Yuk, Kenalan dengan 3 Jenis Asuransi Jiwa Murni
Pasti sudah pernah mendengar tentang asuransi jiwa kan? Yes, asuransi jiwa–terutama asuransi jiwa murni–penting untuk dimiliki oleh mereka yang menjadi tulang punggung keluarga–yang menanggung hidup beberapa orang kesayangan.
Asuransi jiwa akan memberikan proteksi terhadap diri sendiri atau orang-orang tertanggung dari kerugian finansial yang diakibatkan oleh risiko-risiko yang terjadi dalam hidup. Risiko-risiko ini misalnya musibah atau kecelakaan yang membuat pihak yang ditanggung tidak dapat bekerja lagi, atau enggak lagi produktif mendapatkan penghasilan.
Jadi, misalnya seorang suami yang sudah memiliki asuransi jiwa, ketika harus mengalami musibah yang menyebabkannya tidak dapat mencari uang untuk keluarganya lagi, akan mendapatkan santunan sesuai jenis asuransi jiwa murni yang dimilikinya. Santunan ini diberikan pada keluarga, untuk menyambung hidup lantaran tulang punggung keluarga tak dapat lagi melaksanakan tugasnya.
So, umpamanya sang istri nantinya memang bisa bekerja menggantikan suami, dengan santunan asuransi ini, ia masih akan dapat bernapas sedikit lebih lega sampai ia mendapatkan pekerjaan yang layak dan menggantikan peran suami sebagai tulang punggung keluarga. Saat si istri berperan sebagai pencari nafkah, maka otomatis ia pun membutuhkan asuransi jiwa juga untuk melindungi dirinya sendiri.
Sayangnya, meski penting, masih banyak orang yang belum memiliki asuransi jiwa. Bahkan, ada hasil survei yang menyatakan, bahwa dari 10 orang produktif di Indonesia hanya 2 orang saja yang sudah punya asuransi jiwa.
Oh wow! Prevalensi yang sangat memprihatinkan, ya?
Hal ini pastinya enggak lepas dari kurangnya informasi mendalam mengenai asuransi jiwa itu sendiri. Salah satunya, ada asuransi jiwa murni yang kemudian preminya hangus begitu jangka waktu sudah terlampaui. Bagi kebanyakan orang, “duit hilang” begini pastilah jadi pertimbangan berat.
Nah, makanya, yuk kita kenalan dengan 3 jenis asuransi jiwa murni yang bisa dipilih sesuai kebutuhan kita.
3 Jenis Asuransi Jiwa Murni yang Harus Diketahui
1. Term Life Insurance
Sering juga disebut dengan asuransi jiwa berjangka. Jenis asuransi jiwa murni ini adalah asuransi yang memberikan proteksi pada tertanggung pada jangka waktu tertentu. Kontraknya berkisar antara 5, 10, hingga 20 tahun. Harga preminya terhitung cukup terjangkau dan bersifat tetap.
Beberapa keuntungan asuransi jiwa berjangka:
- Pemegang premi bisa menentukan besarnya premi yang bisa dibayarkan, sesuai kemampuan finansial kita.
- Uang pertanggungan yang kita terima jika seandainya ada klaim akan mencapai miliaran rupiah, selama klaim dilakukan saat kontrak masih aktif.
Meski demikian, jika sampai kontrak berakhir dan enggak ada klaim yang dilakukan, maka uang pertanggungan tidak akan dikembalikan–seberapa pun jumlahnya.
Nah, ini barangkali yang menjadi pertimbangan bagi sebagian besar dari kita sehingga menunda untuk mempunyai asuransi jiwa murni ini ya? Duitnya hilang, gitu lo!
Tapi, coba pertimbangkan dengan risiko yang harus dihadapi, seperti ilustrasi yang sudah digambarkan di atas. Dengan begini, seharusnya kita punya mindset yang berbeda. Jika kontrak habis dan tidak ada klaim, maka kita harus bersyukur bahwa kita senantiasa diberi kesehatan dan keselamatan sepanjang hidup.
Betul?
