Belanja di Live TikTok, Kenapa Susah Ditolak atau Dihentikan?
Siapa nih yang barusan checkout belanjaan gara-gara nonton live TikTok? Sementara para seller-nya mengumumkan bahwa omzet menembus miliaran rupiah, kamu apa kabar? Dompet gimana dompet?
Yes, akhir-akhir ini perilaku konsumsi masyarakat Indonesia memang berubah. Media sosial seperti TikTok dan Instagram telah memengaruhi cara orang berbelanja. Orang dengan cepat dihadapkan pada berbagai produk dan jasa saat mereka melihat video. Bahkan saat sedang iseng scroll.
Berawal scroll sebelum tidur, berakhir checkout sambil ngelindur. Besoknya bertanya-tanya sendiri, “Kok ada uang terdebit ya?”
Pada akhirnya, keputusan berbelanja bukan lagi pada kebutuhan, tetapi pada, “Eh, kok lucu ya?”, atau “Lah iya ya? Kalau pakai barang ini, hidupku akan lebih mudah.” Juga beberapa alasan lainnya yang kadang kala “beyond” yang bisa diwaspadai.
Apa saja?
Mengapa Live Tiktok Shopping Tak Bisa Ditolak?
Algoritma dan Testimoni
Aplikasi seperti TikTok mempunyai suatu sistem yang dibuat untuk memperlihatkan video atau barang-barang yang sangat sesuai dengan apa yang kita suka atau minati. Hal ini membuat aplikasi memberikan saran terus menerus untuk melihat video atau produk yang mirip, dan bisa jadi kita terus-terus melihat dan akhirnya terpengaruh untuk membeli.
Sementara itu, di media sosial, orang juga sering membagikan pengalaman masing-masing menggunakan suatu produk lewat ulasan atau komentar positif. Hal ini bisa membantu kita dalam memutuskan apakah kita juga ingin membeli produk tersebut. Karena kita membaca atau melihat pengalaman baik orang lain, kita jadi terpengaruh dan terkadang merasa lebih yakin untuk membeli produk tersebut juga.
Bisa Lihat secara Langsung
Di live TikTok, penjual bisa memperlihatkan produk mereka secara langsung melalui video. Artinya, kita bisa melihat bagaimana barang itu digunakan atau dilihat dari berbagai sudut sebelum kita memutuskan untuk membelinya. Ini berbeda dari hanya melihat foto atau membaca deskripsi tentang produk yang bersangkutan.
Dengan cara ini, kita jadi bisa lebih yakin saat ingin membeli karena kita sudah melihat sendiri bagaimana barang itu secara nyata. Misalnya, jika kita ingin membeli baju, kita bisa melihat bagaimana baju itu terlihat saat dipakai orang, bukan hanya melihat fotonya saja. Atau jika kita ingin membeli alat masak, kita bisa melihat bagaimana alat itu digunakan untuk memasak.
FOMO
Kita sering melihat di media sosial bahwa suatu produk menjadi sangat terkenal dan banyak orang membelinya. Hal ini bisa membuat kita ingin mengikuti tren dan juga membeli produk tersebut, meskipun sebenarnya kita tidak benar-benar membutuhkannya. Ini disebut dengan “efek bandwagon”, di mana kita terpengaruh oleh apa yang dilakukan oleh banyak orang.
Sebagai contoh, jika teman-teman kita di media sosial banyak yang membeli ponsel model terbaru, kita juga jadi ingin memiliki ponsel tersebut untuk bisa “ikutan” dengan yang lain. Ini juga bisa terjadi dengan pakaian, skincare, alat masak, aksesoris, makanan, dan berbagai jenis produk lainnya.
Gampang Belanjanya
Zaman sekarang, siapa sih yang enggak pengin serbamudah? Belanja di live TikTok itu gampang banget memang. Ibaratnya one click purchase, enggak perlu ribet mengisi berbagai form, langsung order ketika live berlangsung, konfirmasi, bayar, dan tinggal duduk manis deh di rumah menunggu pesanan datang.
Murah dan Banyak Diskon
Sesuai dengan data yang disajikan oleh Databoks nih, alasan utama banyak orang yang belanja di live TikTok adalah harga barang relatif lebih murah dan banyak diskon. Belum lagi, dikasih batasan waktu. Jadi rasanya harus cepet checkout biar dapat diskonnya!
Tip Manajemen Diri supaya Enggak Kalap Belanja saat Live TikTok
Memang, belanja saat siaran langsung di TikTok bisa sangat menggoda, terutama dengan berbagai penawaran menarik yang diberikan. Berikut adalah beberapa tips yang bisa membantumu untuk tidak berbelanja secara berlebihan.
Tetapkan Anggaran
Sebelum kamu mulai menonton live TikTok atau media sosial lainnya, ada baiknya kamu sudah menetapkan dulu jumlah uang maksimal yang boleh kamu gunakan untuk berbelanja. Dengan cara ini, kamu memiliki batasan yang jelas dan ini akan membantu untuk mencegah kamu dari pengeluaran yang berlebihan.
Misalnya, kamu bisa menetapkan anggaran belanja untuk hanya mengeluarkan maksimal Rp200 ribu untuk belanja saat menonton siaran langsung tersebut. Dengan memiliki anggaran atau batas pengeluaran ini, kamu bisa lebih terkendali dan tidak terbawa suasana untuk belanja terlalu banyak barang yang sebenarnya tidak kamu butuhkan. Jadi, sebelum menonton, pikirkan baik-baik berapa batas yang aman untuk kamu keluarkan sehingga tidak mengganggu keuanganmu di masa depan.
Hindari Impulsif
Kadang, saat kita lihat barang yang kita suka saat siaran langsung, kita bisa langsung ingin membelinya tanpa pikir panjang. Hal ini disebut belanja spontan atau pembelian impulsif. Nah, untuk mencegah ini, coba untuk tidak langsung membeli barang tersebut.
Sebagai gantinya, berilah diri kamu waktu untuk merenung dan mempertimbangkan dengan serius apakah kamu benar-benar memerlukan barang itu. Mungkin kamu bisa memikirkannya semalaman atau mencatatnya dulu dan memikirkannya lagi nanti. Dengan begitu, kamu tidak akan terjebak dalam membeli barang-barang yang sebenarnya tidak kamu butuhkan, dan ini akan membantu menjaga keuangan kamu agar tetap sehat.
