Contoh Kebijakan Bisnis yang Perlu Dibuat Pemilik agar Bisnisnya Berkelanjutan
Buat kamu para pelaku bisnis kecil dan rumahan, kamu pastinya pengin dong bisnis kamu bisa berkelanjutan, bisa running dalam jangka waktu yang panjang. Apalagi kalau bisa berkembang, bisa rekrut banyak karyawan, dan melayani lebih banyak lagi pelanggan. Nah, untuk itu, kamu wajib tahu juga beberapa contoh kebijakan bisnis yang sebaiknya dibuat.
Menyusun kebijakan bisnis yang tepat bukan hanya tentang memenuhi persyaratan legal atau regulasi, melainkan tentang menciptakan kerangka kerja yang mendukung semua operasi bisnis dan strategi pertumbuhan.
Dengan kebijakan yang kuat, bisnis dapat merespons dengan lebih cepat dan tepat terhadap tantangan pasar serta memanfaatkan peluang yang muncul. Dengan begitu, sebagai pemilik bisnis, kamu bisa membangun fondasi yang kuat untuk masa depan perusahaan.
Table of Contents
Contoh Kebijakan Bisnis yang Wajib Dibuat Pemilik Bisnis
Kadang ada yang beranggapan, ah, bisnis masih kecil, buat apa sih ribet? Well, ini bukan soal ribet meribetkan diri, tetapi tentang memberi bisnis kamu landasan yang kuat untuk berkembang.
Dengan adanya kebijakan bisnis, operasional usaha akan lebih mudah, karena ada koridor yang membuat kita berjalan dengan lurus sesuai arah dan tujuan. Apalagi kalau kamu sudah memiliki karyawan. Kebijakan bisnis bisa jadi pegangan buat mereka mengoperasikan bisnis—meskipun kamu sedang tidak di tempat.
So, seperti apa contoh kebijakan bisnis yang sebaiknya dibuat oleh pemilik bisnis demi memastikan usahanya bisa berkelanjutan? Berikut beberapa di antaranya.
1. Kebijakan Keuangan
Kebijakan bisnis dalam hal keuangan merupakan elemen penting, karena kebijakan keuangan yang kuat membantu menjaga stabilitas finansial bisnis. Bisnis harus dipastikan memiliki cukup arus kas untuk operasi sehari-hari. Stabilitas ini penting untuk menghindari krisis keuangan yang dapat mengancam kelangsungan bisnis.
Contoh kebijakan bisnis untuk keuangan, misalnya:
- Menetapkan prosedur untuk memonitor dan mengatur arus kas harian, termasuk jadwal yang ketat untuk penerimaan dan pembayaran. Ini membantu meminimalkan risiko kekurangan kas.
- Mengadopsi standar akuntansi untuk pencatatan semua transaksi keuangan. Hal ini memastikan transparansi dan kemudahan dalam audit. Enggak perlu yang standar internasional dulu juga enggak apa-apa, yang penting sesuai dengan kondisi dan kebutuhan bisnis.
- Menyusun kebijakan kredit yang ketat, termasuk penilaian kredit pelanggan dan pengaturan pembayaran yang jelas. Juga, mengimplementasikan prosedur efisien untuk pengumpulan piutang.
Baca juga: Belajar Keuangan Bisnis Berawal dari 5 Langkah Ini
2. Kebijakan Operasional
Kebijakan operasional juga merupakan salah satu aspek terpenting dalam pengelolaan bisnis karena memiliki peran krusial dalam memastikan kelancaran, efisiensi, dan efektivitas operasi harian. Berikut beberapa contoh kebijakan bisnis secara operasional yang bisa dibuat oleh pemilik bisnis:
- Mendefinisikan standar kualitas produk atau layanan yang harus dicapai oleh semua unit kerja.
- Menyusun prosedur untuk evaluasi kualitas secara periodik.
