Nongkrong di Kafe Tapi Dompet Nggak Jebol? Ini 5 Tipnya!
Hari gini, kayaknya kurang gaul banget kalau enggak punya agenda tetap buat nongkrong di kafe; buat sekadar ngobrol sama besties, atau buat kerja. Nah, buat yang freelancer atau pekerja remote tuh. Pasalnya, kerja di rumah rentan ngantuk. Kalau cari suasana enak di kafe, kerjaan juga cepet beres.
Tapi oh tapi … kalau sekali nongkrong di kafe habis ratusan ribu, oh la la …! Gaji sebulan bisa jadi sudah habis separuh buat nongkrong doang. Apa kabar cicilan kendaraan? Apa kabar tagihan sewa kos atau apartemen? Belum lagi buat makan dan transportasi.
Nggak jadi bekerja demi imbalan, yang ada tekor dong.
Terus gimana?
Coba lakukan beberapa hal berikut demi mengendalikan kondisi keuangan tapi tetap bisa nongkrong di kafe.
5 Tip Hemat Nongkrong di Kafe
1. Siapkan bujet dari porsi 20% pengeluaran lifestyle
Di QM Financial, kami membagi pengeluaran pribadi umumnya dalam 5 kelompok, yaitu pengeluaran untuk cicilan dan tagihan, investasi atau tabungan, pengeluaran rutin, pengeluaran sosial, dan pengeluaran lifestyle. Masing-masing punya porsi–dibuat standar sih–tapi bisa disesuaikan dengan kondisi masing-masing.
Nongkrong di kafe masuk ke kelompok pengeluaran kelima, yaitu pengeluaran lifestyle yang berporsi 20% dari penghasilan. Nah, kalau kamu memang punya agenda tetap untuk nongkrong di kafe, maka buatlah bujet sekian persen dari 20% penghasilan tersebut. Tentunya kan, keperluan lifestyle kamu enggak hanya nongkrong di kafe saja kan? So, dari pos pengeluaran lifestyle ini, bagilah ke dalam beberapa pos lagi sesuai pengeluaranmu.
2. Jangan nongkrong dengan perut yang kosong banget
Perut kosong itu bikin kalap. Enggak hanya nongkrong di kafe, belanja groceries bulanan saja haram dilakukan dengan perut kosong. Bisa kalap pisan! Apalagi buat nongkrong.
Jadi, sebelum berangkat ke kafe, makan dulu saja dari rumah. Makan apa pun deh, kalau bisa ya masak sendiri. Biar hemat. Tapi juga jangan terlalu kenyang, biar ada ruang sedikit buat diisi di kafe nanti.
Pun kalau berencana untuk kerja di kafe. Sebisa mungkin perut diisi dulu dari rumah. So, di kafe nanti mungkin hanya tinggal pesan kopi dan makanan kecil saja.
Ada seorang teman, kalau kerja di kafe cukup pesan kopi seduhan basic aja, dan appetizer yang berat. Menurutnya, itu lebih murah ketimbang pesan makan siang plus minumnya. Kalau terpaksa harus makan siang, ya dia keluar dari kafe dan lebih suka mencari warung-warung yang lebih murah. Baru setelah makan siang itu, dia mencari kafe lagi untuk kerja–kalau enggak ya, langsung pulang saja.
Toh, pekerjaan sebagian besar sudah diselesaikan di kafe. Di rumah tinggal beresin, dan bisa rebahan deh.
3. Pilih menu promo bulanan atau mingguan
Nah, kadang kafe juga menawarkan berbagai promo. Kadang ada menu bulanan dalam bentuk paket yang ditawarkan dengan potongan harga. Manfaatkan kesempatan ini deh, jangan disia-siakan.
Lumayan banget kan, misalnya satu porsi makanannya dibanderol Rp60.000 dan minumannya Rp30.000, setelah jadi paket promo kita tinggal bayar Rp55.000.
Wah! Lumayan bangat!
4. Bawa tumbler sendiri berisi air mineral
Jurus hemat nongkrong di kafe keempat ini juga ala-ala teman yang lebih suka pesan appetizer berat tadi.
Katanya, kadang yang bikin “bocor” itu adalah air mineral. Masa air mineral aja mesti beli juga di kafe? Mendingan bawa tumbler sendiri dari rumah dan diisi air putih.
Katanya lagi, kalau seumpama ditegur sama pengelola kafe ya bilang saja, “Bawa tumbler sendiri, demi menghemat sampah plastik!”
Bisa aja, ngelesnya.
Yes, memang biasanya kalau di kafe kita akan dilarang untuk membawa makanan dan minuman dari luar. Tapi, biasanya kalau bawa tumbler sendiri berisi air mineral mah nggak masalah.
5. Pesan bareng lalu sharing
Ini bisa dilakukan kalau kita nongkrong di kafe ramai-ramai. Food sharing is caring! Ha!
Ketimbang pesan sendiri-sendiri mending sharing, terus patungan deh. Nongkrongnya seru, plus hemat pula.
Nah, gimana? Lumayan kan tip hemat nongkrong di kafe ini? Kamu punya tip lain? Boleh lo, kalau mau ditulis di kolom komen.
Yash, boleh saja kok bersenang-senang, tapi juga ingat, kalau kita pun masih punya banyak keinginan dan cita-cita yang harus diwujudkan. Betul nggak?
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Hobi Belanja Online? 5 Hal untuk Menyelamatkan Dompet dan Tabungan
Survive masa-masa promo belanja akhir dan awal tahun? Bisa menahan diri untuk belanja online, window shopping, pun scrolling feed Instagram online shop selama banjir diskon di akhir dan awal tahun kemarin?Selamat! See? Meski hobi belanja online, sebenarnya kita bisa kok mengendalikan diri, yes?
Yah, namanya juga sudah hobi, kegemaran untuk belanja online ini memang mesti dikendalikan. Ya bagus sih kalau memang punya tabungan untuk memanjakan hobi yang satu ini. Tapi kalau enggak? Wah, runyam juga.
Bagaimanapun, hobi memang rekreasi. Saat kita berbelanja–baik itu offline maupun online–otak akan mengeluarkan hormon kebahagiaan bernama endorfin dan dopamin. Hal inilah yang membuatmu merasa begitu happy dan content, setelah berbelanja. Apalagi sekarang belanja makin mudah, bisa dilakukan sambil rebahan di rumah kan? Nggak perlu pakai pergi bermacet-macet atau capek keliling mal. Tinggal jari aja dimainin, scroll sana sini di online shop atau marketplace. Nggak sadar tombol “masukkan ke keranjang” kepencet terus.
Terus abis checkout, tinggal menata hati aja, ketika ngecek saldo tabungan di rekening.
Makanya nih, hobi memang bikin hepi, tapi jangan lupa, kebutuhan hidup yang lain juga sangat penting. Apa kabar masa depan, kalau uang habis melulu gara-gara hobi belanja online?
Jadi gimana dong?
Ya, itu tadi, meski hobi belanja online, coba deh kendalikan diri. Boleh kok punya hobi belanja online, tapi juga harus ingat bahwa ada banyak kebutuhan lain yang juga penting untuk dipikirkan.
5 Langkah Kendalikan Diri untuk Kamu yang Hobi Belanja Online
1. Hanya beli yang benar-benar butuh
Lagi-lagi, kita mesti bertanya, apakah barang yang mau kita beli secara online itu benar-benar kita butuhkan atau sekadar keinginan semata?
Apalagi barang tersebut jenisnya sama dengan yang barang yang sudah kita miliki. Misalnya saja, mau beli baju di marketplace. Coba dicek dulu ke lemari, apakah kita benar-benar memerlukan baju yang ingin dibeli itu? Atau, sebenarnya kita cuma lapar mata saja?