Dengan kata lain, jangan terburu-buru untuk membeli, tapi berikan waktu untuk memikirkan keputusan kamu dengan lebih matang.
Batasi Waktu
Berikan batasan pada diri kamu mengenai berapa lama kamu boleh menonton siaran langsung yang menjual berbagai barang atau produk. Hal ini penting agar kamu tidak terlalu larut dan akhirnya tergoda untuk membeli banyak hal yang sebenarnya tidak kamu butuhkan.
Jadi, sebelum kamu mulai menonton, tentukan dulu bahwa kamu hanya akan menonton, misalnya, selama 30 menit atau 1 jam. Pasang alarm untuk mengingatkan kamu kapan waktunya untuk berhenti menonton.
Dengan mengontrol waktu menonton seperti ini, kamu akan lebih bisa mengontrol diri dari godaan-godaan untuk berbelanja secara berlebihan. Ini juga akan membantu kamu untuk lebih fokus pada barang atau produk yang memang benar-benar kamu butuhkan atau inginkan, daripada terbawa suasana dan membeli banyak hal secara impulsif.
Memang kita enggak bisa memungkiri sih, bahwa berbelanja melalui live TikTok itu memiliki daya tarik tersendiri yang sulit untuk diabaikan. Namun, penting untuk selalu menjaga kewarasan dan kebijaksanaan kita dalam berbelanja.
Meski tergoda dengan diskon menarik dan demonstrasi produk yang memikat, kita harus mampu mengontrol diri untuk tidak terjebak dalam siklus belanja yang tidak terkontrol. So, mengadopsi strategi manajemen diri yang efektif, seperti menetapkan anggaran, menghindari pembelian impulsif, dan membatasi waktu menonton, dapat menjadi langkah awal yang baik untuk berbelanja secara lebih cerdas dan terukur.
Ingatlah, kebahagiaan sejati tidak selalu datang dari berbelanja, tetapi dari kepuasan akan keputusan yang kita buat dengan bijak dan pertimbangan yang matang.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Cerdas Belanja Diskon Akhir Tahun, Jangan Melakukan Kesalahan Ini!
Apa yang paling ditunggu di akhir tahun selain liburan? Yes, promo dan diskon akhir tahun!
Banyak gerai, toko, baik offline maupun online heboh menawarkan potongan harga di saat akhir tahun seperti ini. Kita, sebagai pelanggan, pastinya ya akan menyambut dengan bahagia dan gegap gempita. Alasan yang sering dipakai adalah, “Kapan lagi ada diskon begini?”
Padahal ya, sepanjang tahun—setiap bulan, setiap tanggal kembar—kita selalu diberi kesempatan untuk belanja dengan harga murah. Iya kan? Nggak cuma diskon akhir tahun saja kan, kesempatan kita buat belanja dengan potongan harga begini?
Ya, begitulah. Pasalnya memang diskon akhir tahun tuh menggiurkan. Pas banget kalau kita juga baru saja dapat bonus akhir tahun. Wow! Makin menjadi-jadi deh nafsu belanjanya.
Nah, saat itulah banyak kesalahan yang kita lakukan, yang bisa membahayakan cash flow. Kesalahan seperti apa?
Belanja Diskon Akhir Tahun, Jangan Lakukan Kesalahan Ini!
Lapar mata
Kita memang enggak bisa memungkiri kan, kalau kita sering belanja secara impulsif. Enggak diskon saja disikat, apalagi pas momen diskon akhir tahun. Pasti semua yang pengin diembat. Keinginan membeli muncul begitu saja, saat kita melihat barangnya—atau bahkan cuma foto barangnya!
Tak disiplin dengan anggaran yang sudah dibuat
Hayo, siapa nih, yang sering bikin anggaran sendiri, tapi ya akhirnya disabotase sendiri? Anggaran yang dibuat sih sudah rapi, tapi di lapangan, kenyataannya berbeda. Teori enggak sama dengan praktik!
Itu tandanya kamu enggak tahan menghadapi godaan. Bakalan bahaya kalau kamu belanja diskon akhir tahun seperti ini. Bakalan kalap!
Enggak tega permintaan yang disayang
Misalnya, seperti pasangan, atau yang paling sering: anak. Ini kerap terjadi pada orang tua pada anak, atau om tante ke keponakannya. Hal ini terjadi karena rasa sayang yang begitu besar, sehingga orang dewasa sering membeli ini itu. Padahal ya anaknya sendiri kadang malah nggak pengin.
Atau, kalau anaknya pengin, ya kita yang enggak tega untuk menolak. Jika ini yang terjadi, ada baiknya anak juga diajarkan bagaimana membedakan keinginan dan kebutuhan. Perlahan-lahan, pasti ia akan memiliki kebiasaan belanja yang sehat. Ayah dan ibu harus kompak dalam hal ini. Jangan sampai ibu melarang belanja, eh si ayah malah belanja banyak.
Gengsi
Ini bisa jadi beberapa alasan sih. Di antaranya:
- Membeli karena enggak mau kalah dari teman. Sebenarnya sih enggak pengin beli dan enggak butuh juga. Tapi kok kayaknya jadi alienated gitu ya, di sirkel? Apalagi di WAG, wah, kayak dicuekin nih. Akhirnya … bisa ditebak deh.
- Membeli karena tidak enak. Misalnya, kamu sudah tanya-tanya mendetail ke admin atau ke pramuniaga. Eh, kalau enggak jadi beli kan enggak enak ya? Apalagi belanja kosmetik, sudah sampai tahap coba-coba produknya. Padahal niatnya di awal sih enggak mau beli sekarang, kan hanya mau sekadar window shopping? Tapi jadi enggak enak ya, kalau enggak beli?
- Membeli demi solidaritas. Misalnya dress code buat kumpul-kumpul reunian atau dengan keluarga di akhir tahun nanti. Nah, jadi harus keluar uang lagi buat beli seragam atau setidaknya baju yang sesuai dengan dress code. Pasalnya, juga enggak punya yang sesuai sih.
Nah, kamu sering melakukan yang mana nih? Coba kenali dirimu sendiri, dan cobalah untuk menghindari perasaan-perasaan di atas kalau kamu pengin belanja diskon akhir tahun nanti.
Terpengaruh penawaran
Korban iklan, katanya, atau penawaran. Misalnya saja, membeli satu produk akan dapat voucher makan gratis di restoran X untuk satu orang. Karena tergiur, kita pun membeli. Sayangnya, kita malahan harus membayar lebih banyak karena vouchernya hanya untuk satu orang, sementara kita datang sepasukan bareng keluarga.
