Memulai Bisnis di Tahun 2021 dan Mengembangkannya di Masa Krisis
Apakah sekarang waktunya bagi para (calon) pebisnis untuk “hidup” kembali; memulai bisnis dan mengembangkannya sementara kondisi krisis masih sepenuhnya belum teratasi? Mengingat sebagian besar aktivitas kita sudah kembali seperti semula, meski harus tetap melakukan protokol kesehatan secara ketat.
Di Amerika sendiri tercatat, bahwa meskipun 43.9% dari pemilik bisnis kecil bersikap “wait and see” selama pandemi berlangsung—artinya, mereka menunda ekspansi bisnis, dan hanya mengelola dan mengerjakan apa yang sudah ada—tapi ada sejumlah 18.4%-nya justru mengalami pertumbuhan bisnis yang luar biasa selama pandemi, dan hanya 2.6% saja yang akhirnya menyerah dan menutup bisnisnya.
Lalu, bagaimana dengan Indonesia?
Tak bisa dimungkiri, bahwa UMKM merupakan nadi dari pergerakan ekonomi Indonesia. Sebesar 99.9% dari keseluruhan usaha yang ada di Indonesia merupakan UMKM. Data ini merupakan data yang dirilis oleh BPS di tahun 2020.
Pandemi COVID-19 tak pelak juga menghajar sektor UMKM, dan memberikan dampak signifikan. Dilaporkan oleh Kementerian Koperasi, ada 30% UMKM yang operasionalnya sangat terganggu. Namun, ternyata 50 – 70%-nya mampu menciptakan banyak inovasi dan pivot-pivot kreatif selama pandemi, sehingga mereka berhasil bertahan, bahkan beberapa di antaranya mampu mengekspansi bisnis dan akhirnya melejitkan penjualan dengan memanfaatkan kebutuhan baru masyarakat.
Ini adalah bukti bahwa wirausahawan atau para pemilik bisnis adalah “ras” yang mandiri dan bertekad, tak mau menyerah pada kondisi, dan punya daya survival yang tinggi.
Luar biasa, bukan?
Memulai Bisnis dan Mengembangkannya di Saat Krisis
![Memulai Bisnis di Tahun 2021 dan Mengembangkannya di Masa Krisis 5 Cara Atur Keuangan Ala Perempuan Pekerja yang Mandiri Secara Digital](https://qmfinancial.com/wp-content/uploads/2021/04/perempuan-atur-keuangan-960x540.jpg)
Mungkin kamu pernah mendengar pepatah, “When life hands you lemon, make lemonade.” Atau seperti kata Matshona Dhliwayo—seorang entrepreneur sekaligus penulis buku best seller, “When life hands you dirt, plant seed.”
Intinya bahwa kita pasti bisa survive—apa pun kondisinya—asalkan kita cukup kreatif untuk menemukan solusi dengan memanfaatkan apa yang ada, dan tetap berusaha.
Saat pandemi melanda, pemilik bisnis yang cerdas akan segera belajar untuk mencari solusi agar bisnis tetap bertahan, sementara (calon) pemilik bisnis yang lain dapat memulai bisnis dengan berusaha “mencuri” peluang yang ditinggalkan oleh mereka yang menyerah.
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh kamu, yang saat ini berniat untuk memulai bisnis meski masih krisis.
1. Mulailah dengan sumber daya yang ada
Start small. Ini akan menjadi langkah yang bijak jika kamu hendak memulai bisnis sekarang. Mimpi boleh saja besar, tujuan boleh saja jangka panjang, tetapi titik awal boleh kecil dulu.
Salah satunya, cek sumber daya yang sekarang sudah ada dan manfaatkanlah apa yang ada ini semaksimal mungkin. Kamu bisa mempertimbangkan untuk merekrut para freelancer dulu, alih-alih langsung merekrut staf tetap. Secara operasional, biaya menyewa freelancer akan lebih ringan karena mereka dibayar per project atau per job. Ketika job tak ada, mereka bisa istirahat dulu.
Begitu juga kalau kamu butuh peralatan kerja. Pertimbangkan untuk mencari yang bekas dulu tetapi dalam kondisi baik. Memang akan sedikit tricky, tetapi luangkan waktu agar bisa teliti sebelum membeli.
2. Perkuat keuangan
Mulai bisnis berarti harus mulai mengelola keuangan dengan benar sejak awal. Pisahkan keuangan bsinis dari keuangan pribadi, agar tak tercampur aduk sehingga akan menyulitkan untuk menelusur, mana yang merupakan laba bisnis dan mana yang jadi uang pribadi.