Pertanyaan ini benar-benar bisa membantu kok, kalau memang kita butuh untuk mengingatkan diri sendiri. Tak terkecuali ketika kita sedang berusaha mengendalikan diri dari hobi belanja online.
2. Masukkan wishlist, enggak harus segera checkout
Nah, ini juga bisa dilakukan sih. Saya sendiri juga sering melakukannya. Nafsu belanja kadang memang luar biasa. Apalagi kalau habis gajian, atau invoice baru saja cair. Wah, berasa banget jadi #horangkayah.
Akhirnya window shopping, dan apa aja yang kelihatan lucu masuk deh ke keranjang belanja.
Well, salah satu “keuntungan” hobi belanja online dibanding belanja offline adalah kita enggak harus checkout saat itu juga, lalu bayar. Kita boleh kok, masuk-masukin barang ke keranjang, tanpa checkout. Beda dengan belanja offline. Begitu barang-barang masuk ke keranjang belanja atau troli, saat keluar dari toko atau supermarketnya, ya mestilah kita harus bayar.
Belanja online kan enggak. So, nanti, kalau memang “sudah waras”, sudah bisa mempertimbangkan mana yang memang butuh dan mana yang keinginan semata, bisa kok itu barang-barang kita hapus dari keranjang belanja.
(Lalu, diganti dengan barang-barang yang lain lagi)
3. Bikin buyer board
Salah satu hal yang bisa dilakukan untuk me-“reminder” diri sendiri ketika nafsu hobi belanja online mulai muncul adalah dengan bikin buyer board.
Sediakan satu media, bisa papan atau whiteboard, atau apa pun deh. Lalu tulis, atau tempelkan gambar/foto barang-barang yang kita punya. Tempatkan papan ini di tempat yang bisa kita lihat. Lalu, tuliskan alasan mengapa kita pengin punya atau membeli barang-barang tersebut, mengapa kita membutuhkannya, dan apa efeknya jika kita enggak memiliki barang tersebut.
Dari situ akan terlihat deh, barang itu urgent atau enggak untuk kita miliki. Biasanya sih, kita lantas sadar, ternyata barang itu enggak penting-penting amat. Seenggaknya, kita bisa menunda untuk membelinya.
4. Gunakan jurus hemat belanja
Kalau memang sudah diputuskan, bahwa barang yang kita incar itu urgent, penting banget, enggak bisa ditunda untuk dibeli, maka segera lakukan jurus hemat berikutnya.
Jurus hemat belanja online:
- Bandingkan harga satu toko dengan yang lainnya, marketplace satu dengan yang lainnya.
- Perhitungkan ongkos kirim. Kalau memilih toko yang satu kota dengan alamat pengiriman tentunya akan lebih hemat kan?
- Belanjalah bareng-bareng, misalnya satu kantor pesan di satu online shop yang sama biar bisa patungan ongkos kirim.
- Pergunakan kupon atau voucher yang kadang ditawarkan.
- Hati-hati jebakan belanja, misalnya seperti belanja 2 gratis 1. Kalau butuhnya hanya satu barang, ya belanjalah satu barang saja.
5. Ingat-ingat tujuan keuangan yang sudah kita rencanakan
Nah, ini sih biasanya juga manjur banget kalau dilakukan saat kita hendak mengendalikan diri dari hobi belanja online: ingat-ingat tujuan keuangan yang sudah kita rencanakan.
Kan sayang, kalau uang buat liburan ke luar negeri harus diambil hanya demi sepotong dua potong baju–yang sebenarnya kita masih punya banyak? Atau, kan sayang uang yang ditabung demi beli apartemen pertama harus berkurang demi belanja gadget terbaru terus?
Hayo, ingat-ingat lagi tujuan keuanganmu, dan pakailah ini sebagai senjata untuk mengendalikan diri.
Nah, itu dia beberapa jurus mengendalikan diri dari hobi belanja online. Mudah? Pasti enggak! Tapi, pasti bisa kamu lakukan jika kamu memang sudah punya niat yang kuat.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Mengatur Keuangan Fresh Graduate dalam 7 Langkah
Akhirnya lulus kuliah juga, dan mulai bekerja! Setelah memberikan selamat pada diri sendiri–bahwa sekarang sudah bisa mandiri–kamu pun harus mulai bersiap untuk mengatur keuanganmu. Mengatur keuangan fresh graduate seperti ini memang agak tricky sih, kelihatannya. Lantaran sebelumnya mungkin kamu sepenuhnya disupport oleh orang tua, dan sekarang kamu harus mulai bisa memenuhi kebutuhanmu sendiri.
Tapi, yaqinlah, pasti bisa! Dengan kekuatan bulan, dan baca artikel ini sampai selesai.
7 Langkah Mengatur Keuangan Fresh Graduate
1. Tentukan tujuan keuangan
Sebagai pendatang baru di dunia kerja, mungkin akan ada fasenya kamu harus menraktir semua orang dengan gaji pertamamu. Ya, enggak apa, bolehlah. Kamu dapat pahala juga karena bikin orang lain senang, plus kamu akan dapat doa juga dari mereka supaya pekerjaan dan kariermu akan lancar.
Tapi, jangan berlarut-larut hura-hura unfaedah-nya ya. Kelar acara traktiran, kamu harus segera merencanakan beberapa hal demi mengatur keuangan. Sebagai fresh graduate, PR kamu banyak sekali.
Nggak usah bingung, mulailah dari menentukan #TujuanLoApa. Selalu mulai dari tujuan keuangan. Kamu pengin apa? Kamu pengin hidup seperti apa? Apa saja yang pengin kamu raih, cita-citakan, impikan? Jadikan hal-hal tersebut sebagai tujuan keuangan, dan kemudian tentukan target waktunya.
Setelah ada tujuan dan target waktu, maka kamu pun bisa merencanakan langkah demi langkah untuk mewujudkannya.
2. Punyai gaya hidup yang wajar
Beberapa kesalahan yang sering dilakukan saat kita berusaha mengatur keuangan fresh graduate adalah gaya hidup yang kurang wajar. Seperti apa misalnya?
Coba lihat di artikel 7 Jebakan Gaya Hidup Kekinian yang Bisa Bikin Jebol Dompet ini. Itu hanya 7 di antaranya saja. Masih ada banyak “dosa” keuangan lain yang sering banget kita lakukan sebagai seorang fresh graduate.
Biasanya sih penyebabnya karena kita merasa masih muda, masih merasa punya waktu yang cukup untuk hura-hura hore-hore–yang ternyata malah berbuntut huru-hara.
Jadi, ayo disadari sejak awal, bahwa penting untuk punya gaya hidup yang sewajarnya. Dengan demikian, berapa pun gaji kamu, akan bisa dikelola dengan baik.
3. Punyai kebiasaan menabung
Menabung ini enggak secara otomatis menjadi kebiasaan setiap orang. Perlu perjuangan banget lo, untuk bisa mulai punya kebiasaan menabung.
So, kalau kamu mau gape mengatur keuangan fresh graduate, punyai kebiasaan ini sekarang juga.
Rasio tabungan yang ideal adalah 10% dari penghasilan. Ini persentase minimal. Kalau memang kamu belum banyak tanggungan, pun bisa memiliki gaya hidup yang wajar–dengan gaji UMR pun–kamu bisa menabung lebih dari itu.
4. Biasa mencatat
Kebiasaan mencatat pengeluaran ini juga merupakan kebiasaan yang kelihatannya sepele tapi malah sering pada malas melakukannya.
Padahal dengan mencatat pengeluaran–plus membuat anggaran berdasarkan catatan pengeluaran untuk bulan berikutnya–bisa membuat keuanganmu menjadi lebih terkendali lo.