Yah, jadi pengeluaran ekstra kan? Padahal bisa dicegah lo!
Kadang ya dalam voucher itu ada syarat dan ketentuannya. Misalnya, hanya belanja produk A. Padahal untuk bisa memakai produk A ini, kamu harus punya juga produk B. Nah, jadi harus beli produk B deh. Atau, voucher gratis makan, tapi enggak termasuk minumnya—yang bisa jadi jatuhnya malah lebih mahal.
Selain penawaran, promosi kartu kredit kadang juga bisa menjebak. Misalnya, diskon berlaku untuk nominal tertentu. Terpaksa jadi belanja lagi supaya dapat reward-nya kan? Iya, kelihatannya memang tampak lebih mudah belanja dengan kartu kredit. Namun, ingat. Belanja dengan kartu kredit itu artinya utang. Begitu juga dengan paylater. Sementara, apakah kamu ingat 3 syarat utang sehat? Lalu, apakah belanja diskon akhir tahun bisa memenuhhi 3 syarat sehat tersebut?
Nah, itu dia beberapa kesalahan yang sering kita lakukan kalau kita berbelanja saat sedang musim diskon, termasuk diskon akhir tahun. Ingat-ingat ya, supaya kamu jangan melakukan kesalahan yang sama lagi tahun ini.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Budgeting Adalah Koentji: 3 Cara Melakukannya dengan Mudah
Budgeting adalah salah satu langkah penting dalam pengelolaan keuangan. Tak hanya di perusahaan, budgeting juga penting ketika kita hendak mengatur keuangan pribadi.
Jika ingin sukses mengatur keuangan, maka mulailah dengan mengendalikan cash flow. Cara mengendalikan cash flow adalah dengan membuat budgeting.
Nah, singkatnya sih begitu.
Untuk memahami budgeting secara lebih detail, ikuti artikel ini sampai selesai ya.
Apa Itu Budgeting?
Budgeting adalah sebuah istilah berbahasa Inggris, berasal dari kata dasar budget. Jika dialihbahasakan ke dalam bahasa Indonesia, bujet ini artinya adalah:
anggaran pemasukan dan pengeluaran uang; anggaran belanja
n Ek rencana anggaran terperinci sebagai pedoman untuk menjalankan operasi pada masa yang akan datang dan juga digunakan sebagai dasar untuk melakukan penilaian atas pelaksanaan.
Demikian menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia.
So, kalau disimpulkan, budgeting adalah proses pembuatan anggaran belanja, yang meliputi catatan penghasilan dan pengeluaran uang dalam satu periode tertentu.
Fungsi Budgeting
Banyak manfaat yang bisa kita rasakan jika kita dapat membuat budgeting untuk keuangan kita sendiri. Beberapa fungsi budgeting adalah sebagai berikut:
- Untuk menentukan seberapa banyak uang yang bisa kita pakai untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Ini penting karena—mari kita realistis saja—bahwa kebutuhan hidup kita itu selalu akan lebih banyak dari sumber daya yang kita punya. Karena itu, kalau tidak ditentukan batasannya, wah, bisa-bisa bablas dan akhirnya berpeluang memunculkan masalah keuangan di masa depan.
- Alat pembanding antara penghasilan dan pengeluaran. Dari sini kita dengan segera bisa mengetahui jika terjadi “besar pasak daripada tiang”, sehingga bisa dilakukan berbagai penyesuaian, agar keuangan bisa lebih efektif.
- Alat kontrol keuangan. Persis seperti yang diuraikann di poin pertama. Budgeting adalah alat pengendali—alat kita untuk membatasi pengeluaran. Kita bisa melihat, mana kebutuhan yang memang harus dipenuhi, mana yang bisa ditunda dulu, dan mana yang sebaiknya dicoret saja dari budgeting ini.
- Budgeting adalah alat support untuk mewujudkan rencana keuangan. Kalau cash flow nggak beres, mustahil kita bisa membuat rencana untuk mencapai tujuan keuangan—baik pendek, menengah, terutama tujuan jangka panjang.
- Menjadi alat untuk mengukur pertumbuhan aset kita.
Cara Melakukan Budgeting
Kita sudah sepakat bahwa budgeting adalah hal terpenting dalam perencanaan keuangan. Lalu, bagaimana cara menyusunnya?
Bagi dalam beberapa bagian
Pada dasarnya, kita punya kebutuhan yang memang dapat dikelompokkan dalam beberapa kategori besar, yang disebut dengan pos pengeluaran. Pos ini bisa disesuaikan dengan kondisi masing-masing sih. Tetapi, kamu bisa mencoba dengan pembagian yang terdiri atas pos belanja rutin, cicilan utang, investasi dan tabungan, sosial, dan lifestyle.
Tentukan besar masing-masing batas pengeluarannya. Di QM Financial, proporsinya adalah sebagai berikut:
- Pos cicilan utang: maksimal 30%
- Pos belanja rutin: 40 – 60%
- Pos investasi dan tabungan: minimal 10%
- Pos sosial: disesuaikan dengan peraturan, misalnya zakat berarti 2.5%
- Pos lifestyle: maksimal 10%
Pembagian di atas tak sesuai untukmu? Lakukan penyesuaian seperlunya.
Budgeting di awal
Pada dasarnya, budgeting adalah proses yang sebaiknya dilakukan dalam periode tertentu.
Jadi, tentukan periode atau jangka waktu budgeting, misalnya bulanan atau mingguan. Paling mudah sih disesuaikan dengan waktunya kamu menerima penghasilan.
Tapi, kamu pekerja lepas, yang menerima penghasilan nggak tentu. Gimana menentukan periodenya? Ya, dibikin yang paling mudah saja untukmu. Misalnya sebulan sekali. Lalu, tentukanlah berapa uang yang akan kamu pakai di awal periode budgeting. Nah, khusus untuk mereka yang mendapatkan penghasilan tidak tetap sih ada trik khusus ya, yang bisa dilihat di artikel yang sesuai. Kapan-kapan bisa juga kita bahas lagi.
Yang penting, tentukan periodenya, dan lakukan budgeting di awal.
Evaluasi
Setiap kali akhir periode tiba, lakukan evaluasi terhadap budgeting dan pengeluaran yang sudah kamu lakukan dalam periode tersebut.
