengajak teman-teman menceritakan nasihat terbaik untuk perempuan. Ada Alanda Kariza, penulis buku Sophismata dan Beats Apart yang akan berbagi inspirasi.
Apa nasihat terbaik untuk perempuan versi Alanda?
Nasihat terbaik untuk perempuan yang pernah saya terima: jadi perempuan itu harus berdaya. Kita harus bisa berdiri di kaki sendiri. Berdaya sebelum menikah, sebelum berkeluarga. Banyak kasus perempuan menikah, padahal mereka belum berdaya dari sisi finansial. Saat terjadi perceraian atau suami meninggal, istri pun menjadi terpuruk.
Perempuan harus mampu menghasilkan uang sendiri dan mengatur keuangan dengan baik. Lebih bagus lagi kalau bisa investasi dan bisa punya properti sendiri. Jangan hanya menunggu kedatangan ‘Prince Charming’. Itu hanya ada di negeri dongeng ☺
Dari mana inspirasi tersebut berasal?
Nasihat tersebut saya dapatkan dari Ibu saya. Setelah saya menikah, suami pun menyatakan hal yang sama. Mau jadi ibu rumah tangga atau wanita karir, setiap perempuan harus berdaya. Di rumah pun bisa berkarya kok.
Sudah berapa lama nasihat tersebut diterapkan?
Sudah sejak kecil. Sejak masih SD kali ya.
Apa saja dampak yang dirasakan sejak mengikuti nasihat tersebut?
Saya percaya setiap keluarga punya tantangan finansialnya masing-masing. Sebagai anak pertama dengan dua orang adik yang jarak usianya 11 & 13 tahun lebih muda, saya tak ingin menambah beban orang tua.
Berkat nasihat dari Ibu untuk menjadi perempuan yang berdaya, sejak kecil saya sudah belajar mengusahakan uang jajan sendiri. Saat masih SD saya sudah membuat gelang dan dijual ke teman-taman. Memasuki SMP saya mulai mengirimkan tulisan untuk dimuat di majalah. Fee menulis ini lumayan banget. Bisa dapat uang jajan sampai Rp300.000. Sebuah angka yang cukup besar untuk anak SMP. Selain itu saya juga rajin menawarkan jasa administrasi untuk tetangga saya yang mahasiswa berupa transkrip atau input data.
Jadi saya sudah mulai ‘colong start’ untuk berdaya sejak muda. Ini juga merupakan inspirasi dari idola saya di masa remaja – Britney Spears – yang bilang bahwa ‘Jika kamu tidak bisa menjadi yang terbaik, jadilah yang pertama.’
Dari sisi finansial, bagaimana Alanda mengelola keuangan untuk keluarga muda?
Setelah menikah, saya merasakan banyak penyesuaian. Saya dan suami memiliki latar belakang keluarga yang berbeda. Ibu saya adalah seorang wanita karir. Sedangkan Adit, suami saya, ibunya adalah seorang ibu rumah tangga. Contoh yang berbeda di rumah ini menuntut kami untuk beradaptasi.
Awalnya saya merasa tidak perlu diberi uang oleh suami, lebih baik uangnya ditabung untuk kebutuhan masa depan. Jadi kalau orang lain punya cita-cita punya suami kaya biar gak perlu kerja, nunggu dikasih uang sama suami aja, aku malah nggak. Namun di sisi lain suami punya kewajiban untuk memberi nafkah. Di situ kami membuka ruang untuk diskusi dan adaptasi. Bertahun-bertahun saya bergantung pada diri sendiri. Setelah menikah saya pun belajar bahwa punya teman untuk bergantung bersama itu oke kok.
Dari sisi pengelolaan keuangan, saya pribadi merasa sekarang gak sepelit dulu. Sebelumnya saya sangat membatasi budget beli baju atau sepatu dan budget jalan-jalan. Mending uangnya ditabung untuk beli rumah dan membiayai pernikahan. Sebagai penulis, penghasilan saya waktu itu tidak pasti, tergantung royalti yang masuk dari penerbit. Jadi kalau ada uang lebih, saya memilih untuk menyimpan dibanding membelanjakannya.