- Membuat prosedur untuk memastikan setiap produk atau layanan bisa memenuhi atau melebihi harapan pelanggan.
- Mengembangkan strategi untuk meminimalkan risiko keterlambatan pasokan dan menjamin ketersediaan bahan baku yang teratur.
- Menetapkan kriteria seleksi dan evaluasi vendor untuk memastikan kualitas dan keandalan pasokan.
3. Kebijakan Pemasaran dan Penjualan
Kebijakan pemasaran dan penjualan penting untuk memastikan bahwa perusahaan memiliki arah yang jelas dalam menjual produk atau jasa. Kebijakan ini membantu menetapkan cara perusahaan berkomunikasi dengan pelanggan dan mempromosikan produknya, sehingga semua tim pemasaran dan penjualan bisa bekerja secara konsisten dan efektif.
Contoh kebijakan bisnis yang bisa dibuat oleh pemilik bisnis untuk pemasaran dan penjualan misalnya:
- Menetapkan panduan yang jelas mengenai cara promosi produk, termasuk penggunaan media sosial, iklan digital, dan promosi offline. Kebijakan ini juga meliputi penggunaan diskon, penawaran khusus, dan paket bundling untuk menarik pelanggan.
- Menyusun aturan mengenai penetapan harga produk atau jasa, yang mencakup faktor-faktor seperti biaya produksi, permintaan pasar, dan harga pesaing. Kebijakan ini membantu menjaga margin keuntungan sambil tetap bersaing di pasar.
- Mengembangkan standar pelayanan pelanggan, termasuk kecepatan respons, cara menangani keluhan, dan prosedur pengembalian produk. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kepuasan pelanggan dan membangun loyalitas pelanggan.
- Menentukan saluran distribusi yang akan digunakan untuk mendistribusikan produk, seperti penjualan online, distributor, atau toko ritel. Kebijakan ini juga mencakup pemilihan mitra distribusi dan logistik.
Baca juga: 5 Langkah Perencanaan Keuangan Perusahaan yang Harus Dilakukan oleh Pemilik Bisnis yang Ingin Sukses
Nah, itu baru tiga contoh kebijakan bisnis yang bisa mulai dibuat. Bisa jadi, ada hal lain yang juga harus dibuatkan kebijakan, misalnya manajemen risiko, kebijakan sumber daya manusia, dan masih banyak lagi.
Iya, PR-nya memang banyak untuk pemilik bisnis. Namun, kamu enggak perlu langsung membuat semuanya sekaligus. Kamu bisa mulai dari kebijakan keuangan. Pasalnya, kebijakan keuangan adalah fondasi yang akan menopang semua aktivitas bisnis di masa depan. Dengan kebijakan keuangan yang solid, perusahaan dapat memastikan bahwa operasional sehari-hari berjalan dengan lancar dan mampu merespons perubahan kondisi pasar dengan lebih efektif.
Yuk, belajar menaikkelaskan bisnis kamu bersama QM Financial! Ada beberapa kelas bisnis yang bisa kamu ikuti di FCOS QM Financial loh! Cek jadwal kelasnya di sini ya.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Memulai Bisnis di Tahun 2021 dan Mengembangkannya di Masa Krisis
Apakah sekarang waktunya bagi para (calon) pebisnis untuk “hidup” kembali; memulai bisnis dan mengembangkannya sementara kondisi krisis masih sepenuhnya belum teratasi? Mengingat sebagian besar aktivitas kita sudah kembali seperti semula, meski harus tetap melakukan protokol kesehatan secara ketat.
Di Amerika sendiri tercatat, bahwa meskipun 43.9% dari pemilik bisnis kecil bersikap “wait and see” selama pandemi berlangsung—artinya, mereka menunda ekspansi bisnis, dan hanya mengelola dan mengerjakan apa yang sudah ada—tapi ada sejumlah 18.4%-nya justru mengalami pertumbuhan bisnis yang luar biasa selama pandemi, dan hanya 2.6% saja yang akhirnya menyerah dan menutup bisnisnya.