So, untuk mengatur keuangan fresh graduate–yang mungkin sekarang gajinya juga belum seberapa–ada baiknya kamu mulai dengan mencatat pengeluaranmu dalam satu bulan. Lalu gunakan catatan ini sebagai patokan untuk membuat anggaran di bulan berikutnya.
5. Bijak berutang
Mungkin kamu akan ditawari untuk apply kartu kredit pertamamu. Mungkin juga kamu akan mulai pengin liburan ke luar negeri, dengan menggunakan PayLater. Mungkin juga kamu akan pengin ganti smartphone baru, menggantikan smartphone lawas yang dibelikan oleh orang tua.
Yes, godaan untuk berutang akan semakin besar begitu kamu memiliki pendapatan sendiri. Jadi, bijaklah.
Berutang boleh, tapi kamu harus bijak mempertimbangkan–apakah utangnya produktif? Atau konsumtif semata? Bisa enggak misalnya keinginan kamu itu dibeli dari uang hasil tabungan? Jadi, memang kamu harus menabung dulu.
Ingat, kamu “hanya” punya porsi cicilan berutang maksimal 30% dari penghasilan ya. Jadi, be wise!
6. Belajar produk investasi
Jangan menunda investasi. Bahkan, berinvestasi seharusnya sudah kamu lakukan sejak kamu menerima gaji pertama. Tujuannya, sudah pasti untuk mewujudkan semua tujuan keuanganmu, seperti poin satu di atas.
Zaman sekarang, menabung untuk tujuan keuangan saja enggak cukup. Apalagi jika tujuan keuanganmu itu butuh jumlah uang yang besar. Pengin punya rumah pertama, misalnya. Kalau hanya mengandalkan menabung, keburu harga properti naik berkali-kali lipat.
So, langkah selanjutnya dalam mengatur keuangan fresh graduate adalah dengan mempelajari produk-produk investasi yang sesuai dengan profil risikomu.
Harus selalu ingat ya, no pain no gain, high risk high return.
7. Tambah pengetahuan literasi keuangan
Nah, sembari mewujudkan rencana-rencana yang sudah kamu susun, ayo, tambah lagi pengetahuan literasi keuanganmu.
Kamu bisa mendapatkannya dari banyak cara sih; baca buku, baca artikel online–seperti artikel-artikel di web QM Financial ini–dan sumber-sumber lain, juga bisa follow akun-akun media sosial yang sering bagi-bagi ilmu gratis seputar dunia keuangan. Kamu bisa follow akun Instagram QM Financial juga lo! Atau, kamu juga bisa ikut kelas finansial online.
Nah, sederhana saja kan ternyata, mengatur keuangan fresh graduate itu? Tapi, meski sederhana, kalau enggak segera kamu lakukan, maka ya akan memengaruhi masa depanmu juga lo.
Jadi, ayo segera mulai lakukan langkah-langkah mengatur keuangan fresh graduate di atas sekarang.
Semangat ya!
5 Cara Hemat Anggaran Makan Sehari-hari
Perkembangan teknologi dan zaman benar-benar memanjakan kita ya? Sekarang mau ngapain aja, gampang. Hampir semua hal sudah bisa kita lakukan secara online. Termasuk untuk kebutuhan sehari-hari. Ibarat kata, mau makan tinggal pencet-pencet smartphone doang, eh … makanannya datang sendiri. Tapi biasanya, ada kemudahan ya ada modal sih. Termasuk kemudahan makan, ya jadinya kita mesti punya anggaran makan yang lebih juga.
Well, kalau idealnya, anggaran untuk kebutuhan rutin sehari-hari, memang punya jatah yang paling besar di antara semuanya, yaitu 40 – 60%. Bandingkan dengan porsi tabungan dan investasi yang “hanya” 10%, juga cicilan utang yang 30% saja. Tapi anggaran paling besar bukan berarti lantas kita bisa boros-borosin.
Apalagi kalau gaji kamu masih sebatas UMR. Harus diatur banget, biar tetap dalam frame 40 – 60%, supaya pos lain yang lebih penting–tabungan misalnya–jadi bisa lebih banyak.
Gimana ya, caranya mengatur anggaran makan biar enggak kelewat boros? Apalagi di hari-hari belakangan ini, di mana godaan semakin nyata.
5 Cara Hemat Mengatur Anggaran Makan Sehari-hari
1. Masak sendiri
Buat kamu yang suka banget pesan makanan via ojol, pernah menghitung belum, berapa total anggaran yang dihabiskan untuk sebulan? Lalu, bandingkan dengan kalau kita masak sendiri?
Hanya dari ongkos kirimnya saja deh, pernahkah kamu menghitung dengan saksama? Misalnya, ongkos kirim pesan makanan online, dengan lokasi resto yang dekat dengan posisi kita, seenggaknya harus keluar kocek Rp4.000 – Rp10.000. Sehari bisa bolak-balik pesan makanan, betul? Katakanlah hari ini pesan 2 kali, sudah keluar anggaran kira-kira Rp20.000 hanya untuk ongkos kirim. Kalau pesan makanannya setiap hari dalam sebulan? Rp500.000!
Itu baru ongkos kirim doang lo, belum harga makanannya.
Huwow!
Kalau masak sendiri, Rp500.000 bisa jadi kamu pakai belanja untuk makan seminggu, mungkin ya?
Jadi, yuk, coba masak sendiri. Kalau kamu belum atau jarang banget masak sebelumnya, kamu bisa coba-coba dulu dari bikin makanan yang paling gampang. Masakan-masakan western tuh biasanya lebih simpel ketimbang masakan asli Indonesia yang kaya bumbu.
Kamu bisa mulai dari situ. Paling enggak, biar terbiasa dulu.
2. Buat menu untuk seminggu
Nah, kamu bisa mencoba metode meal preparation. Pernah dibahas secara lengkap di web ini juga. Yuk, dibaca.
Kunci metode meal preparation ini adalah pada penyusunan menu untuk seminggu. Dengan bahan-bahan yang terbeli, kamu harus dapat membuat berbagai menu untuk disantap selama seminggu. Memang butuh keterampilan khusus sih, kalau dipikir-pikir. Tapi sekali dicoba, kamu seterusnya bisa lebih kreatif lagi.
Yang pasti, dengan membuat menu untuk seminggu ini, anggaran makan dan belanja juga hanya untuk seminggu. Jadi seiring sejalan deh dengan pengaturan cash flow yang sekali seminggu saja ke ATM kan?
3. Buat daftar belanja
Proses membuat daftar belanja ini bisa jadi butuh waktu khusus, tapi ini sangat penting untuk kamu lakukan.
Berdasarkan menu seminggu yang sudah kamu lakukan, buatlah daftar belanjaannya. Lalu, kalau memang memungkinkan, hematlah anggaran makan dengan berbelanja di pasar tradisional alih-alih ke supermarket ataupun hypermarket di mal.
Bagaimanapun, sewa tempat di mal itu lebih mahal ketimbang sewa kios di pasar tradisional. Ini pastinya sudah memengaruhi harga barang yang dijual.
Pasar tradisional sekarang juga sudah banyak yang dibangun dan direnovasi hingga lebih nyaman. Kadang nggak kalah dengan pusat-pusat perbelanjaan.
4. Bawa bekal
Supaya anggaran makan siang di kantor juga terjaga–lagi pula kan sudah dibuat menu makan untuk seminggu–ya bawa bekal saja ke kantor sekalian.
Tahukah kamu, kadang kita sering malah kejadian bocor halus lo di sini. Misalnya, memang enggak terbiasa bawa bekal minum dalam tumbler sendiri, akhirnya jadi mesti beli air mineral kemasan di sana-sini. Nah, kalau dihitung-hitung, ya kenapa enggak bawa bekal air minum sendiri kan dari rumah?