Jangan sampai malah semua tersabotase lantaran nggak jelas, mana yang seharusnya dipakai untuk perputaran bisnis dan mana yang bisa dipakai untuk keperluan pribadi.
Mulai belajar membuat laporan keuangan yang rapi dan detail ya.
![Memulai Bisnis di Tahun 2021 dan Mengembangkannya di Masa Krisis 5 Kesalahan dalam Perencanaan Keuangan yang Sering Terjadi](https://qmfinancial.com/wp-content/uploads/2021/03/kesalahan-perencanaan-keuangan-960x640.jpg)
3. Mulai dari rumah
Yes, memulai bisnis, mulai saja dulu dari rumah. Sulap salah satu atau beberapa sudut rumah menjadi tempat kerja yang nyaman.
Kalaupun kamu punya beberapa karyawan, mungkin nggak untuk dikerjakan di rumah masing-masing? Ya, paling sesekali bisa berkumpul untuk meeting—meskipun meeting pun bisa juga dilakukan secara daring. Yang penting, tekan dulu biaya operasional untuk sewa tempat jika masih memungkinkan.
4. Strategi pemasaran yang efisien dan efektif
Manfaatkan metode pemasaran gratis atau yang berbiaya rendah untuk mempromosikan bisnis. Media sosial, misalnya.
Lakukan market research, target pasar seperti apa yang akan disasar, dan target audience seperti apa yang hendak dirangkul, dan di mana mereka biasa “berkumpul”? Karena masing-masing platform media sosial punya massanya sendiri-sendiri. Agar kita bisa menjual produk atau jasa tempat yang tepat, ya silakan ditelusuri orang-orang seperti apa yang berkumpul di masing-masing platform.
![Memulai Bisnis di Tahun 2021 dan Mengembangkannya di Masa Krisis Memulai Bisnis di Tahun 2021 dan Mengembangkannya di Masa Krisis](https://qmfinancial.com/wp-content/uploads/2021/04/memulai-bisnis-960x640.jpg)
5. Go digital
Zaman now—apalagi di masa pandemi, ketika setiap orang diminta untuk melakukan physical distancing—go digital menjadi syarat mutlak jika kamu hendak memulai bisnis.
Berinvestasilah pada teknologi digital secara lebih agresif. Manfaatkan semua tools yang bisa dipakai, dan buat alur kerja yang lebih efisien dan efektif dengan mempergunakan teknologi yang sudah ada.
Nah, bagaimana? Siap untuk memulai bisnis kamu? Agar lebih siap lagi, ikut kelas FCOS Business Class yuk! Cek jadwal kelas-kelas finansial online QM Financial, dan pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Para Ibu Bekerja Bisa Memiliki 3 Alternatif Penghasilan Tambahan Ini!
Kalau dulu, status menjadi seorang ibu bekerja memang tidak sepopuler zaman sekarang. Saat seorang perempuan menikah dan menjadi istri serta ibu, maka ia akan menjadi tanggung jawab suaminya.
Yah, hal tersebut kalau dilihat sepintas lalu memang seperti “berpihak” pada perempuan. Tapi bisa jadi jebakan betmen juga. Saat perempuan yang berstatus ibu itu sudah bergantung sedemikian rupa, maka jika suatu saat ada hal-hal yang tidak diingikan dan di luar dugaan terjadi, ia bisa saja “kehilangan” tempat bergantung. Akibatnya, ia pun akan mengalami kesulitan untuk melanjutkan hidup.
Pastinya hal ini tak kita harapkan ya? Dan, untunglah semakin ke sini, perempuan semakin sadar akan hal ini. Mereka pun berusaha mandiri dan bisa menghasilkan uang sendiri, meski sudah berstatus ibu.
Tapi persoalannya, kadang juga ada beberapa alasan yang membuat para ibu bekerja harus menambah penghasilan. Antara lain karena punya tujuan keuangan yang baik, maka seorang ibu yang juga berstatus karyawan ini juga harus berusaha untuk mencapainya lebih cepat. Atau, bisa juga untuk persiapan masa pensiun.
Yes, memang ada banyak alasan baik di balik tambahan penghasilan bagi ibu bekerja.
Tapi, bukankah menjadi seorang ibu bekerja itu sudah sibuk sekali? Bukankah ibu bekerja sudah direpotkan dengan urusan anak, mengurus suami juga, dan masih harus bekerja keras mencapai target-target di kantor? Apakah mungkin bisa mempunyai penghasilan tambahan lagi?