Setelah berkeluarga, saya dan suami sama-sama bekerja kantoran dengan penghasilan yang lebih pasti dari gaji bulanan. Sekarang, keuangannya bisa lebih dipetakan. Gaji bulanan kami kelola untuk pengeluaran bulanan, sementara bonus tahunan kami manfaatkan untuk dana liburan.
Apakah kebiasaan baik ini akan dibawa hingga masa pensiun nanti?
Iya. Mudah-mudahan ya ☺
Kalau boleh tahu, Alanda sudah siap pensiun belum?
Kalau sekarang belum sih. Mungkin kalau ditanya pas usianya udah 40 tahun jawabannya beda ya ☺
Apa saja yang sudah Alanda siapkan untuk menghadapi masa pensiun nanti?
Saya sudah mulai berinvestasi di reksadana saham untuk Dana Pensiun sejak 5 tahun yang lalu. Rutinitas ini sempat terhenti saat saya menemani suami kuliah di Australia dan gantian suami menemani saya kuliah di Inggris. Biaya transfernya bisa lebih mahal dibanding dana yang dialokasikan untuk reksadana, kan sayang ya. Sekarang setelah kembali ke Indonesia, saya mulai kembali rutin berinvestasi di reksadana.
Sejujurnya saya belum terlalu memikirkan pensiun. Sekarang masih fokus mencari uang, mumpung biaya hidup belum terlampau besar. Akan sangat berbeda setelah kehadiran anak kan. Suami selalu mengingatkan saya untuk tidak terlalu pelit. Boleh saja menyiapkan hari tua, tapi jangan sampai kita tidak menikmati masa muda. We’re doing good kok, punya pekerjaan dan sudah DP rumah. Masa muda juga harus dinikmati biar gak stress karena mikirin duit terus. Hidup harus seimbang kan?
Seru sekali mendengar cerita Alanda dan nasihatnya untuk menjadi perempuan yang berdaya. Dana untuk masa tua pun sudah mulai disiapkan sambil tetap menikmati masa muda. Terima kasih sudah berbagi inspirasi Alanda!
QM Admin
***
Apa kebiasaan keuangan baikmu? Ayo bahas bersama di akun media sosial kami dengan tagar #BiasaJadiBaik
Facebook Fanpage QM Financial dan Twitter / Instagram @QM_Financial.
Sebarkan virusnya. Ajak lebih banyak orang tergerak mewujudkan keuangan yang sehat dan kuat.
Pentingnya Perempuan Belajar Mengelola Keuangan
Setelah seorang perempuan menikah dan mempunyai anak, biasanya akan timbul kegalauan. Apakah dia akan terus bekerja atau menjadi ibu rumah tangga dan mendedikasikan dirinya bagi keluarga. Kedua hal ini mestinya menjadi alternatif pilihan untuk perempuan, bukan paksaan. Namun, apa pun pilihannya setiap perempuan harus punya kemampuan mengelola keuangan.
Alasan Pentingnya Perempuan Belajar Mengelola Keuangan
Perempuan yang dapat mengelola keuangan bisa menjadi perempuan yang mandiri, tidak tergantung pada orang lain. Bahkan mampu memberdayakan orang lain. Tentunya kalau punya penghasilan sendiri, perempuan memang bisa ikut berkontribusi ke keuangan keluarga. Tapi sebagai ibu rumah tangga pun, seorang perempuan harus dibekali dengan kemampuan mengelola keuangan. Seharusnya tidak ada halangan bagi perempuan untuk mengelola keuangan walaupun penghasilannya dari pasangan. Faktanya, dari pelatihan finansial yang dilakukan QM Financial, tidak sedikit perempuan yang tidak memiliki akses keuangan dan tidak bisa menghasilkan uang sendiri.
Mengapa penting bagi perempuan untuk belajar mengelola keuangan?
Salah satunya agar bisa tetap survive kalau terjadi hal yang tidak diinginkan kepada suami sebagai pencari nafkah utama. Sebagai pencari nafkah utama keluarga, suami wajib memiliki proteksi berupa asuransi jiwa. Jika pencari nafkah utama meninggal, sang istri akan menerima sejumlah uang pertanggungan yang bisa digunakan untuk melanjutkan hidup dan merencanakan dana pendidikan untuk anaknya. Kebayang gak kalau perempuan tidak mampu mengelola uang? Tanpa pengetahuan tentang pengelolaan keuangan, sejumlah besar uang yang diterima bisa langsung habis dalam sekejap.