Ini yang harus mulai jadi kebiasaan baru. Selalulah mempertimbangkan kalau kamu hendak pergi ke mana pun, bisa bawa bekal enggak nih? Kalau bisa, ya bawa saja.
Anggaran makan kamu akan lebih hemat. Percaya deh.
5. Pesan bareng-bareng
Kalau memang terpaksa sekali harus pesan makanan online, demi anggaran makan yang lebih hemat, ya jangan sendirian aja pesannya.
Misal, tawarin teman-teman sekantor untuk pesan makanan bareng. Biar ongkos kirimnya bisa dibagi-bagi.
Atau, cari makanan yang sedang promo. Entah diskon atau free ongkir. Ini pun kamu juga harus bijak dalam memilih dan memilah.
Nah, gimana? Dengan cara ini anggaran makan kamu pasti bisa dihemat banyak.
Kamu punya trik atau cara hemat anggaran makan yang belum disebutkan? Tulis di kolom komen ya, sebagai tambahan.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
7 Jebakan Gaya Hidup Kekinian yang Bisa Bikin Jebol Dompet
Namanya juga generasi kekinian, manusia modern. Kalau enggak punya gaya hidup yang sesuai dengan zamannya ya jadinya enggak edgy, kurang gaul, dan kudet.
Betul enggak?
Tapi, ternyata gaya hidup nan edgy dan kekinian itu butuh modal. Kadang ya enggak sedikit. Ya, bisa saja sih cuma Rp20.000 – Rp50.000, tapi kalau tiap hari…? Waduw banget kan? Sebulan berapa dong? Hitung sendiri saja deh.
Memangnya apa saja sih pengeluaran gaya hidup yang mesti diwaspadai ini? Mari kita lihat.
7 Pengeluaran gaya hidup kekinian nan edgy yang bisa bikin dompet jebol
1. Pesan makanan online
Halo, makan siang kekinian yang tinggal tunggu aja di rumah/di kantor! Orang sibuk ini, malas banget masak sendiri. Enggak ada waktu buat masak, ketimbang akhirnya enggak makan ya sudahlah, pesan layan antar saja.
Alasan aja sih itu.
Ya enggak apa sih. Tapi kalau ini terjadi setiap hari …. hmmmm. Tabungan apa kabar, topup terus?
Minimal kalau pesan online itu kan ada ongkos kirim ya? Rp4.000 sampai Rp10.000-lah, paling enggak, kalau kita bisa milih makanan yang deket-deket aja. Ya, bisa sih, milih yang bebas ongkos kirim. Tapi enggak semua makanan yang kita doyan atau pengin lagi ada promo free ongkir kan?
Seminggu aja, sudah Rp70.000 dong habis buat ongkir doang. Itu kan bisa dipakai buat beli beras 5 kg lo!
Pernah bandingin juga, beli roti bakar di aplikasi Rp15.000. Setelah disamperin sendiri, ternyata harga aslinya cuma Rp11.000. Yha! Selisih Rp4.000 ternyata, antara pesan via ojol sama kalau kita langsung datang ke kiosnya. Ha! Kalau sehari 3 kali dapat selisih Rp4.000 berarti dapat Rp12.000 dong ya. Dikali 30? Jadi berapa?
2. Belanja skincare
Enggak ada yang bilang kalau skincare itu enggak penting. Mungkin semua perempuan juga setuju kalau kita butuh banget skincare. Ya, siapa yang mau punya kulit kusam, kering, keriput, dan beruam-ruam?
Tapi ya, ya masa setiap kali beauty vlogger junjungan ngepost review skincare terbaru lantas kamu pun harus ikutan pake juga sih? Tanpa pertimbangan, apa memang butuh atau hanya pengin beli? Atau, seenggaknya coba perhatikan stok skincare kamu. Jangan-jangan malah masih banyak kemasan yang belum sempat dibuka juga.
3. Belanja online
Semakin ke sini, makin gampang juga buat belanja, yes? Apalagi kalau lagi ada momen-momen tertentu, kayak Harbolnas, atau Black Friday. Duh, diskon-diskon gede berceceran sana-sini!
Belum lagi program-program khusus masing-masing online shop–gratis ongkir dengan minimum pembelianlah, cashback untuk pembelian kedualah, buy 1 get 2-lah ….
Akhirnya, demi “memenuhi persyaratan dan ketentuan yang berlaku”, yang tadinya cuma butuh satu, jadi beli dua. Demi bisa dapat diskon, atau untuk dapetin cashback.
Yang tadinya belum terlalu butuh, jadi butuh banget!
4. Ngopi di kafe
Gaya hidup kekinian yang sudah bisa bekerja secara remote, akhirnya juga butuh modal gede lo.
Kerja di rumah, rentan ngantuk. Penginnya rebahan aja terus. Supaya semangat, berangkat deh ke kedai kopi langganan. Kalau cuma numpang wifi doang, ya kayaknya enggak enak sama mas baristanya. Ya, udah deh, pesan kopi secangkir. Rp30.000 – Rp50.000 pun keluar dari dompet.
Sejam dua jam, kayaknya sekalian pesan makan siang deh. Coba cari menu yang paling murah, Rp60.000 – Rp100.000.
Enggak kerasa, begitu kerjaan selesai, close bill dengan tertera angka Rp300.000.
Kalau tiap hari, sebulan berarti keluarin uang Rp7.500.000, minimal, buat suntikan semangat kerja ini ya? Hmmm …. Padahal fee dari kerjaan berapa sih?
5. Nonton film di bioskop
Jadi moviegoers sekarang lagi ngetren ya. Kayaknya seru aja gitu ikut nimbrung di thread-thread review milik akun-akun khusus film itu. Dilihat teman-teman kayaknya juga kekinian banget, kalau bisa update film bioskop terbaru.
Pun kayaknya seru abis kalau bisa kasih spoiler duluan dibanding yang lain. Ha!
Maka, kalau ada film terbaru harus nonton di hari pertama!
Padahal film baru biasanya datang di setiap minggu. Sekali ganti, bisa 5 – 7 film. Kalau lantas setiap minggu maraton film, 3 – 5 film demi label moviegoers ya mesti waspada juga dompet terkuras.
6. Membership pusat kebugaran
Ini sih bagus, kan demi tubuh yang sehat! Apalagi kesadaran untuk punya gaya hidup sehat sekarang juga makin baik.
Sayangnya, kadang kita cuma rajin ke gym ini selama beberapa bulan pertama aja, tapi bayar membership tahunan. Pasalnya, kalau bayar setahun sekalian bisa dapat gratis keanggotaan sebulan.
Nah lo. Kalau gini, bisa dibilang hemat sebulan enggak sih?
7. Langganan streaming musik/film
Yah, ini juga enggak masalah juga sebenarnya, kalau memang kita butuhkan. Tapi, perlu dipertimbangkan juga dengan masak-masak.
Streaming musik, misalnya. Kalau enggak berlangganan, paling kan hanya dilewati iklan kan ya? Atau, enggak bsa didownload lagunya. Kira-kira mengganggu enggak sih? Kalau misalnya ini enggak mengganggu atau bikin masalah, baiknya ya pertimbangkan saja langganan streaming ini.
Rp50.000 – Rp100.000 per bulan lumayan juga kan?
Nah, jadi, gaya hidup mana yang masih jadi “masalah keuangan” buatmu sampai sekarang?
Ada baiknya, mulai menata gaya hidup kamu lagi, supaya tahun 2020 ini kondisi keuanganmu lebih baik. Bisa kok, bisa! Pasti bisa. Bijaklah dalam mengelola uangmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Mengatur Gaji UMR 2020 Supaya Cukup Sebulan? Bisa!