Sudah dijelaskan di atas kan, bahwa budgeting adalah alat untuk membandingkan dan mengetahui, apakah pengeluaran uang kita efektif atau harus disesuaikan lagi. Karena itu, evaluasi adalah proses penting juga dalam budgeting.
Nah, mau tahu lebih detail proses budgeting dalam pengelolaan keuangan pribadi? Gabung saja yuk, di Udemy. Ada modul yang sesuai buat kamu yang pengin belajar budgeting nih, yaitu Berkenalan dengan Financial Planning. Dalam kursus online ini kamu bisa mendapatkan materi budgeting, dan beberapa yang lain. Disusun agar mudah dipahami, kursus online ini pasti cocok buat kamu yang sedang belajar untuk mengatur keuangan.
Segera ambil modulmu di Udemy ya, dan kamu pun bisa segera memulai journey kamu sekarang.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Tetap Bebas Utang, Lakukan 5 Langkah Bertahan Ini!
Siapa yang mau merdeka dari utang? Semua orang pasti! Nggak perlu diragukan lagi. Di kala kita hidup di tengah fenomena semakin mudahnya utang dibuat, bebas utang adalah sebuah kemevvahan yang hakiki.
Iya sih, enggak semua utang itu jelek. Ada pula utang yang memang perlu diambil, demi mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik di kemudian hari. Utang KPR, misalnya. Ini adalah utang produktif; utang diambil, tetapi harga barangnya akan bertambah nanti.
Kalau begitu, mari kita batas pembahasannya pada utang konsumtif.
Apakah ada dari kamu yang saat ini memang sudah sama sekali enggak punya utang konsumtif? Nggak ada tunggakan utang kartu kredit? Nggak ada tunggakan utang slow cooker, atau air fryer? Nggak ada juga tunggakan cicilan sepeda yang nilainya puluhan juta rupiah?
Alhamdulillah! Stay that way, dan lakukan beberapa langkah berikut agar tetap bebas utang sampai kapan pun.
5 Langkah Sederhana untuk Tetap Bebas Utang
1.Belanja di saat yang tepat, dengan niat yang tepat
Kamu yang bebas utang pasti tidak pernah merasa takut ketika berbelanja, karena kamu terbiasa berbelanja secara efektif. Kamu juga bisa menentukan, kapan kamu butuh sesuatu dan kapan kamu akan membelinya. Sepertinya sih, aktivitas belanjamu semua sudah teratur dan terencana dengan baik.
Pertahankanlah kebiasaan belanja yang baik ini. Buat dan bawa daftar belanja setiap kali hendak belanja, and stick to it. Pilah mana yang memanfaatkan diskon dan promosi, mana yang belanja sesuai dengan kebutuhan.
2.Bayar tunai
Kamu yang sekarang bebas utang konsumtif sudah tahu banget, apa keuntungannya bisa membayar lunas tagihan kartu kredit secara langsung, nggak pakai nunggak. Yes, untuk menghindari bunga yang cukup besar dan juga denda yang nggak perlu.
Kamu tahu betul, bahwa kartu kredit berbeda fungsi dengan kartu ATM, dan kamu enggak bakalan bisa menghabiskan lebih banyak uang daripada yang sudah kamu hasilkan. Kamu sadar, bahwa ketika kamu belanja melampaui kemampuan, maka di situlah muncul peluang berutang yang bakalan memberatkan cash flow kamu juga.
So, bertahan ya!
Bayar tunai untuk kebutuhan belanja rutin, dan hal-hal lain yang memang memungkinkan untuk bayar tunai. Menabung dan investasi, jika memang butuh nominal yang agak besar untuk membeli suatu barang.
3.Punya dana darurat
Salah satu penyebab orang berutang adalah ketika mereka harus mengeluarkan uang yang tidak mereka miliki saat kondisi darurat. Saat sakit, misalnya.
Karena kamu sadar betul akan hal ini, kamu pun memiliki dana darurat yang mencukupi, sehingga ketika ada hal-hal di luar kendali terjadi dan kamu harus mengeluarkan uang untuk mengatasinya, kamu enggak pakai ragu atau takut lagi. Karena, ada dana darurat yang cukup.
Utang bukan pilihan untuk mengatasi masalah. Betul?
4.Catat pengeluaran, buat anggaran
Punya catatan pengeluaran itu sangat bagus, terutama untuk mengetahui ke mana saja uang kita pergi dan pergunakan. Membuat anggaran untuk jangka waktu tertentu itu juga sangat bagus, untuk memastikan kita menggunakan uang sesuai dengan kebutuhan kita.
Jika ada yang tidak sesuai, dengan segera, kita dapat memperbaikinya sehingga keuangan menjadi lebih terkendali.
Tanpa catatan pengeluaran dan anggaran belanja, bisa kejadian tuh, uang sudah habis duluan sebelum penghasilan kembali masuk. Akibatnya? Untuk menyambung hidup sampai gajian, kita harus berutang.
Duh, jangan sampai ya.
5.Investasi sesuai porsi
Investasi kita lakukan sesuai dengan rencana keuangan, salah satunya, untuk memastikan bahwa kita tidak akan mengalami masalah keuangan di kemudian hari. Punya utang yang tak kunjung rampung, misalnya.
Karenanya, jika sekarang kamu sudah bebas utang konsumtif, maka investasi harus juga segera dimulai sesuai porsi yang sudah kamu tentukan dan sesuaikan dengan kemampuanmu. Berinvestasilah secara konsisten, dan lakukan di awal bulan.
Bertahanlah untuk tetap bebas utang konsumtif ya. You’re doing good so far, dan yakin deh, kamu pasti bisa mencapai tujuan keuanganmu dengan segera.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Mau Jadi Perencana Keuangan untuk Diri Sendiri? 7 Hal Ini Harus Dipelajari Dulu!
Seorang perencana keuangan dibutuhkan ketika kita merasa kesulitan mengatasi permasalahan keuangan yang terjadi, atau ketika kita merasa kewalahan mengelola keuangan pribadi kita. Mereka akan membantu menawarkan berbagai macam solusi, agar kemudian kita bisa sukses meraih tujuan-tujuan finansial kita.
Pernahkah kamu mempertimbangkan untuk menjadi perencana keuangan untuk dirimu sendiri?