Apa yang Harus Dilakukan Perempuan?
Jika seorang perempuan memilih untuk menjadi ibu rumah tangga, dia bisa mulai mengelola penghasilan pasangan. Hal pertama yang perlu dilakukan adalah menyisihkan minimal 10% untuk ditabung atau diinvestasikan. Akan lebih keren lagi kalau sudah punya tujuan keuangan misalnya Dana Darurat, Dana pendidikan Anak, Dana DP Rumah.
Sisihkan sesuai pos
Jadi, hal pertama yang dilakukan saat terima “jatah” dari pasangan adalah menyisihkannya ya, bukan menunggu sisa. Biasanya kalau kita menunggu pemenuhan kebutuhan dulu baru sisanya ditabung, gak akan ada sisa ☺.
Setelah menyisihkan 10% di depan untuk ditabung, jaga juga cicilan utang maksimal 30% dari penghasilan. Ini termasuk cicilan KPR, cicilan mobil, sampai cicilan Kredit Tanpa Agunan. Kalau masih punya cicilan kartu kredit segera lunasi! Kartu kredit itu banyak gunanya dengan satu syarat bayar lunas setiap bulan. Kalau berani gesek kartu kredit, pastikan uangnya memang ada di rekening, jangan halu! Bukan berarti tidak boleh bersenang-senang. Boleh-boleh aja kok punya anggaran maksimal 20% untuk pengeluaran lifestyle dari jumlah penghasilan yang diberikan pasangan.
Setelah 10% penghasilan ditabung/diinvestasikan, 30% cicilan, 20% untuk pengeluaran gaya hidup, sisanya sekitar kurang lebih 40% digunakan untuk pengeluaran rumah tangga.
Lengkapi dengan proteksi
Jangan lupa perencanaan keuangan tak lengkap tanpa proteksi. Proteksi umumnya berupa asuransi. Ibaratkan kita punya rumah, asuransi ini atapnya. Kalau kita berhadapan dengan musim hujan, asuransi itu payungnya. Proteksi berupa asuransi kesehatan wajib dimiliki semua orang tanpa terkecuali mulai dari bayi sampai orang dewasa. Semua perlu perlindungan kesehatan karena kalau sakit, bisa menimbulkan biaya yang besarnya tidak terduga dan menggerus uang kita. Kalau punya asuransi, kita jadi bisa punya perlindungan. Kalau sampai harus diopname, ada yang bayarin. Kalau kecelakaan, ada yang bayarin. Sedangkan untuk penghasil nafkah utama keluarga harus dilindungi dengan asuransi jiwa.
Yuk, pastikan kamu jadi perempuan yang bisa mengatur keuangan!
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
– QM Admin –
Cara Praktis Mengatur Keuangan Keluarga
Edukasi keuangan, khususnya bagi mereka yang memasuki dunia kerja sangatlah penting. Ada perubahan fase dari mengelola uang saku menjadi mengelola penghasilan sendiri. Dengan mengetahui ilmu perencanaan keuangan sejak dini, mereka dapat pula mengatur penghasilan agar dapat dimanfaatkan untuk pencapaian tujuan keuangan.
Bulan Maret yang lalu, QM Financial berkesempatan memberikan edukasi keuangan bagi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) Badan Informasi Geospasial (BIG) di Cibinong.
Peserta yang berjumlah 70 orang sebagian besar belum menikah. Untuk para CPNS yang belum menikah dan berusia di bawah 30 tahun, Ligwina Hananto – lead trainer QM Financial menyarankan untuk segera menginvestasikan minimal setengah dari harga sepatu untuk kebutuhan masa depan. Tak perlu khawatir hilang atau rugi. Tanpa diinvestasikan pun, uang sejumlah itu akan dengan mudah terkonversi menjadi makanan atau barang lain yang tidak jelas fungsinya.
read more: Investasi untuk Dana Pensiun: Mulai Dengan Setengah Harga Sepatumu
Bagi mereka yang sudah berkeluarga atau berencana menikah dalam waktu dekat, Ligwina memberikan 5 cara praktis untuk mengatur keuangan keluarga.