Berdasarkan surat edaran Menteri Ketenagakerjaan bernomor B-M/308/HI.01.00/2019, di bulan November 2019 yang lalu, para gubernur di 34 Provinsi di Indonesia secara serentak mengumumkan kenaikan gaji UMR di wilayah masing-masing. Apa kabar gaji UMR Jakarta nih?
Kenaikan gaji UMR ini berdasarkan pada laju inflasi nasional yang mencapai 3,39% dan pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,12%. Dengan demikian, diputuskan ada kenaikan gaji UMR 2020 bagi pekerja di Indonesia sebesar 8,51%.
Kalau menurut hitungan, berarti seharusnya sih di tahun 2020 ini, gaji UMR Jakarta itu sebesar Rp4.267.349.
Apakah ini kabar gembira untukmu?
Bisa jadi, tapi harus kamu ingat. Bahwa kenaikan gaji UMR secara nasional ini diputuskan atas dasar inflasi. Sehingga enggak cuma gaji kamu saja yang naik, barang-barang kebutuhan pokok juga akan naik. Belum lagi uang sekolah, harga rumah, dan lain sebagainya.
Sudah harus mengelap keringat di dahi sekarang? Well, no worries. Gaji besar ataupun kecil sebenarnya enggak masalah, yang penting bagaimana kita bisa mengaturnya dengan bijak. Termasuk jika sekarang kamu menerima gaji UMR Jakarta.
Punya gaji UMR terus merasa paling menderita, sengsara, nelangsa? No, no. Enggak. Bahkan dengan gaji UMR pun, kamu seharusnya masih bisa menabung dan investasi kok.
Bagaimana caranya?
5 Langkah Mengatur Gaji UMR
1. Pisahkan dalam 5 pos pengeluaran
Di QM Financial, kami memisahkan pos-pos pengeluaran dalam 5 jenis, yaitu:
- Cicilan dan utang, hanya boleh maksimal 30% dari penghasilanmu. Jadi–kalau mau pakai UMR Jakarta sebesar Rp4.267.349, maka maksimal kamu hanya mampu mempunyai cicilan sebesar Rp1.280.204,7. Jangan lebih ya, ini adalah besarnya maksimal cicilan semua utang: kartu kredit, cicilan gawai, panci, sampai KPR sekalipun.
- Tabungan dan investasi, sebesar 10 – 30% dari penghasilan bulanan. So, untuk gaji UMR Jakarta, seharusnya sih kamu bisa menyisihkan minimal Rp426.734,9. Bulatkan ke Rp500.000 deh. Bisa kan? Bisa dong. Pilihlah instrumen tabungan dan investasi yang sesuai dengan profil risikomu. Kalau masih pemula, kamu bisa simpan di deposito atau di Reksa Dana Pasar Uang, yang lebih minim risiko.
- Pengeluaran sosial, seperti zakat, donasi, dan sebagainya. Besarnya tergantung pada aturan masing-masing. Ada zakat yang 2,5%, ada persepuluhan untuk yang beragama Nasrani.
- Pengeluaran rutin, untuk berbagai keperluan sehari-hari seperti token listrik, pulsa, makan, transportasi, dan sebagainya. Sebagai karyawan, kamu perlu waspada terhadap pengeluaran transportasi. Coba baca artikel mengenai tip hemat pengeluaran transportasi di web ini ya. Siapa tahu kamu bisa mendapatkan pencerahan. Besarnya pengeluaran rutin ini maksimal banget adalah 40% dari penghasilanmu. Jadi, dengan gaji UMR Jakarta 2020, anggaran seharusnya sih enggak lebih dari Rp1.706.939,6. Yes, kamu harus benar-benar berhemat di pos ini ya. Hiduplah sewajarnya. Pasti bisa kok!
- Pengeluaran lifestyle, tempat segala dosa keuangan bisa ditemukan. Boleh kok kalau kamu pengin nongki-nongki di weekend bareng teman-temanmu. Kan, harus piknik ya, biar enggak stres? Tapi, bujetmu jangan sampai melebihi 20% dari penghasilanmu, yaitu sebesar Rp853.469,8 untuk gaji UMR Jakarta. Ini udah maksimal banget ya!
Jadi, sudah berapa banyak uangmu yang masuk ke pos-pos? Nggak bersisa ya? Enggak apa-apa, sembari jalan kamu bisa berhemat lagi di sana-sini. Sesuaikan saja dengan kondisi.
Semangat ya!
2. Investasi dan menabung di awal
Agar kamu tetap bisa menabung meski kamu hanya punya gaji UMR saja, maka menabunglah di depan. Jangan tunggu sisa uang, karena bakalan susah deh nyisain uang. Apalagi hidup di Jakarta. Bener nggak nih?
Jadi, enggak ada alasan, “Gajiku kecil, buat kebutuhan hidup aja kurang. Mana bisa investasi?” Bisa kok, bisa.
Kamu tahu enggak, beli reksa dana sekarang bisa dengan Rp100.000 saja. Bahkan ada juga kok yang lebih murah lagi. Hanya saja, kamu memang perlu lebih smart dalam memilih ya. Sekali lagi, sesuaikan dengan profil risikomu.
3. Buat dana darurat
Jangan lupa untuk membuat dana darurat. Nah, agar tabunganmu bisa konsisten, kamu memang perlu memberinya judul. Kalau kamu menabung tanpa “judul”, maka motivasimu mungkin akan kurang maksimal.
Jadi, ingat selalu #TujuanLoApa.
Untuk yang pertama, kamu perlu membuat dana darurat dulu dengan tabunganmu. Untuk kamu yang masih lajang, besarnya adalah 4 x pengeluaran bulanan. Nah, kamu bisa membaca trik mengumpulkan dana darurat di artikel ini.
4. Punya rekening tambahan
Untuk mempermudah dalam pengelolaan keuangan pribadi dengan gaji UMR ini, kamu harus punya metode. Ada beberapa cara yang bisa kamu pakai sih, tergantung kamu nyamannya yang mana.
Bisa pakai amplop-amplop, bisa juga kamu membuat rekening tambahan khusus selain rekening tempat kamu biasa menerima gaji. Rekening tambahan ini bisa kamu fungsikan sebagai rekening tabungan, atau malahan sebagai rekening khusus belanja.
Jadi, setiap kali hendak belanja, kamu transfer ke rekening tambahan. Begitu uang di situ sudah habis, maka setop belanja sampai tiba gajian berikutnya.
5. Seminggu sekali aja ke ATM
Nah, ini sih trik langsung dari Ligwina Hananto, lead trainer QM Financial. Kalau mau pengin lebih bisa mengendalikan keuanganmu, ke ATMlah seminggu sekali saja. Ambil uang sesuai bujet, lalu hiduplah dengan uang itu sampai tiba waktunya ke ATM lagi minggu depan.
Bisa? Bisalah. Asalkan kamu sudah membuat bujet bulanan juga ya, sebagai patokan.
Nah, ternyata simpel kan, mengatur gaji UMR ini? Apalagi gaji UMR Jakarta, bisa bangetlah diatur.
Selanjutnya, mungkin kamu bisa mempertimbangkan untuk menambah penghasilan.
Semangat ya, untuk tahun 2020!
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
9 Istilah Keuangan Pribadi Paling Sederhana yang Harus Dipahami
Susah juga, kalau mau mengelola keuangan tapi belum paham betul apa saja yang dibahas. Bener nggak? Mau baca tip segala macam, tapi beberapa istilah keuangan pribadi enggak paham artinya. Ya bhay saja deh akhirnya.