Lalu, bagaimana dengan Indonesia?
Tak bisa dimungkiri, bahwa UMKM merupakan nadi dari pergerakan ekonomi Indonesia. Sebesar 99.9% dari keseluruhan usaha yang ada di Indonesia merupakan UMKM. Data ini merupakan data yang dirilis oleh BPS di tahun 2020.
Pandemi COVID-19 tak pelak juga menghajar sektor UMKM, dan memberikan dampak signifikan. Dilaporkan oleh Kementerian Koperasi, ada 30% UMKM yang operasionalnya sangat terganggu. Namun, ternyata 50 – 70%-nya mampu menciptakan banyak inovasi dan pivot-pivot kreatif selama pandemi, sehingga mereka berhasil bertahan, bahkan beberapa di antaranya mampu mengekspansi bisnis dan akhirnya melejitkan penjualan dengan memanfaatkan kebutuhan baru masyarakat.
Ini adalah bukti bahwa wirausahawan atau para pemilik bisnis adalah “ras” yang mandiri dan bertekad, tak mau menyerah pada kondisi, dan punya daya survival yang tinggi.
Luar biasa, bukan?
Memulai Bisnis dan Mengembangkannya di Saat Krisis
Mungkin kamu pernah mendengar pepatah, “When life hands you lemon, make lemonade.” Atau seperti kata Matshona Dhliwayo—seorang entrepreneur sekaligus penulis buku best seller, “When life hands you dirt, plant seed.”
Intinya bahwa kita pasti bisa survive—apa pun kondisinya—asalkan kita cukup kreatif untuk menemukan solusi dengan memanfaatkan apa yang ada, dan tetap berusaha.
Saat pandemi melanda, pemilik bisnis yang cerdas akan segera belajar untuk mencari solusi agar bisnis tetap bertahan, sementara (calon) pemilik bisnis yang lain dapat memulai bisnis dengan berusaha “mencuri” peluang yang ditinggalkan oleh mereka yang menyerah.
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh kamu, yang saat ini berniat untuk memulai bisnis meski masih krisis.
1. Mulailah dengan sumber daya yang ada
Start small. Ini akan menjadi langkah yang bijak jika kamu hendak memulai bisnis sekarang. Mimpi boleh saja besar, tujuan boleh saja jangka panjang, tetapi titik awal boleh kecil dulu.
Salah satunya, cek sumber daya yang sekarang sudah ada dan manfaatkanlah apa yang ada ini semaksimal mungkin. Kamu bisa mempertimbangkan untuk merekrut para freelancer dulu, alih-alih langsung merekrut staf tetap. Secara operasional, biaya menyewa freelancer akan lebih ringan karena mereka dibayar per project atau per job. Ketika job tak ada, mereka bisa istirahat dulu.
Begitu juga kalau kamu butuh peralatan kerja. Pertimbangkan untuk mencari yang bekas dulu tetapi dalam kondisi baik. Memang akan sedikit tricky, tetapi luangkan waktu agar bisa teliti sebelum membeli.
2. Perkuat keuangan
Mulai bisnis berarti harus mulai mengelola keuangan dengan benar sejak awal. Pisahkan keuangan bsinis dari keuangan pribadi, agar tak tercampur aduk sehingga akan menyulitkan untuk menelusur, mana yang merupakan laba bisnis dan mana yang jadi uang pribadi.
Jangan sampai malah semua tersabotase lantaran nggak jelas, mana yang seharusnya dipakai untuk perputaran bisnis dan mana yang bisa dipakai untuk keperluan pribadi.
Mulai belajar membuat laporan keuangan yang rapi dan detail ya.
3. Mulai dari rumah
Yes, memulai bisnis, mulai saja dulu dari rumah. Sulap salah satu atau beberapa sudut rumah menjadi tempat kerja yang nyaman.