1. Mengatur Cashflow.
Untuk mengatur cashflow bulanan keluarga, rasio yang disarankan adalah menabung minimal 10% dari penghasilan, cicilan maksimal 30%, dan lifestyle maksimal 20%. Dalam hal ini harus ada pembicaraan dan kesepakatan yang baik antar pasangan dalam hal mengatur keuangan. Apakah semua penghasilan dikelola salah satu pihak atau ada pembagian tugas, misal suami mengatur dana untuk menabung atau berinvestasi sedangkan istri mengatur dana untuk pengeluaran bulanan.
2. Menyiapkan Dana Darurat.
Dana darurat adalah dana yang diparkir dan hanya digunakan dalam keadaan darurat, misal kehilangan pekerjaan. Dana darurat dihitung berdasarkan pengeluaran bulanan. Nilai ini menyatakan berapa bulan keluarga sanggup bertahap hidup jika terjadi keadaan darurat. Besaran dana darurat yang disarankan adalah sebagai berikut:
STATUS |
BESARAN |
Menikah belum memiliki anak |
6x Pengeluaran Bulanan |
Menikah dengan satu orang anak |
9x Pengeluaran Bulanan |
Menikah dengan dua orang anak atau lebih |
12x Pengeluaran Bulanan |
Bagi yang masih lajang juga disarankan mempunyai dana darurat sebesar 4x Pengeluaran Bulanan.
3. Mempersiapkan Dana Pendidikan Anak
Biaya pendidikan semakin lama semakin mahal. Inflasi biaya pendidikan bisa mencapai 10% hingga 16% per tahun. Biasanya untuk jenjang PG-SD kita masih bisa mencapai target dana pendidikan dengan menabung. Namun untuk jenjang selanjutnya menabung saja tidak cukup. Kita perlu mengambil risiko dengan berinvestasi.
4. Mempersiapkan Dana Pensiun
Dana Pensiun ini terlihat sepele karena jangka waktunya masih sangat panjang. Kadang kita berasumsi bahwa pengeluaran saat pensiun akan lebih kecil dari pengeluaran sekarang. Pada saat kita pensiun, seharusnya semua cicilan sudah lunas, sehingga beban pengeluaran lebih ringan. Namun, jangan salah, pengeluaran saat pensiun bisa lebih besar karena faktor kesehatan dan kenaikan harga bahan pokok setiap tahunnya. Kebutuhan dana pensiun ini bisa sangat besar loh. Siapkan sejak dini agar kita bisa pensiun dengan sejahtera.
read more: Dana Pensiun Dari Kantor Bukan Jaminan Pensiun Sejahtera
5. Memiliki Asuransi
Perencanaan keuangan tidak lengkap tanpa proteksi. Di masa produktif, saat kita berjuang mencapai berbagai tujuan finansial, bisa terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti sakit dan kematian. Risiko inilah yang kita alihkan ke perusahaan asuransi. Setiap orang wajib memiliki asuransi kesehatan. Apabila kantor tempat kita bekerja saat ini tidak memberikan fasilitas asuransi kesehatan, cari lah asuransi kesehatan swasta yang sesuai dengan kebutuhan. Jika, asuransi kesehatan swasta dirasa mahal, maka asuransi pemerintah seperti BPJS kesehatan bisa dipertimbangkan. Sedangkan fungsi asuransi jiwa adalah untuk menggantikan penghasilan yang hilang jika tertanggung meninggal, sehingga keluarga yang ditinggalkan bisa tetap melanjutkan hidup. Jadi, asuransi jiwa penting untuk mereka yang menjadi pencari nafkah utama keluarga.
Nah! Itu tadi 5 cara mengatur keuangan keluarga bagi para CPNS Badan Informasi Geospasial.
Ingin kantormu didatangi tim QM Finansial juga? Hubungi QM Training di 0811 1500 688 untuk berdiskusi tentang kebutuhan pelatihan keuangan!
Mia Damayanti / Financial Trainer
Menabung 90% Penghasilan untuk Dana Pensiun, Sanggupkah?