Pemahaman memang menjadi hal pertama yang harus dicapai lebih dulu. Kalau kita paham betul dengan apa yang kita baca, dan juga apa yang kita omongkan, biasanya sih ya lebih mudah memahami hal-hal lainnya juga.
Banyak istilah keuangan pribadi yang masih terdengar asing di telinga, tapi sudah mencoba belajar investasi, akhirnya ketemulah beberapa istilah dalam saham yang lebih rumit … ya bakalan susah juga.
So, ayo belajar dari yang paling basic dulu, yaitu memahami beberapa istilah keuangan pribadi yang bakalan paling sering kamu temui–terutama sih, kalau kamu suka baca-baca artikel di situs ini ataupun follow akun Instagram QM Financial.
Kamu bakalan banyak menemukan istilah keuangan pribadi berikut ini.
1. Pengeluaran
Dalam laporan keuangan pribadi, pengeluaran berarti adalah uang-uang yang kita belanjakan untuk berbagai keperluan.
Di QM Financial, kita membagi pengeluaran dalam 5 pos:
- Cicilan/utang, yaitu uang yang digunakan untuk mencicil atau membayar kembali utang yang kita lakukan. Misalnya cicilan KPR, cicilan kartu kredit, dan sebagainya.
- Investasi/tabungan, yaitu sejumlah uang yang kita sisihkan untuk disimpan–biar enggak ikut terbelanjakan demi tujuan tertentu. Kadang tak hanya menabung, kita juga berinvestasi, yaitu menanam uang di suatu tempat agar bisa berkembang atau menguntungkan.
- Pengeluaran rutin, yaitu uang-uang yang kita belanjakan untuk keperluan rutin, seperti listrik, groceries, dan sebagainya.
- Dana sosial, adalah uang-uang yang dikeluarkan demi tujuan sosial, seperti zakat, donasi, dan sebagainya.
- Lifestyle, adalah uang yang dibelanjakan untuk kebutuhan tersier, yang penting nggak penting, yang kadang hanya untuk memenuhi keinginan alih-alih kebutuhan.
2. Pendapatan
Pendapatan atau pemasukan atau penghasilan adalah uang atau materi yang kita dapatkan sebagai hasil usaha atau jerih payah kita.
Kalau karyawan ada gaji, untuk freelancer ada fee. Kalau pebisnis? Gaji juga, dari bisnisnya. Kalau investor, dari capital gain ataupun dari deviden.
3. Kekayaan bersih
Istilah keuangan pribadi yang ketiga ini berarti adalah selisih dari pendapatan keseluruhan plus aset, kemudian dikurangi dengan pengeluaran, termasuk posisi utang.
Nilai kekayaan bersih inilah yang akan menentukan apakah kita punya kondisi keuangan yang sehat atau enggak. Kalau hasilnya positif, maka kita punya arus keuangan yang sehat karena berarti pendapatan dan aset kita lebih besar daripada pengeluaran plus utang. Tapi, kalau negatif, berarti kondisi keuangan kita kurang sehat sehingga harus segera dicari cara untuk memperbaikinya.
4. Financial check up
Financial check up merupakan istilah keuangan pribadi yang berarti hal-hal yang kita lakukan dalam rangka cek kondisi kesehatan keuangan kita.
Dalam financial check up, kita akan mengecek status harta serta utang yang kita miliki, yang kemudian hasil data tersebut kita olah menjadi neraca dan arus kas.
Financial check up ini biasanya dilakukan setahun sekali–meski kalaupun lebih sering itu juga bagus. Kita bisa melakukannya sembari membuat review laporan keuangan akhir tahun, atau pada saat kita hendak membuat laporan SPT sebagai wajib pajak.
5. Neraca
Kamu pasti enggak terlalu asing juga dengan istilah keuangan pribadi yang kelima ini, karena sering disebut kalau kita lagi ngomongin soal keuangan di mana pun.
Neraca di sini bukan berarti timbangan, tetapi catatan perbandingan untung rugi, utang piutang, pemasukan dan pengeluaran, dan sebagainya (sumber: Kamus Besar Bahasa Indonesia). Neraca inilah hasil dari financial checkup yang kita lakukan, yang menampakkan posisi kekayaan bersih kita yang kemudian bisa menunjukkan kondisi kesehatan keuangan kita.
6. Bocor halus
Istilah ‘bocor halus’ mungkin banyak kamu dengar kalau kamu lagi ngobrol sama trainer-trainer QM Financial saja ya? Inilah istilah yang kami gunakan untuk menyebut sejumlah uang yang enggak ketahuan rimbanya, ngilang gitu aja dari dompet atau tabungan kita tanpa tercatat atau termonitor.
Tahu-tahu duit berkurang aja.
“Saudara” dari bocor halus adalah bocor ambyar, yaitu istilah untuk menyebut arus kas keluar yang tak terkendali.
7. Aset
Masih menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, aset berarti:
- sesuatu yang mempunyai nilai tukar
- modal; kekayaan
Aset (aktif) ada beberapa macam yang bisa dijadikan sebagai andalan finansial, yaitu surat berharga, properti, dan bisnis. Dengan memiliki aset aktif, kamu akan mempunyai pendapatan pasif. Biasanya orang-orang membangun aset aktif ini demi menjamin masa pensiun mereka, masa ketika mereka tidak produktif lagi menghasilkan uang.
Sudahkah kamu mempunyai aset aktif milikmu sendiri sekarang?
8. Likuiditas
Kalau dalam istilah keuangan pribadi, likuiditas berarti adalah kemampuan kita untuk membayar utang yang sekarang sedang kita miliki tepat pada waktunya.
9. Inflasi
Istilah keuangan pribadi kesembilan ini akan sering kita dengar terutama kalau lagi bahas mengenai berbagai tujuan finansial jangka panjang, seperti dana pendidikan anak, dana pensiun, juga dana kepemilikan rumah.
Inflasi adalah kemerosotan nilai uang (kertas) karena banyaknya dan cepatnya uang (kertas) beredar sehingga menyebabkan naiknya harga barang-barang.
Lagi-lagi ini menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ya.
Inflasi merupakan hal yang pasti terjadi di setiap negara di dunia–termasuk Indonesia. So, inflasi memang harus selalu diperhitungkan, terutama jika kamu sedang merencanakan masa depanmu.
Sebenarnya masih banyak istilah keuangan pribadi lain yang seharusnya ikut dijelaskan di sini, tapi akan jadi panjang banget. So, mungkin kita akan sambung lagi di artikel yang lain ya.
Semoga bisa sedikit membantumu saat belajar mengelola keuangan pribadimu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
3 Langkah Mudah Membuat Laporan Keuangan Pribadi for Dummies
Salah satu hal yang kadang bikin males tapi kalau kita mau mengerjakannya sebentar saja bisa memberikan efek baik yang besar ke depan dalam mengatur arus kas adalah membuat laporan keuangan pribadi.
Iya apa iya nih?
Maklumlah, kita selalu sibuk. Untuk bisa duduk, mencatat, dan kemudian menghitung itu butuh ekstra effort untuk melakukannya. Seandainya saja jasa seorang personal assistant itu murah, barangkali mendingan sewa jasa mereka saja untuk bantuin.
Tapi, orang gaji saja 1 koma 4, mana bisa bayar gaji seorang PA? Belagu banget deh. Ya sudah, satu-satunya jalan ya harus bisa membuat laporan keuangan pribadi sendiri.
Padahal, kalau sudah benar-benar niat melakukan, membuat laporan keuangan pribadi sendiri itu mudah dan simpel lo. Enggak mesti harus kuliah akuntansi dulu buat bikinnya. Kamu cukup mengenali saja apa kebutuhanmu, dan juga apa yang kamu punya.
Coba ikuti 3 langkah mudah berikut ya.