Hmmm, sounds interesting ya? Iyaps, karena dengan menjadi perencana keuangan bagi diri sendiri (dan keluarga), kita bisa membuat berbagai keputusan keuangan sendiri. Semua bisa dipertimbangkan menurut kebutuhan dan keinginan kita sendiri. Kita juga bisa bertanggung jawab atas keputusan-keputusan itu terhadap diri sendiri. Rasanya, bebas banget mau menentukan, pengelolaan seperti apa yang kita inginkan dan bisa mengoptimalkannya sesuai kemampuan dan kebutuhan kita.
Yes banget kan? Nah, mari kita lihat beberapa hal yang perlu kamu pelajari jika kamu ingin menjadi perencana keuangan untuk dirimu sendiri.
7 Hal untuk Menjadi Perencana Keuangan Bagi Diri Sendiri
1. Membuat catatan atau laporan keuangan
Nah, kamu pasti sudah tahu, apa pentingnya membuat laporan arus kas keuangan pribadi ini kan?
Yes, catatan atau laporan keuangan yang detail dan rapi dapat membantumu untuk mencermati jika ada hal-hal yang perlu diperbaiki dalam keuangan, bisa mencari solusinya, dan dengan catatan pengeluaran, kamu juga bisa mengendalikan belanja sehingga kamu bisa lebih banyak menabung demi tujuan finansialmu.
2. Membuat anggaran
Anggaran belanja ini sepenting catatan pengeluaran. Buku catatan keuanganmu belumlah lengkap tanpa adanya anggaran belanja.
Untuk bisa menjadi perencana keuangan untuk diri sendiri–dan kemudian membuat rencana keuangan yang komprehensif–kamu harus bisa membuat anggaran untuk berbagai macam keperluan.
Ingat, kebutuhan akan selalu lebih banyak daripada sumber daya yang kita miliki. Tanpa anggaran, kita bisa salah prioritas, sehingga bisa jadi kita malah terlalu banyak membelanjakan uang ke hal-hal yang kurang penting.
3. Merumuskan tujuan keuangan
Tak semua orang tahu apa yang mereka inginkan. Banyak loh, yang hanya sekadar menjalani hidup, tanpa ada intensi untuk meningkatkan kualitasnya, karena menjadikan penghasilan yang pas-pasan sebagai alasan.
Padahal, dengan pengelolaan keuangan yang baik, gaji atau penghasilan seberapa besar pun tak akan menjadi masalah. Ini bisa diatasi jika kamu mau menjadi perencana keuangan untuk dirimu sendiri.
Salah satunya, kita harus memiliki tujuan keuangan yang disusun berdasarkan prioritas. Ini butuh keterampilan khusus, karena yah, sekali lagi, keinginan dan kebutuhan akan selalu lebih banyak daripada sumber daya. Jadi, kita mesti pintar-pintar mengatur sumber daya itu agar semua kebutuhan bisa terpenuhi.
4. Memilih instrumen investasi yang tepat
Untuk merealisasikan tujuan keuangan yang sudah kamu susun, kamu perlu bantuan beberapa instrumen investasi yang tepat. Hal ini harus kamu pelajari betul jika ingin menjadi perencana keuangan bagi diri sendiri.
Jangan mikir yang ribet dulu. Belajar investasi itu layaknya sekolah. Kamu enggak bisa tahu-tahu duduk di bangku SMA, tapi harus menjalani pendidikan di playgroup dulu, kemudian TK, SD, SMP, dan kemudian baru SMA dan melanjutkan ke perguruan tinggi. Yes, bertahap.
Jadi, belajar investasi itu seharusnya bisa dilakukan oleh semua orang, apalagi buat mereka yang sudah punya niat kuat untuk menjadi perencana keuangan untuk diri sendiri dan keluarga. Pasti akan terasa lebih mudah ketika kamu belajar one step at a time. Yang penting, kenalan dulu!
5. Bijak kelola utang
Utang bisa jadi penghambat besar untukmu, jika kamu tidak bisa mengelola keuangan dengan baik. Padahal, di sisi lain, utang juga dibutuhkan agar kita bisa meraih hal-hal di luar jangkauan yang dapat meningkatkan kualitas hidup kita di depan.
Karenanya, kalau mau menjadi perencana keuangan bagi diri sendiri, bisa bijak mengelola utang adalah satu skill yang mutlak untuk dimiliki.
6. Mengenal berbagai jenis proteksi
Tanpa proteksi, rencana keuangan bisa hanya tinggal rencana. Tujuan keuangan bisa gagal dicapai. Karenanya, proteksi ini mutlak dimiliki, seperti yang sudah dijelaskan dalam Blueprint of Your Money.
Ada 2 jenis proteksi yang wajib kamu miliki sebagai jaring pengaman rencana keuanganmu: asuransi kesehatan dan asuransi jiwa. Bagaimana cara memilih asuransi yang paling cocok, dan bagaimana perhitungannya? Kamu bisa mempelajarinya dengan mudah kok.
7. Memotivasi diri sendiri
Menjadi perencana keuangan untuk diri sendiri pastinya bukan proses yang mudah, tetapi juga enggak sesulit yang dibayangkan. Setidaknya, kamu enggak perlu sertifikat-sertifikat tertentu untuk menjadi seorang perencana keuangan untuk diri sendiri, karena kamu “hanya” perlu bertanggung jawab pada dirimu sendiri, terhadap keputusan-keputusanmu sendiri.
Tentunya, kamu mau yang terbaik dong untuk dirimu sendiri?
Karena itu, kamu perlu belajar untuk memotivasi diri sendiri untuk terus belajar mengelola keuangan. Tanpa motivasi, rasanya mustahil untuk bisa konsisten, ya kan? Padahal konsistensi sangat diperlukan, terutama untuk mewujudkan rencana jangka panjang.
Nah, tertarik untuk menjadi perencana keuangan untuk diri sendiri dan juga untuk keluarga?
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Pandemi Melahirkan Hobi Baru: Siapkan Anggaranmu!
Pandemi memang akhirnya melahirkan banyak kebiasaan baru, baik yang berhubungan dengan hal-hal esensial yang mesti dilakukan sehari-hari sampai hobi baru.
Hayo, siapa nih yang sekarang mendadak jadi chef, jadi gardener, sampai yang tiba-tiba punya hobi baru bersepeda?
Hal ini enggak salah kok, bagus malah. Pressure yang muncul karena kekhawatiran akibat pandemi memang butuh “disalurkan”. Lagi pula, kalau hobi baru itu ternyata membawa manfaat untuk diri kita dan orang-orang di sekitar kita, ya apa salahnya kan?