2. Whole Life Insurance
Asuransi jiwa murni kedua ini sering juga disebut dengan istilah asuransi seumur hidup. Sesuai dengan namanya, asuransi ini akan memberikan perlindungan terhadap risiko-risiko yang terjadi pada tertanggung seumur hidupnya.
Ehtapi, meski disebutkan “seumur hidup”, tapi tetap ada batasnya juga lo, yaitu 100 tahun. Meski memang ada–tetapi sepertinya harapan hidup orang Indonesia tidak mencapai 100 tahun juga sih.
Beberapa keuntungan asuransi jiwa seumur hidup:
- Pemegang polis bisa mendapatkan sejumlah uang tunai dari hasil “nabung” premi setelah beberapa tahun kontrak. So, kita bisa saja menggunakan uang ini untuk membayar premi selanjutnya. Jadi ya, kayak “muterin” uang saja.
- Jika sampai akhir kontrak tidak ada klaim, uang pertanggungan akan dikembalikan seutuhnya.
Keuntungan-keuntungan yang didapat pada asuransi jiwa murni ini sepaket dengan beberapa kekurangannya.
Karena angka harapan hidup orang Indonesia hanya sampai rata-rata usia 75 tahun, maka akan ada peluang terjadi klaim sebelum masa kontrak habis. Karenanya, premi yang dibayarkan pun jauh lebih besar ketimbang asuransi berjangka. Bisa sampai 2 kali lipat.
Selain itu, nilai uang pertanggungannya juga jauh lebih kecil ketimbang asuransi berjangka. Karena meski ada bunga dari premi yang sudah kita kumpulkan, tapi besarnya hanya 4% saja, plus masih dipotong pajak.
3. Endowment Insurance
Atau sering juga disebut asuransi dwiguna. Seperti namanya, ada 2 manfaat yang ditawarkan oleh asuransi jiwa jenis ini, yaitu perlindungan sekaligus tabungan.
Nah, asuransi inilah yang biasanya dipasarkan sebagai asuransi pendidikan. Karena juga berfungsi sebagai tabungan, maka preminya bisa diambil dalam jangka waktu dan jumlah tertentu. Semuanya diatur dalam polis.
Jika sampai akhir kontrak tetap tidak ada klaim, maka uang pertanggungan akan dikembalikan sepenuhnya. Karena itu, harga preminya juga cukup tinggi.
Nah, sampai di sini, sudah semakin paham kan mengenai asuransi jiwa murni ini, dan apa pentingnya kita memiliki asuransi jiwa?
Yuk, ikutan kelas finansial online QM Financial, khususnya kelas asuransi agar kamu semakin paham sebelum kamu mulai membeli preminya. Cek jadwalnya, dan pilih kelas sesuai kebutuhanmu ya!
Perlukah Asuransi Pendidikan?
Dana pendidikan merupakan salah satu tujuan keuangan yang menempati prioritas atas dalam keluarga. Orang tua mana yang tidak ingin anak-anaknya menuntut ilmu di sekolah yang berkualitas?
Saat mempersiapkan dana pendidikan anak, biasanya para orang tua terlena dengan semua produk yang ditempeli kata “pendidikan” di belakangnya, termasuk asuransi pendidikan.
Pertanyaannya, tepatkah keberadaan asuransi pendidikan?
Menurut Undang-Undang no. 2 Tahun 1992,
“Asuransi adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan atau tanggung jawab hukum pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.”
Berdasarkan definisi tersebut, pendidikan bukanlah suatu kerugian dan juga bukan dampak suatu peristiwa yang tidak pasti. Jadi, mengapa diasuransikan?
Dengan demikian, sebenarnya istilah asuransi pendidikan tidaklah tepat. Selama ini, produk yang dipasarkan sebagai asuransi pendidikan, sebenarnya merupakan produk asuransi jiwa yang dikombinasikan dengan produk investasi.
Memang dengan memiliki asuransi pendidikan, orangtua dapat mulai mempersiapkan dana pendidikan anak sejak dini. Jumlah yang akan diterima pun sudah diketahui sejak awal. Namun, yang seringkali luput dari perhatian orangtua adalah, apakah jumlah yang diterima dari asuransi pendidikan ini, akan mencukupi kebutuhan dana pendidikan nantinya.