3 Langkah Mudah Membuat Laporan Keuangan Pribadi
1. Duduklah sejenak
Ini yang memang butuh niat yang besar untuk mulai melakukannya. Kayak orang mau diet. Tar-sok-tar-sok melulu. Bentar besok, bentar besok, kalau disuruh mulai.
No more tarsok, sekarang juga duduk di mana pun kamu nyaman. Switch off dari apa saja yang bisa mengganggu.
Saat ini, hanya ada kamu dan uangmu yang harus kamu atur, supaya enggak ada lagi tanggal muda tanggal tua, enggak ada lagi gaji satu koma empat. Hanya ada kamu dan rencana masa depanmu, kamu dan rencana liburanmu, kamu dan rencana pensiunmu, dan semua yang pengin kamu jalani di masa depan.
Bisa? Bisa. Sekarang kita ke langkah kedua.
2. Pilih media catatan
Dulu saya pernah dibuatkan laporan keuangan pribadi dalam bentuk Excel oleh suami. Sudah lengkap dengan rumus-rumusnya, saya tinggal isi … dan voila, perhitungan pun langsung jadi secara otomatis. Waktu itu sih, perkembangan teknologi belum seperti ini. Belum ada aplikasi keuangan yang bisa didownload gratis di smartphone.
Tapi, saya merasa cara ini justru repot banget. Mengapa? Karena saya harus membuka laptop setiap kali saya mau mencatat pengeluaran. Padahal kadang saya posisi lagi enggak bisa langsung mencatat. Dan, penyakit lupa saya ini sangat menjengkelkan. Kalau enggak langsung dicatat, pasti deh akhirnya lupa.
Karena itu saya anggap cara ini tidak cocok untuk saya. Saya lantas mencoba membuat laporan keuangan pribadi dengan aplikasi smartphone. Tapi, ternyata aplikasi smartphone–saking lengkapnya–malah banyak area yang enggak saya butuhkan. Bikin pusing. Saya hanya perlu laporan keuangan yang simpel saja, untuk mencatat hari ini saya sudah mengeluarkan duit berapa. Udah, gitu aja.
So, saya mencoba membuat sendiri. Ambil satu buku tulis dari stok sekolahnya anak-anak, lalu saya buat sendiri catatan dan laporan keuangan pribadi ala saya. Bertahan sampai sekarang.
Moral of the story is … setiap orang punya kenyamanan sendiri-sendiri untuk membuat laporan keuangan pribadi ini. Pilihan sekarang sudah banyak. Mau pakai Excel, atau Google Spreadsheet, aplikasi smartphone, bullet journal, atau ditulis di buku tulis biasa–yang mana saja bisa, asalkan kita nyaman. Nyaman dilakukan oleh satu orang, belum tentu nyaman juga dilakukan oleh orang yang lain.
Jadi, take your time. Cari cara dan media yang paling cocok. Buatlah waktu mencatat dan membuat laporan keuangan pribadi kamu menjadi waktu yang menyenangkan–waktu untuk merefleksikan diri dan merencanakan hidup.
3. Buat 3 worksheet besar berisi:
- Arus kas masuk: penghasilan tetap, tidak tetap, serta tambahan lainnya. Buatlah area tersendiri untuk arus kas masuk ini dalam laporan keuangan pribadi yang kamu buat. Sesuaikan kolomnya dengan pemasukan yang kamu punya.
- Arus kas keluar: kamu bisa pisahkan lagi worksheet untuk cicilan, tagihan-tagihan bulanan, tagihan tahunan yang sudah jatuh tempo, investasi, asuransi, dan semua pengeluaran rutin lainnya. Termasuk untuk lifestyle ya–ngopi-ngopi, hangout after hours, juga short escape di weekend.
- Arus kas bersih: ini adalah arus kas keluar dikurangi arus kas masuk. Lengkapi juga dengan posisi aset dan investasi, jika ada.
Dari arus kas bersih ini akan terlihat, apakah kondisi keuangan pribadi kita plus/positif atau minus/negatif.
Kalau positif, well done! Kamu tinggal meneruskan apa yang sudah kamu lakukan. Nah, jika minus, maka ini adalah kesempatan kamu untuk merencanakan perubahan dan perbaikan yang perlu.
Nah, simpel kan? Membuat laporan keuangan pribadi itu memang simpel kok. Kalau terlihat rumit, ya karena kita saja yang menganggapnya sulit. Yang penting, sesuaikan dengan kondisimu. Kondisi keuangan setiap orang berbeda, kenyamanan juga akan berbeda.
Jadi, temukan caramu yang paling oke.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
5 Langkah Efektif Atur Arus Kas Pribadi
Penghasilan sebesar apa pun enggak akan ada artinya kalau kamu enggak tahu langkah efektif atur arus kas pribadi kamu. Yang ada gaji 1 koma 4, atau 25 koma 1. Gajian tanggal 1, udah koma di tanggal 4. Atau gajian di tanggal 25, tanggal 1 tinggal sisa-sisa recehan.
See? Mau gaji berapa pun juga enggak akan cukup, kalau kamu salah dalam pengelolaan uang. So, mumpung masih awal tahun–apalagi kalau kamu pengin punya keuangan yang lebih sehat sebagai resolusi tahun baru nih–ayo, mulai atur arus kas pribadi kamu sekarang.
Caranya? Duh, kayak kaset rusak saja nih rasanya. Tapi, memang prinsip langkah efektif atur arus kas pribadi ya hanya ini saja.
5 Langkah Efektif Atur Arus Kas Pribadi
1. Catat
Catat uang keluar dan catat uang masuk, serta catat bujet keperluan setiap bulan. Tiga jenis catatan ini yang paling penting, jadi harus ada ya.
Dengan mencatat, kamu akan tahu dan bisa memonitor kondisi keuangan rutin dengan lebih baik. Kalau ada yang salah, kamu pun bisa mengambil langkah-langkah antisipasi, supaya enggak makin salah.
Dengan catatan ini, kamu juga bisa memperkirakan banyak hal sehubungan dengan masa depan kamu nantinya lo. Jadi, jangan malas mencatat ya.
2. Lunasi utang
Ingat, utang hanya boleh sampai maksimal 30% dari pengeluaran rutin kamu. Jadi, jika sudah mulai limit, kamu sebaiknya pertimbangkan ulang lagi kalau mau utang. Apalagi kalau utangnya utang konsumtif.
Sekali lagi selalu pertimbangkan kebutuhan versus keinginan, setiap kali mau belanja–apalagi pakai utang kartu kredit. Beneran butuh enggak sih? Atau, sebenarnya cuma karena pengin aja: pengin bisa dipamerin? Pengin bisa kayak tetangga sebelah? Pengin supaya tampak keren?
Bijaklah memilah, mana yang penting dan tidak. Terutama kalau mau berutang.
3. Pastikan menabung
Jangan tunggu sisa, menabunglah di awal bulan minimal 10% dari penghasilanmu.
Kamu bisa memilih dari berbagai produk tabungan–yang merupakan produk perbankan, yang pasti dijamin aman–atau kamu bisa memilih produk investasi yang sesuai dengan profil risiko yang kamu punya.
Nah, jika kamu memilih untuk berinvestasi, pastikan kamu punya pengetahuan yang cukup sebelum memulainya. Karena yang namanya investasi itu tak pernah lepas dari risiko, baik besar maupun kecil. Kalau ada kelas-kelas finansial yang membahas tentang investasi, coba deh bergabung. Anggap saja ini sebagai investasi awal kamu biar gape atur arus kas keuangan pribadi kamu sendiri.
4. Pisahkan rekening
Untuk membantumu lebih mudah atur arus kas pribadi, kamu bisa memisahkan rekening belanja, rekening tabungan, dan rekening untuk tujuan-tujuan keuangan yang sudah kamu rencanakan.