Hanya saja, hobi memang kadang membutuhkan biaya yang enggak sedikit juga. Misalnya yang mendadak jadi chef, ternyata juga mendadak butuh food processor, air fryer, mixer, oven, sampai butuh freezer baru. Begitu juga yang punya hobi baru bersepeda, mendadak butuh sepeda yang bagus, juga bicycle pants-nya, helmnya, pelindung lutut, dan printilan lainnya.
Nah loh. Ya bagus juga sih, tetapi hmmm … kadang jadi menjurus mengkhawatirkan kalau sudah mulai “menggerogoti” anggaran rutin.
Betul?
Lalu, apa yang harus kita lakukan, agar hobi baru ini tetap jalan tapi tanpa mengganggu bujet harian dan tabungan enggak jebol? Yuk, ikuti artikel ini sampai selesai.
Beberapa Cara Atur Anggaran untuk Hobi Baru
1. Siapkan anggaran khusus untuk hobi baru kamu
Penghasilan kamu kan sudah dibagi menjadi beberapa pos pengeluaran, yakni untuk kebutuhan hidup sehari-hari yang rutin, cicilan utang, investasi, dan sosial. Nah, sebisa mungkin jangan mengganggu uang yang sudah disiapkan untuk kebutuhan esensial tersebut untuk membiayai hobi baru kamu.
Buatlah pos pengeluaran tersendiri untuk hobi. Kamu bisa benar-benar memisahkannya dari yang lain, atau jika memang belum terlalu banyak, kamu bisa memasukkannya juga ke pos lifestyle, di mana semua “dosa” keuangan bersatu.
Hanya biayai hobi baru kamu dari pos pengeluaran baru ini. Jangan pernah ambil dari pos pengeluaran yang lain ya. Jika anggaran di pos pengeluaran hobi ini sudah habis, maka stop right there. Kamu bisa menunggu gajian berikutnya, ketika pos ini sudah kamu topup lagi.
2. Bergabung ke komunitas yang tepat
Selain bisa mendapatkan inspirasi dan tip-tip, bergabung bersama orang-orang yang memiliki hobi sama biasanya juga bisa untuk mendapatkan informasi di mana kamu bisa mendapatkan barang-barang penunjang hobi dengan harga yang lebih terjangkau. Kadang bahkan sesama anggota komunitas juga saling menjual barang-barang penunjang hobi ini.
Asyik kan, sambil ngobrol tentang hobi baru kamu, kamu bisa belajar banyak dari mereka plus ngelarisin jualan mereka. Jadi makin diterima deh di tengah komunitas mereka.
Punya teman-teman baru yang satu minat itu asyik banget!
3. No utang-utang club!
Sangat tidak disarankan untuk membiayai hobi dengan berutang. Apalagi ini hobi baru, yang mungkin saja kamu miliki karena terpengaruh oleh kondisi. Bisa jadi, nanti jika kondisinya berubah lagi, kamu mungkin tidak akan meneruskan hobi baru kamu ini.
Lagi pula, utang sebaiknya memang tidak dimanfaatkan untuk membiayai kesenangan. Sudah banyak kasus orang yang terlilit utang karena kurang bijak dalam menggunakannya lantaran dipakai untuk membiayai hal-hal yang enggak penting.
Utang boleh, tapi pastikan utangnya produktif, bukan utang konsumtif. So, kalau kamu mau berutang untuk hobi, tanyakan dulu pada diri sendiri; ini utang produktif atau konsumtif?
Hanya kamu sendiri yang bisa menjawabnya ya.
4. Keluarkan barang yang sudah tak terpakai
Prinsip hidup minimalis ini bisa kamu terapkan untuk mengendalikan biaya hobi baru.
Oke, kamu mungkin memang butuh beberapa barang baru untuk menunjang hobi ini, tetapi coba cek di sekitarmu. Adakah barang lain yang bisa “dikeluarkan”, sebelum kamu memasukkan barang baru ke dalam hidupmu? Mungkin ada barang-barang yang kamu beli untuk hobi lamamu dan sekarang sudah bosan atau nggak terpakai lagi?
Keluarkan barang yang sudah selama satu tahun tidak pernah tersentuh lagi. Kamu bisa menghibahkannya, atau mungkin bikin garage sale. Nah, yang terakhir ini lumayan juga kalau bisa laris. Jadi bisa menambah bujet untuk hobi baru kan?
5. Bisniskan hobimu
Meski masih terbilang sebagai hobi baru, tapi kalau didalami betul-betul enggak menutup kemungkinan untukmu bisa membisniskannya.
Misalnya saja, hobi baru berkebun tanaman organik. Selain kamu bisa panen sendiri, bisa juga hasilnya kamu jual ke tetangga kanan-kiri atau ke teman-temanmu.
Hasil bisnisnya bisa kamu pakai untuk membeli bibit tanaman baru, dan tentu saja, untuk membeli hal-hal lain yang bisa menunjang hobimu ini, sehingga hobimu pun bisa “membiayai dirinya sendiri”. Siapa tahu, malah jadi bisa menambah untuk anggaran kebutuhan hidup sehari-hari kan?
Nah, selamat menekuni hobi baru kamu ya! Semoga kamu enggak bosan dan membawa kebahagiaan untukmu dan orang-orang di sekitarmu.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
9 Cara Mengajarkan Uang pada Anak per Tahap
Now that anak-anak pada masih di rumah, sebenarnya ini adalah saat yang paling tepat untuk sekalian mengajarkan hal-hal yang tak pernah diajarkan di sekolah. Salah satunya, ini peluang untuk mengajarkan uang pada anak.
Kesalahan terbesar yang sering kita lakukan dari generasi ke generasi adalah tidak memberikan pendidikan mengenai konsep uang ini sejak dini pada anak-anak kita. Paling banter hanya memperkenalkan, ini duit seribuan, ini duit lima puluh ribuan, kita mesti menabung, tetapi jarang mengajarkan uang pada anak secara mendetail.
Mindsetnya, anak-anak belum nyampe-lah diajarin bikin anggaran, mikirin investasi, dan seterusnya. Padahal enggak juga. Anak-anak–apalagi anak zaman sekarang, para generasi alfa ini–sangat cerdas lo! Tinggal bagaimana kita saja yang mau enggak terlibat lebih banyak dalam hal ini, karena konsep uang seperti ini tidak akan diajarkan di sekolah.