Bisa kok. Berikut beberapa alternatif penghasilan tambahan yang bisa didapatkan oleh ibu bekerja.
3 Alternatif penghasilan tambahan bagi ibu bekerja
1. Freelancing
Bekerja secara freelance memang menjadi pilihan pertama. Apalagi jika si ibu bekerja punya passion tertentu yang berbeda dengan yang dilakukannya di kantor.
Misalnya saja, menulis. Di sela-sela waktunya bekerja untuk kantor dan mengurus keluarga, seorang ibu bekerja juga bisa bekerja lepas sebagai penulis. Bisa penulis buku, penulis konten untuk pekerjaan digital, hingga menjadi ghost writer.
Jenis pekerjaan lepas lain yang bisa dilakukan oleh ibu bekerja adalah desain grafis. Jika punya kemampuan di bidang ini, kita bisa menerima berbagai pekerjaan desain grafis, seperti desain-desain marketing kit, mulai dari company profile, brosur-brosur, hingga desain kartu nama.
Jika punya keterampilan di pemrograman, seorang ibu bekerja juga bisa menerima order web design ataupun web development.
Apa pun pekerjaan lepas yang dilakukannya, pastikan bisa dilakukan di sela-sela waktu antara pekerjaan utama dan urusan rumah tangga yang harus ditangani. Kemampuan manajemen waktu dan disiplin diri menjadi kunci sukses seorang ibu bekerja yang juga menerima pekerjaan lepas seperti ini.
2. Bisnis kecil
Selain bekerja secara lepas, seorang ibu bekerja juga bisa memiliki bisnis kecil yang bisa mulai dengan dikerjakan sendiri.
Misalnya, berdagang. Zaman now semua orang sepertinya sudah memanfaatkan internet buat jualan. Siapa pun bisa membangun bisnis kecilnya dengan berbasis internet. Mulai dari jualan pernak-pernik aksesori fashion, jualan baju, jualan mukena, sampai bisnis MLM, semua bisa dijalankan secara online.
Kita bisa mulai berjualan di media sosial, seperti Instagram dan Facebook. Atau, bisa juga menitipkan dagangan di marketplace-marketplace yang semakin menjamur belakangan ini. Atau, jika punya kemampuan mengulik blog, kita juga bisa membuat website jualan sendiri juga lo! Gampang banget.
Kalau nggak mau online, seorang ibu bekerja juga bisa berbisnis offline. Contohnya saja, berbisnis katering sarapan atau makan siang untuk teman-teman sekantor. Kan pasarnya sudah langsung ada tuh, nggak perlu susah-susah lagi melakukan survei dan tes pasar lagi. Lumayan banget kan?
3. Pengelolaan aset aktif
Sudah punya pekerjaan sampingan sebagai freelancer atau punya bisnis kecil, jangan lupa untuk juga punya aset sendiri. Sepertinya sih wajib ini ya?
Salah satunya adalah dengan mempunyai properti atas nama pribadi yang bisa disewakan, dan bisa memberikan tambahan pemasukan setiap bulannya.
Namun, jika menganggap untuk punya aset aktif ini kita butuh modal besar (lantaran memang besar–untuk membeli dan kemudian merawatnya), maka seorang ibu bekerja bisa juga memilih untuk berinvestasi di surat berharga. Ada deposito, obligasi, saham, hingga P2P Lending.
Nah, banyak kan alternatif penghasilan tambahan untuk ibu bekerja?
Setelah menambah penghasilan, PR selanjutnya yang harus dilakukan adalah mengelola semua penghasilan tambahan tersebut agar dapat dioptimalkan demi memenuhi kebutuhan hidup sekarang dan di masa yang akan datang.
Anda bisa mengusulkan pada perusahaan tempat Anda bekerja untuk mengadakan training keuangan bagi karyawan. Ada banyak manfaat yang bisa diambil dari training keuangan untuk karyawan ini. Tak hanya bagi karyawan sendiri tetapi juga bagi perusahaan.
Hubungi tim QM Financial untuk mengadakan #QMTraining, yaitu program pelatihan interaktif untuk karyawan. Pihak perusahaan dapat menyusun program bersama konsultan dan pembicara dari QM Financial, sesuai dengan kebutuhan literasi finansialnya.
Hubungi kami melalui WhatsApp ke 0811 1500 688 (NITA/MIA). Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas finansial online terbaru.