Ketika merencanakan kebutuhan dana pendidikan, langkah pertama yang harus Anda lakukan, adalah mencari informasi mengenai biaya pendidikan saat ini, untuk tingkat dan kualitas institusi pendidikan yang Anda inginkan, misalnya sekolah negeri, swasta, atau bahkan hingga ke luar negeri. Dengan memasukkan faktor inflasi tahunan, Anda akan dapat memperkirakan kebutuhan dana pendidikan.
Perhitungkan pula berapa lama lagi dana tersebut akan Anda butuhkan, sesuai dengan usia anak, sehingga Anda dapat menentukan jumlah yang harus Anda tabung atau investasikan setiap bulannya. Pastikan produk keuangan yang Anda pilih akan dapat mendukung tercapainya tujuan Anda.
Nah, jika Anda merasa kewalahan atau tidak punya cukup waktu, silakan kontak Independent Financial Planner untuk mendampingi Anda. Pendidikan adalah investasi penting untuk masa depan anak Anda, dan pastikan Anda akan memberikan yang terbaik untuk mereka.
Purwanti Wulandari / QM Planner
Untuk konsultasi lebih lanjut dengan QM Planner, silakan email ke: [email protected] atau hubungi kami melalui halaman Kontak
Apakah Saya Butuh Asuransi Pendidikan?
Apakah Saya Butuh
Asuransi Pendidikan?
Tulisan ini pernah dimuat di Tabloid Kontan pada Januari 2012.
Dana Pendidikan.
Inilah Tujuan Finansial paling emosional. Semua orang tua tentu ingin memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya. Bahkan ayah saya – Irawan Poerwo – mengajarkan pada saya orang tua tidak berkewajiban untuk menyekolahkan anak-anaknya, orang tua bertanggung jawab untuk menyekolahkan anak-anaknya. Tanggung jawab memiliki makna lebih dalam dibandingkan kewajiban.
Tentu saja ini menjadikan orang tua sebagai target paling empuk untuk memasarkan produk-produk keuangan yang katanya untuk mencapai Dana Pendidikan. Salah satunya adalah Asuransi Pendidikan.
Tapi… apakah Anda mengerti apa yang dimaksud dengan Asuransi Pendidikan?
Asuransi adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan atau tanggung jawab hukum pihak ke tiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan (UU No.2 Th 1992)
Jika kita melihat definisi Asuransi berdasarkan UU di atas, maka ada beberapa poin yang perlu diperhatikan.
Memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan atau tanggung jawab hukum pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung.
Peristiwa yang tidak pasti.
Saya tidak melihat Dana Pendidikan sebagai suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan atau tanggung jawab hukum pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung. Saya juga tidak melihat Dana Pendidikan sebagai peristiwa yang tidak pasti. Lalu mengapa ada Asuransi Pendidikan? Apa yang sedang diasuransikan?
Sebetulnya, mau jujur atau tidak, tidak ada yang namanya Asuransi Pendidikan. Apa yang dikenal luas sebagai Asuransi Pendidikan adalah sebutan agar memudahkan berjualan saja. Ada dua jenis “Asuransi Pendidikan” yang sering kita temukan.
Jenis Pertama : Asuransi Jiwa Endownment.
Jenis pertama sebetulnya adalah asuransi jiwa jenis Endowment. Asuransi Jiwa tentu memberikan perlindungan berupa Uang Pertanggungan jika terjadi meninggal pada orang yang namanya tertera sebagai tertanggung dalam polis asuransi.
Sementara yang dimaksud dengan Endowment, asuransi jiwa jenis ini memberikan jaminan pengembalian pada tahun-tahun yang sudah ditentukan jadwalnya dalam polis asuransi. Sehingga bisa saja tahun-tahun tersebut disesuaikan dengan jadwal masuknya anak kita ke jenjang sekolah berikut.
Salah satu contoh produk Asuransi Jiwa Endowment sebagai berikut.
Jenis Kedua : Asuransi Unitlink.