So, mari kita rangkum, apa saja yang bisa kita lakukan untuk mengajarkan uang pada anak per tahapannya–mulai dari usia SD, SMP, hingga SMA. Karena seperti halnya sekolah, pengetahuan tentang konsep uang ini tetap harus diberikan berjenjang. Nggak bisa juga kalau sekaligus.
9 Tahapan Mengajarkan Uang pada Anak
Mengajarkan Uang pada Anak Usia SD
Di usia sekian, tentu saja cara mengajarkan uang pada anak harus basic dulu. Itu pun harus dirancang sedemikian rupa agar terasa fun dan tidak terkesan rumit. Kalau perlu, “samarkan” dengan permainan-permainan.
Kita bisa coba dengan:
Ajak membuat daftar belanja
Yes, ini salah satu to do list di masa-masa #dirumahaja sejak beberapa bulan lalu kan? Belanja jadi kebiasaan rutin yang “prosedur”-nya harus disesuaikan dengan kondisi yang baru terjadi. Ajak si kecil langsung terlibat dalam penyusunan daftar belanja, sekaligus membuat bujetnya.
Jelaskan, bahwa kita butuh daftar belanja agar bisa membeli barang-barang yang benar-benar dibutuhkan dan agar lebih efisien dalam belanja.
Ajarkan konsep BBM (Belanja, Berbagi, dan Menabung).
Mulai dengan menghitung uang yang ada di dalam dompet, lalu dibagi dalam 3 kelompok besar: belanja untuk memenuhi kebutuhan hidup, berbagi dengan sesama, dan menabung sebagian yang lain.
Dengan demikian, kita sudah mengajarkan tentang pembagian pos pengeluaran.
Beri anak tugas domestik, dan beri “gaji”.
Lalu, kita bisa ajarkan konsep pajak, misalnya nih, PPh kan 15%, nah kalau anak-anak ditarik saja 1 – 3% sudah cukup.
“Pajak” dari mereka ini menjadi uang belanja keluarga, dengan demikian mereka pun memberikan sebagian kecil “gaji” mereka untuk menambah menu makan keluarga. Hal ini mirip dengan konsep pajak penghasilan yang harus disetorkan oleh orang tuanya juga kepada negara.
Mengajarkan Uang pada Anak Usia SMP
Anak-anak di usia ini sudah sangat berkembang skill menghitung dan problem solving-nya. Jadi, cara mengajarkan uang pada anak di usia SMP ini juga bisa lebih sedikit rumit. Tapi, usahakan tetap fun ya.
Kita bisa mulai dengan:
Ajak bikin birthday budget
Yah, pesta ulang tahun di masa-masa begini sepertinya akan berbeda, ya kan? Karena itu, jika mereka akan segera berulang tahun, coba ajak mereka membuat bujetnya.
Kita enggak akan mengundang teman-temannya untuk datang ke rumah menghadiri pesta sih, tetapi bisa diganti dengan Zoom party. Sebagai ganti, kita bisa membuat hampers berisi snack atau semacamnya, untuk dikirimkan ke beberapa teman dekatnya dengan kurir. Buatlah bujet untuk pengadaan hampers ini.
Ajak garage sale
Remaja usia SMP biasanya sudah punya banyak barang “aneh”. Kadang ya mereka hanya sebentar aja hebohnya, habis itu bosan. Mereka trend-follower banget kan?
Karena itu, ajak si remaja menyusun rencana untuk garage sale. Mulai dari memilih barang-barang yang sudah enggak dipakainya lagi, lalu menentukan harga, dan kemudian mulai menjualnya. Online saja, bisa via Instagram atau marketplace. Lalu hitung hasilnya.
Mulai kenalkan konsep investasi
Investasi yang paling murah adalah reksa dana. Hanya dengan Rp100.000, kita sudah bisa mulai, dan waktunya pun fleksibel. Perkenalkan konsep ini pada si remaja.
Ajak mereka menabung dulu dari hasil “gaji” mereka di rumah dengan membantu pekerjaan rumah tangga, dan ketika sudah mencapai Rp100.000, mereka bisa menyetorkannya pada reksa dana.
Mengajarkan Uang pada Anak Usia SMA
Nah, ini bisa sedikit challenging, karena pemahaman mereka sudah sangat baik. Challenging karena mungkin mereka sudah punya pola pikir sendiri, so sebagai orang tua, kita akan lebih berperan sebagai teman diskusi, ketimbang “pendidik”.
Kita bisa mulai dengan:
Ajak bikin bujet hobi
Misalnya, kalau suka motor, ya coba bujetkan untuk semua keperluannya; mulai dari bensin, perawatan, printilan, termasuk pajaknya. That’s ok, jika kita yang masih menanggung hampir sebagian besar bujet, tapi setidaknya mereka lantas jadi aware, bahwa hobi itu juga butuh biaya yang enggak sedikit.
Ajak bikin bujet untuk kuliah
Terutama jika mereka ingin kuliah di kota lain. Batasi saja pada anggaran yang akan mereka perlukan sehari-hari, dan bulanannya. Misalnya, bujet untuk makan, transportasi, buku-buku, sampai uang kos.
Mulai perkenalkan side hustles
Ini juga bakalan berguna banget nanti saat mereka sudah mandiri; mendiversifikasikan pemasukan, selain mendiversifikasikan investasi.
Tapi, mesti diingat, di sini kita hanya memperkenalkan ya. Jangan sampai terus jadi dibilang “mengeksploitasi anak”. Bisa panjang urusannya. Sesuaikan dengan jadwal kegiatan si remaja dewasa, pun dengan minatnya.
Nah, gimana nih? Iya, ternyata mulai mengajarkan uang pada anak itu seharusnya memang dari hal-hal kecil sehari-hari saja kan?
Ada ide lain nggak nih? Kalau ada, bisa ditulis di kolom komen ya!
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu. Ada juga kelas untuk keluarga loh! Stay tuned untuk jadwal-jadwal yang lain ya!
Makin Getol Belanja Impulsif di Masa Pandemi?
Apa itu belanja impulsif? Bahasa kerennya, impulsive buying, yaitu kondisi belanja tanpa rencana, tanpa berpikir.
Loh, ada ya yang kayak gitu? Ada. Bahkan sepertinya setiap orang–setidaknya beberapa kali dalam hidupnya–pernah melakukan belanja impulsif.