Kalaupun kamu punya beberapa karyawan, mungkin nggak untuk dikerjakan di rumah masing-masing? Ya, paling sesekali bisa berkumpul untuk meeting—meskipun meeting pun bisa juga dilakukan secara daring. Yang penting, tekan dulu biaya operasional untuk sewa tempat jika masih memungkinkan.
4. Strategi pemasaran yang efisien dan efektif
Manfaatkan metode pemasaran gratis atau yang berbiaya rendah untuk mempromosikan bisnis. Media sosial, misalnya.
Lakukan market research, target pasar seperti apa yang akan disasar, dan target audience seperti apa yang hendak dirangkul, dan di mana mereka biasa “berkumpul”? Karena masing-masing platform media sosial punya massanya sendiri-sendiri. Agar kita bisa menjual produk atau jasa tempat yang tepat, ya silakan ditelusuri orang-orang seperti apa yang berkumpul di masing-masing platform.
5. Go digital
Zaman now—apalagi di masa pandemi, ketika setiap orang diminta untuk melakukan physical distancing—go digital menjadi syarat mutlak jika kamu hendak memulai bisnis.
Berinvestasilah pada teknologi digital secara lebih agresif. Manfaatkan semua tools yang bisa dipakai, dan buat alur kerja yang lebih efisien dan efektif dengan mempergunakan teknologi yang sudah ada.
Nah, bagaimana? Siap untuk memulai bisnis kamu? Agar lebih siap lagi, ikut kelas FCOS Business Class yuk! Cek jadwal kelas-kelas finansial online QM Financial, dan pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Para Ibu Bekerja Bisa Memiliki 3 Alternatif Penghasilan Tambahan Ini!
Kalau dulu, status menjadi seorang ibu bekerja memang tidak sepopuler zaman sekarang. Saat seorang perempuan menikah dan menjadi istri serta ibu, maka ia akan menjadi tanggung jawab suaminya.
Yah, hal tersebut kalau dilihat sepintas lalu memang seperti “berpihak” pada perempuan. Tapi bisa jadi jebakan betmen juga. Saat perempuan yang berstatus ibu itu sudah bergantung sedemikian rupa, maka jika suatu saat ada hal-hal yang tidak diingikan dan di luar dugaan terjadi, ia bisa saja “kehilangan” tempat bergantung. Akibatnya, ia pun akan mengalami kesulitan untuk melanjutkan hidup.
Pastinya hal ini tak kita harapkan ya? Dan, untunglah semakin ke sini, perempuan semakin sadar akan hal ini. Mereka pun berusaha mandiri dan bisa menghasilkan uang sendiri, meski sudah berstatus ibu.
Tapi persoalannya, kadang juga ada beberapa alasan yang membuat para ibu bekerja harus menambah penghasilan. Antara lain karena punya tujuan keuangan yang baik, maka seorang ibu yang juga berstatus karyawan ini juga harus berusaha untuk mencapainya lebih cepat. Atau, bisa juga untuk persiapan masa pensiun.
Yes, memang ada banyak alasan baik di balik tambahan penghasilan bagi ibu bekerja.
Tapi, bukankah menjadi seorang ibu bekerja itu sudah sibuk sekali? Bukankah ibu bekerja sudah direpotkan dengan urusan anak, mengurus suami juga, dan masih harus bekerja keras mencapai target-target di kantor? Apakah mungkin bisa mempunyai penghasilan tambahan lagi?
Bisa kok. Berikut beberapa alternatif penghasilan tambahan yang bisa didapatkan oleh ibu bekerja.
3 Alternatif penghasilan tambahan bagi ibu bekerja
1. Freelancing
Bekerja secara freelance memang menjadi pilihan pertama. Apalagi jika si ibu bekerja punya passion tertentu yang berbeda dengan yang dilakukannya di kantor.