Jenis ini sebetulnya adalah asuransi jiwa, biasanya Wholelife yang bisa ditempeli asuransi jenis lain (misalnya Kesehatan) dan bersanding dengan Unit Investasi. Asuransi Jiwa tentu memberikan perlindungan berupa Uang Pertanggungan jika terjadi meninggal pada orang yang namanya tertera sebagai tertanggung dalam polis asuransi.
Unit Investasi yang dimaksud di sini adalah wadah untuk nasabah mengumpulkan uang dan berinvestasi secara kolektif. Sistem yang digunakan sangat mirip dengan Reksadana. Risiko pasar yang ada pun sama persis dengan Reksadana karena uang dalam Unit Investasi Unitlink akan diinvestasikan ke pasar uang, pasar obligasi dan pasar saham. Selain itu, produk Unitlink membebankan biaya yang cukup besar terhadap premi yang dibayarkan oleh nasabah.
Kesalahan yang paling sering dilakukan oleh orang tua saat membeli Asuransi Pendidikan adalah :
1) Menempatkan nama anak sebagai Tertanggung dalam polis “Asuransi Pendidikan”. Ini dapat berakibat fatal pada Rencana Keuangan Anda. Seharusnya nama Tertanggung dalam polis asuransi jiwa adalah nama orang tua sebagai pemberi nafkah utama. Sehingga jika terjadi meninggal, anak sebagai ahli waris dapat menerima manfaat Uang Pertanggungan dari polis asuransi tersebut.
2) Tidak memperhatikan target Dana Pendidikan. Saat membeli “Asuransi Pendidikan” orang tua seringkali hanya memperhatikan besarnya premi yang dibayarkan lalu melupakan tujuan utama adalah dapat menerima manfaat sejumlah uang yang cukup saat anak masuk jenjang pendidikan.
Saya bukan anti asuransi. Tapi saya sangat kuatir karena selalu saja bertemu dengan para orang tua yang membeli Asuransi Pendidikan tetapi tidak mendapatkan manfaat yang diinginkan. Saya ingin Anda mempertimbangkan pilihan berikut untuk mencapai Dana Pendidikan.
Tabel Contoh Rencana Keuangan Dana Pendidikan
(Tabel diolah dari buku “Untuk Indonesia Yang Kuat – 100 Langkah Untuk Tidak Miskin”, halaman 134)
Inilah yang saya maksud dengan membuat Rencana Keuangan. Tentukan dahulu perkiraan ke mana anak-anak kita akan bersekolah. Ada nilai masa depan yang harus kita pertimbangkan. Cek apakah ilustrasi Asuransi Pendidikan dapat mencapai nilai masa depan Dana Pendidikan. Jika ilustrasinya saja sudah tidak mencukupi maka kita sedang membeli ‘jaminan anak kekurangan uang untuk bersekolah’.
Pada Tabel Dana Pendidikan tersebut terlihat bagaimana dengan Rp2.821.849 per bulan, sebuah keluarga dapat dengan efisien mengumpulkan Dana Pendidikan dari PlayGroup hinggal Perguruan Tinggi untuk 1 orang anak berusia 1 tahun.
Jangan lupa bahwa saat sedang berinvestasi, keluarga ini juga tetap membutuhkan perlindungan jika terjadi meninggal pada pemberi nafkah utama keluarganya. Karena itu, keluarga ini membutuhkan Asuransi Jiwa yang dapat dibeli terpisah. Tabel di bawah ini menunjukkan perkiraan premi asuransi jiwa tahunan jika keluarga tersebut membeli Asuransi Jiwa murni jenis Term Life.
Tabel Contoh Perkiraan Premi Asuransi Jiwa TERM LIFE
Maka sebelum Anda membeli produk Asuransi Pendidikan, tolong tanyakan pada diri sendiri :
“Apakah yang sebetulnya ingin saya asuransikan?”
“Apakah yang sebetulnya menjadi Tujuan Finansial saya?”
“Apakah ada produk lain yang dapat lebih efisien memaksimalkan hasil dari uang saya yang terbatas ini?”
Finance Should be Practical!
~ * * * ~