Awal bulan, seminggu setelah gajian saatnya merapikan rekening-rekening saya. Yup, majemuk karena saya punya beberapa rekening. Alasannya sederhana, biar nggak bercampur karena saya kesulitan kalau harus hafal diluar kepala semua kebutuhan finansial saya.
Apalagi kalau sedang berjalan-jalan ke toko buku favorit, saya hanya ingat rekening yang ada saldonya. Saya tidak ingat jumlah atau apa saja tujuan finansial yang seharusnya dipenuhi dari rekening tersebut. Hasilnya sudah bisa ditebak, sering jebol pastinya.
Pertama kali saya punya rekening di bank adalah ketika saya masuk SMA. Orangtua membukakan rekening dengan tujuan agar saya belajar mengelola uang jajan sendiri. Uang jajan bulanan saya tidak besar sehingga rekening tersebut terpaksa “dimatikan” oleh bank karena tidak ada aktivitas. Well, lebih mudah minta uang jajan langsung sih daripada bolak balik ke ATM walaupun sebenarnya keren sekali punya kartu itu.
Rekening kedua saya buka saat akan kuliah di kota lain dan indekos. Saya memutuskan membuka rekening pada sebuah bank dengan jaringan ATM yang luas, agar mudah mengambil uang kiriman orangtua setiap bulannya. Rekening ini terus saya gunakan sampai lulus kuliah dan bekerja. Waktu itu, tempat saya bekerja tidak meminta rekening dari bank tertentu untuk pembayaran gaji sehingga rekening tersebut masih bisa digunakan.
As you may have expected, saking mudah dan luasnya jaringan bank tersebut akhirnya rekening ini hanya saya gunakan untuk bertahan dari gaji ke gaji. Saya tidak pernah berhasil menyisihkan atau menabung karena kemudahan menarik dana dari rekening ini. Bahkan, saya bisa berbelanja tanpa harus mengambil uang terlebih dahulu. Gampang banget menyabotase rekening sendiri!
Eventually, saya memutuskan untuk membuka rekening tambahan sebuah bank dengan ATM yang saat itu masih jarang ditemukan, paling tidak disekitar kantor ataupun tempat hang out. Rekening tersebut di buat agar saya menjadi lebih disiplin menabung. Setiap habis gajian, saya langsung menyisihkan sebagian dan memindahkannya ke rekening terpisah. I finally have my first emergency fund account!
Hm, if you think ini artinya saya jadi sukses menabung pada saat itu, enggak juga. Saya tetap saja menghabiskan hampir seluruh gaji saya melalui dua rekening tabungan instead of one. Ketika kehabisan uang di rekening pertama, I would made the effort untuk mencari ATM bank kedua yang notabene tadinya hanya untuk dana darurat saja.
Wake up call baru datang setelah suami memberikan tugas menyimpan dan mengatur keuangan keluarga kami. Saya khawatir sekali kebiasaan mengelola uang ketika masih single terbawa ke keluarga kecil kami. Akhirnya saya membuka rekening lainnya di sebuah bank yang menjual bermacam-macam reksadana secara ritel selain produk tabungan dengan tujuan untuk berinvestasi. Bank tersebut menawarkan fitur autodebet secara langsung memotong dana di rekening untuk membeli reksadana sesuai dengan produk, jumlah dan jadwal yang kita tentukan. Walaupun memang bisa dibeli melalui fasilitas e-banking, saya memilih menggunakan fitur autodebet untuk memudahkan berinvestasi karena takut lupa, malas, khilaf dan berbagai alasan untuk menunda investasi lainnya. Kalau uangnya secara otomatis terpotong, tentunya saya tidak harus mengalami “sakitnya” berpisah dengan uang tersebut. Saya cukup tahu bahwa uang sudah berpindah ke produk sesuai dengan tujuan finansialnya. Kebetulan, ATM-nya pun tidak terlalu mudah ditemukan sehingga godaan untuk menyabotase rekening tersebut jadi lebih mudah diatasi karena saya malas ke ATM-nya.
Akhir tahun lalu, saya memutuskan membuka rekening lagi untuk “parkir” dana darurat karena jumlahnya sudah mulai cukup banyak dan “menggoda” untuk dibelanjakan jika saya campur dengan rekening lainnya. Sengaja saya memilih bank yang menawarkan produk tabungan tanpa biaya administrasi karena tidak ingin uang yang diendapkan terpotong beragam biaya. Saya memutuskan membuka rekening syariah di salah satu bank yang fasilitasnya hampir sama dengan produk konvesional namun tidak mengenakan biaya administrasi. Saya hanya memasukkan dana sejumlah tiga kali pengeluaran bulanan keluarga kami untuk tabungan dan deposito. ATM untuk rekening ini pun tidak saya letakkan di dompet agar tidak tergoda menggunakannya ketika berbelanja. This really helps me to control and manage my money.
Saat ini, saya total memiliki 4 rekening. Satu saya gunakan untuk lalu lintas bulanan, satu digunakan untuk mengendapkan sementara dana untuk pengeluaran tahunan, satu rekening investasi dan satu lagi rekening dana darurat. Saya hanya perlu memindahkan dana sesuai dengan posnya masing-masing.
Hey, with internet banking, it only takes several clicks anyway. Mudah bukan?
Yasmeen Danu| Planner| @yasmeen_