Dengan begini, kamu akan lebih mudah mengelolanya. Saat gaji diterima, kamu langsung transfer sana-sini, sesuai pos masing-masing.
Jika kamu takut repot mengurus terlalu banyak rekening, kamu bisa menggunakan amplop-amplop yang sesuai pos pengeluaran rutin bulanan. Cara yang sangat old school, tapi terbukti efektif untuk atur arus kas pribadi.
Cobain deh.
Oh iya, ada satu lagi tip dari Ligwina Hananto, lead trainer QM Financial, soal atur arus kas pribadi yang lebih efektif ini ini. Yaitu, ambil ATM sekali seminggu aja.
Dengan begini, mau enggak mau kita harus bisa survive dengan sejumlah uang saja yang kita ambil dari ATM seminggu sekali. Enggak boleh nambah-nambah walaupun sedikit di tengah minggu ya! Kalau habis ya, mesti pikir sendiri deh gimana mesti survive sampai waktu mengambil uang lagi berikutnya.
Tantangan! Tapi, kalau bisa, berarti kamu baru saja lulus tingkat dasar atur arus kas pribadi yang efektif. Layak dicoba!
5. Teratur financial checkup
Lakukan evaluasi terhadap usaha-usaha yang sudah kamu lakukan untuk atur arus kas pribadi secara teratur. Kamu perlu melakukannya sebulan sekali, 3 – 4 bulan sekali, dan kemudian review juga keuangan kamu di akhir tahun.
Dengan berbekal catatan dan teratur financial checkup ini, kamu akan tahu jika ada beberapa hal yang harus diperbaiki dan apa saja yang bisa kamu teruskan karena sudah memberikan hasil yang baik.
Nah, demikian beberapa langkah efektif untuk atur arus kas pribadi. Mudah kan? Mudahlah pasti, simpel banget malah! Yang susah itu konsistennya. Itu memang PR banget, dan tergantung pada diri kamu sendiri.
Tapi, dengan niat yang gede, pasti deh bisa. Masa enggak mau sih punya tabungan banyak di masa depan?
Stay tuned juga di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
7 Tip Konsisten Menjalankan Resolusi Keuangan
‘Janji manis’ resolusi keuangan yang sudah kamu buat akan sekadar janji beneran ketika akhirnya diabaikan dengan berbagai alasan. Meski kamu sudah membuatnya serealistis mungkin.
Karena itu, kamu butuh beberapa langkah nyata (lagi) agar jalan untuk mencapai tujuan keuanganmu semakin jelas tahun ini. Jangan lagi melakukan kesalahan yang sama seperti tahun-tahun sebelumnya.
Resolusi keuangan enggak akan menjadi hal klise kalau benar-benar kamu jadikan sebagai goals penting untuk dicapai tahun ini. Pasti bisa deh kamu capai, jika kamu memang benar-benar berniat mewujudkannya.
Coba lakukan beberapa langkah berikut.
7 Tip Konsisten Resolusi Keuangan
1. Nggak usah bikin terlalu banyak
Keinginan dan cita-citamu mungkin saja banyak. Tapi kan, enggak semuanya harus terwujud tahun ini. Pilihlah resolusimu dengan bijak. Kamu bisa memilih dari yang paling urgent dulu, atau dari yang paling mudah kamu capai dulu.
Akan lebih baik jika kamu enggak terlalu banyak membuat resolusi keuangan–tetapi realistis–ketimbang semua-mua kamu inginkan tercapai.
Kesehatanmu lo!
2. Yang penting: catat!
Catat. Catat. Catat.
Zaman sekarang, mencatat enggak harus selalu dengan menulis. Kamu bisa mencatatnya di aplikasi smartphone. Bisa kamu catat di media sosial–sekalian saja biar dunia tahu apa goalsmu tahun ini (selain biar bisa diaminkan, sekalianlah pamer). Kamu juga bisa merekamnya, kalau malas mengetik.
Ada banyak cara memang untuk me-reminder dirimu sendiri, dan manfaatkanlah sebaik-baiknya.
3. Ceritakan pada beberapa orang di sekitarmu
Selain kamu bisa mencatatnya sendiri, kamu juga bisa meminta bantuan pada orang-orang di sekitarmu.
Ceritakanlah apa yang menjadi keinginanmu untuk tahun ini sebagai resolusi keuangan. Selain mereka bisa mengaminkannya, sekaligus mereka bisa membantumu mewujudkan resolusimu itu.
Kadang, kita juga jadi “punya rasa malu” kalau misal kita sengaja melanggar janji kita sendiri, kalau sudah ada orang lain yang tahu kan? Mereka jadi bisa ikut menegur, kalau misalnya kita enggak konsisten melakukan resolusi kita.
4. Lakukan refleksi sesering mungkin
Refleksi terhadap resolusi keuangan yang sudah kamu buat ini enggak perlu menunggu akhir tahun kan, sebenarnya? Kamu bisa melakukannya kapan pun kamu mau.
Misalnya saja, kamu lakukan di setiap akhir bulan–untuk mengevaluasi sampai sejauh mana kamu sudah menjalankan resolusimu itu. Catat, apa saja yang masih kurang optimal, dan apa yang masih bisa dilakukan. Catat pula, apa saja yang sudah berhasil kamu lakukan.
Dengan melakukan refleksi sesering mungkin, kamu akan tahu apa yang salah lebih cepat sehingga bisa mengambil langkah antisipatif.
5. Rencanakan step by step
Well, mungkin kamu memang punya resolusi keuangan yang banyak tahun ini, karena semuanya penting. Ya, enggak masalah juga.
Sekarang, langkah berikutnya adalah membuat rencana step by step. Kamu bisa memecahnya dalam resolusi bulanan, kalau perlu.
Misalnya saja, tahun ini, dana darurat sebesar 30 juta sebagai targetmu. Maka, rencanakan per bulan, kamu harus menabung berapa di instrumen tabungan/investasi apa. Jadikanlah target tabunganmu ini sebagai resolusi bulanan.
6. Boleh saja kasih reward pada diri sendiri
Kalau kamu sukses memenuhi resolusimu–baik yang tahunan maupun bulanan–kamu boleh saja memberi dirimu sendiri sebuah reward. Enggak perlu terlalu mewah atau mahal juga kan?
Misalnya, membiarkan diri sendiri maraton nonton film di bioskop di weekend, setelah kamu berhasil melunasi utang kartu kredit. Belinya tiket tapi jangan pakai kartu kredit lagi ya. Sama aja dong!
Tapi di samping itu, kamu juga bisa memberi dirimu sendiri punishment, jika sampai tak mencapai target resolusi keuangan yang sudah kamu tentukan. Enggak usah terlalu berat juga kok. Misalnya saja, minggu ini enggak boleh makan di luar, karena minggu kemarin udah nongkrong saban hari sama teman-teman.
Pastikan masing-masing reward dan punishment memang bermanfaat untuk dirimu sendiri ya! But then again, jangan terlalu keras pada diri sendiri juga.
7. Semangat!
Nah, ini yang terakhir ini nih yang paling penting. Semangat!
Jaga semangatmu untuk menjalani tahun 2020. Persiapkan diri, bahwa halangan itu pasti akan selalu ada. Enak bets kalau enggak ada, mungkin bukan hidup tuh namanya.
Optimis, bahwa di akhir tahun semuanya akan dalam kondisi baik-baik saja, selama kamu sudah berusaha.
Yes, artikel ini adalah artikel terakhir dalam seri resolusi tahun baru–terkhusus resolusi keuangan dalam situs QM Financial ini di bulan Januari 2020. Semoga tahun ini menjadi tahun yang baik buat kita semua ya!
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.