Beberapa tahun terakhir ini QM Financial memfokuskan diri pada pelatihan untuk persiapan pensiun. Kenapa? Karena kita khawatir orang Indonesia tidak siap pensiun. Tujuan finansial dana pensiun merupakan salah satu tujuan terpenting namun kurang dipersiapkan dengan baik. Dari pelatihan keuangan untuk persiapan pensiun yang dilakukan, kami mendapati banyak sekali orang, terutama karyawan yang menggantungkan kesejahteraannya kepada perusahaan. Padahal kesejahteraan itu adalah tanggung jawab kita masing-masing lho!
Setiap orang bertanggung jawab atas pengelolaan keuangan pribadi dan keluarganya. Yang harus disadari, kebutuhan dana pensiun kita besar sekali. Tidak cukup kalau hanya mengandalkan dana pensiun dari kantor atau dana pensiun dari BPJS Ketenagakerjaan yang dulu dikenal sebagai Jamsostek.
Biasanya apa reaksi kita untuk memenuhi target dana pensiun yang besar tersebut? Menabung! Memangnya cukup menabung untuk dana pensiun? Bisa! Tapi kamu harus menabung dalam jumlah raksasa. Inilah yang dilakukan oleh ayah dari CEO QM Financial, Ligwina Hananto. Beliau adalah seorang lulusan teknik pertambangan dan bekerja di sebuah pertambangan di Sorowako, Sulawesi. Ligwina dan adiknya menjalani masa kecil yang indah di Sorowako. Untuk mempersiapkan dana pendidikan dan dana pensiun, beliau menabung 90% dari penghasilannya. Hal ini dimungkinkan karena sebagian besar biaya hidup ditanggung oleh kantor. Selain itu, lokasi yang jauh dari kota menjadikan akses keluar masuk barang terbatas. Punya uang pun tidak bisa belanja, karena tidak ada yang bisa dibeli ☺
Sekarang, coba tanyakan ke diri sendiri. Sanggupkah kamu menabung 90% dari penghasilanmu untuk dana pensiun? Kamu harus hidup hemat. Hemat dengan cara yang ekstrem. Sanggup? Nggak kan? Nah! Kalau kita sadar tidak sanggup menabung dalam jumlah raksasa setiap bulannya kita harus berani mengambil risiko dengan berinvestasi.
Menghitung kebutuhan dana pensiun
Coba kita hitung angkanya ya. Kita asumsikan usia kamu saat ini 30 tahun dengan pengeluaran bulanan Rp2.000.000 per bulan. Kamu berencana pensiun di usia 55 tahun dengan usia harapan hidup hingga 75 tahun.
Dengan asumsi inflasi 5.5%, biaya hidup Rp2.000.000 per bulan di tahun ini akan menjadi Rp11.500.000 saat memasuki usia pensiun nanti. Kebutuhan biaya pensiun selama 20 tahun akan menjadi Rp2,3M. Itu kalau pengeluaran per bulannya Rp2.000.000 ya. Untuk yang pengeluaran bulanannya Rp10.000.000, sila dikalikan 5. Perlu dicatat bahwa angka-angka ini merupakan simulasi yang dibuat berdasarkan asumsi (inflasi, pengeluaran, usia). Jika asumsi berubah, angka kebutuhan pensiun pun berubah.
Menabung vs Investasi
Kita bandingkan kalau kita hanya menabung untuk dana pensiun. Kalau menabung Rp1juta per bulan selama 25 tahun ke depan, kamu pasti akan dapat Rp300.000.000. Tapi tadi kan kita sudah menghitung kebutuhan dana pensiunnya Rp2,3M. Gak cukup dong! Jadi kalau kamu hanya nabung untuk dana pensiun, kamu akan berhadapan dengan satu risiko: risiko gak pensiun ☺
Untuk mencapai dana pensiun 2.3M dalam waktu 25 tahun, kamu perlu menabung Rp7.700.000 per bulan. Sanggup gak? Kalau gak sanggup, ambil resiko dengan investasi.
Untuk mencapai dana pensiun 2,3M kamu bisa berinvestasi sebesar Rp700.000 di produk dengan imbal hasil 15% per tahun.
Jadi pilih mana: menabung Rp7.700.000 per bulan atau investasi Rp700.000 per bulan?
Your money, your choice, your responsibility.
Fransisca Emi / Financial Trainer