Saya sendiri paling sering kejadian kalau ketemu buku-buku sastra lawas di lapak preloved books. Biasanya berawal dari scrolling timeline Instagram, yang followingnya didominasi oleh pelapak-pelapak buku bekas langka. Kalau ada buku yang belum ada di koleksi saya, autobeli. Padahal begitu sampai paketnya, ya ditimbun aja di rak buku. Bacanya kapan-kapan. Habis itu nyesel. Nyesel kenapa enggak beli lebih banyak #eh #janganditiru.
Sering nggak mengalami kayak gitu? Objek impulsifnya saja yang beda, mungkin.
Nah, di masa pandemi, saat kita berkegiatan di rumah saja, ternyata perilaku impulsive buying ini justru menjadi-jadi. Sebagian “atas nama” stock piling–nimbun stok kebutuhan pokok di rumah.
Coba deh amati. Jika hari ini ada pesan viral mengenai produk yang dibilang mampu melawan virus korona, besok pasti produk yang disebut itu sudah menghilang dari pasaran lantaran diborong orang. Sebut saja, masker, hand sanitizer, hand soap, produk pemutih baju, vitamin C, sampai jahe, temulawak, kunyit saja nyaris tak bisa ditemukan di pasar.
Kasarnya, kalau hari ini kita sebar berita viral bahwa suplemen penambah zat besi bisa membuat kita kebal virus, besok pasti suplemen ini juga akan hilang dari peredaran.
Ditambah lagi, siapa nih yang lemari makan atau kulkasnya penuh dengan camilan bermicin, kue-kue kemasan, roti-roti, dan sebagainya? Full stock atas nama biar bisa jadi teman selama work from home.
Jadi, bagaimana mengatasi perilaku belanja impulsif dadakan ini? Kalau enggak segera diatasi, bisa berabe banget untuk tabungan dan dompet. Padahal di depan sana, ada krisis yang kemungkinan menanti lo!
5 Tip Mengatasi Belanja Impulsif di Tengah Pandemi
1. Cari penyebabnya
Yes, cari penyebabnya. Bisa bermacam-macam kan? Kalau menurut beberapa ahli, belanja impulsif kebanyakan disebabkan oleh dorongan psikologis; ada kaitannya dengan mood atau reward.
Belanja impulsif kadang kita lakukan karena kita merasa perlu untuk memberi reward pada diri sendiri. Misalnya, habis lembur proyek gede, sudah rampung, beli pizza ah. Dimakan sendiri. Atau bisa juga karena kita sudah tahu, kalau bakalan menerima uang dengan jumlah yang lumayan. Entah uang bonus, THR, atau yang lain.
Nah, kalau di masa pandemi seperti ini–dengan kondisi kamu “dipaksa” untuk tetap tinggal di rumah–mungkin lantas kamu merasa mood kamu turun. Banyaknya tekanan (pekerjaan, keluarga, plus banyaknya berita negatif termasuk serangan hoaks) membuatmu tak nyaman. Akhirnya, sebagai “obat”, kamu pun merasa perlu untuk membeli beberapa barang yang bisa membuatmu happy. Camilan, salah satu di antaranya.
Apa penyebab nafsu belanjamu naik? Kamu harus mencari dan kemudian memahaminya. Dengan memahami, biasanya sih terus kita sadar kalau nyaris khilaf. Semoga dengan sadar ini, kamu lantas bisa mengontrol keinginan yang timbul tiba-tiba ini.
Ingat, di hari-hari biasa saja kita harus bisa membedakan keinginan versus kebutuhan. Nah, ini sudah masa darurat, sudah bukan lagi keinginan dan kebutuhan, tetapi kebutuhan versus urgensi.
2. Kenali kondisi keuanganmu
Ingat-ingatlah, saat setiap kali nafsu belanja impulsif datang, bahwa sekarang kita perlu harus berhati-hati merencanakan keuangan kita. Mungkin ada yang tunjangannya dipotong karena harus work from home, ada juga yang malah kehilangan mata pencaharian sama sekali.
Perilaku belanja impulsif sangat tidak cocok dilakukan di masa-masa darurat seperti ini, karena penghasilan kita juga sedang menurun. Sedangkan, kita perlu berjaga-jaga siapa tahu kondisi akan semakin sulit di depan.
Ada ketidakpastian yang harus kita hadapi lo.
3. Ingat kembali kondisi masih belum pasti
Nah, ini kelanjutan dari poin kedua di atas. Ada ketidakpastian yang harus kita hadapi di depan. Akankah krisis keuangan datang, seperti halnya tahun 1998 atau 2008? Tentu saja kita tidak berharap begitu kan?
Tetapi siapa yang bisa menjamin? Pandemi COVID-10 ini dihadapi oleh seluruh dunia lo. Hampir semua negara seakan berhenti beraktivitas, bahkan ada yang berhenti sama sekali. Pastinya hal ini akan berdampak ekonomi.
Kita tentu berharap bahwa kondisi akan pulih, bahkan akan menjadi lebih baik. Tapi masih belum pasti, kapan dan bagaimana.
So, ayo, kita berpikir jauh ke depan. Mulai buat rencana dan strategi keuangan baru agar kita enggak terlalu shock jika kondisi tak sesuai dengan harapan. Salah satunya adalah dengan mengendalikan diri.
4. Buat anggaran
Anggaran akan dapat membantu kita untuk mengendalikan diri. So, ayo duduk sejenak dan cermati lagi alokasi arus kasnya.
Apa saja yang tak dibutuhkan saat ini? Apa saja yang dibutuhkan saat ini? Apa yang harus ditingkatkan prioritasnya, dan apa saja yang diturunkan levelnya?
Duduklah sejenak, agar dapat mengamati catatan keuangan dengan cermat. Lalu buatlah anggaran baru berdasarkan temuan-temuanmu.
5. Sadar akan kecenderungan diri sendiri
Belanja impulsif memang merupakan kecenderungan karakter, bisa muncul begitu saja, tapi juga bisa hilang dengan cepat kalau kita lantas segera bisa mengendalikan diri. Jadi, coba pahami saat kecenderungan ini muncul. Kembali lagi ke poin pertama, carilah penyebabnya.
Apalagi kalau berhubungan dengan stock piling; menimbun barang-barang kebutuhan. Cobalah untuk mengingat sesama kita, yang juga sama-sama membutuhkan barang kebutuhan yang sama.
Nah, semoga dengan begini, kita bisa meminimalkan dorongan untuk belanja impulsif ya, terkhusus di masa-masa berat seperti ini. Justru kita harus bisa saling berbagi satu sama lain, bersama menghadapi kesulitan ini bersama.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.