Misalnya saja, menulis. Di sela-sela waktunya bekerja untuk kantor dan mengurus keluarga, seorang ibu bekerja juga bisa bekerja lepas sebagai penulis. Bisa penulis buku, penulis konten untuk pekerjaan digital, hingga menjadi ghost writer.
Jenis pekerjaan lepas lain yang bisa dilakukan oleh ibu bekerja adalah desain grafis. Jika punya kemampuan di bidang ini, kita bisa menerima berbagai pekerjaan desain grafis, seperti desain-desain marketing kit, mulai dari company profile, brosur-brosur, hingga desain kartu nama.
Jika punya keterampilan di pemrograman, seorang ibu bekerja juga bisa menerima order web design ataupun web development.
Apa pun pekerjaan lepas yang dilakukannya, pastikan bisa dilakukan di sela-sela waktu antara pekerjaan utama dan urusan rumah tangga yang harus ditangani. Kemampuan manajemen waktu dan disiplin diri menjadi kunci sukses seorang ibu bekerja yang juga menerima pekerjaan lepas seperti ini.
2. Bisnis kecil
Selain bekerja secara lepas, seorang ibu bekerja juga bisa memiliki bisnis kecil yang bisa mulai dengan dikerjakan sendiri.
Misalnya, berdagang. Zaman now semua orang sepertinya sudah memanfaatkan internet buat jualan. Siapa pun bisa membangun bisnis kecilnya dengan berbasis internet. Mulai dari jualan pernak-pernik aksesori fashion, jualan baju, jualan mukena, sampai bisnis MLM, semua bisa dijalankan secara online.
Kita bisa mulai berjualan di media sosial, seperti Instagram dan Facebook. Atau, bisa juga menitipkan dagangan di marketplace-marketplace yang semakin menjamur belakangan ini. Atau, jika punya kemampuan mengulik blog, kita juga bisa membuat website jualan sendiri juga lo! Gampang banget.
Kalau nggak mau online, seorang ibu bekerja juga bisa berbisnis offline. Contohnya saja, berbisnis katering sarapan atau makan siang untuk teman-teman sekantor. Kan pasarnya sudah langsung ada tuh, nggak perlu susah-susah lagi melakukan survei dan tes pasar lagi. Lumayan banget kan?
3. Pengelolaan aset aktif
Sudah punya pekerjaan sampingan sebagai freelancer atau punya bisnis kecil, jangan lupa untuk juga punya aset sendiri. Sepertinya sih wajib ini ya?
Salah satunya adalah dengan mempunyai properti atas nama pribadi yang bisa disewakan, dan bisa memberikan tambahan pemasukan setiap bulannya.
Namun, jika menganggap untuk punya aset aktif ini kita butuh modal besar (lantaran memang besar–untuk membeli dan kemudian merawatnya), maka seorang ibu bekerja bisa juga memilih untuk berinvestasi di surat berharga. Ada deposito, obligasi, saham, hingga P2P Lending.
Nah, banyak kan alternatif penghasilan tambahan untuk ibu bekerja?
Setelah menambah penghasilan, PR selanjutnya yang harus dilakukan adalah mengelola semua penghasilan tambahan tersebut agar dapat dioptimalkan demi memenuhi kebutuhan hidup sekarang dan di masa yang akan datang.
Anda bisa mengusulkan pada perusahaan tempat Anda bekerja untuk mengadakan training keuangan bagi karyawan. Ada banyak manfaat yang bisa diambil dari training keuangan untuk karyawan ini. Tak hanya bagi karyawan sendiri tetapi juga bagi perusahaan.
Hubungi tim QM Financial untuk mengadakan #QMTraining, yaitu program pelatihan interaktif untuk karyawan. Pihak perusahaan dapat menyusun program bersama konsultan dan pembicara dari QM Financial, sesuai dengan kebutuhan literasi finansialnya.
Hubungi kami melalui WhatsApp ke 0811 1500 688 (NITA/MIA). Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas finansial online terbaru.