Pertengkaran Rumah Tangga Bisa Dipicu oleh 5 Masalah Keuangan Ini – Beresin Yuk!
Namanya rumah tangga, biasalah jika terjadi riak-riak kecil di sana-sini. Namun, dari semua akar permasalahan, akan terasa lebih berat dan kompleks ketika ada hubungannya dengan masalah keuangan. Sepertinya ini memang menjadi penyebab klasik pertengkaran rumah tangga.
Memang kan, begitu kita mulai membangun rumah tangga dan keluarga–saat sudah punya anak–kebutuhan hidup juga akan meningkat. Sebenarnya ini wajar, dan terjadi pada semua orang. Hanya saja, pada beberapa pasangan, kurang lancarnya komunikasi juga ikut “membumbui” sehingga akhirnya pertengkaran rumah tangga pun terjadi.
Apa saja masalah keuangan yang bisa memicu pertengkaran rumah tangga ini? Kita lihat satu per satu yuk!
5 Masalah Keuangan yang Dapat Memicu Pertengkaran Rumah Tangga
1. Sandwich generation
Ini adalah masalah yang biasa dialami oleh generasi milenial di zaman sekarang; menjadi sandwich generation.
Seharusnya sih enggak masalah untuk membantu keluarga. Bagus, malah. Namun, kadang karena begitu menjiwai perannya sebagai sandwich generation, ada lo yang lantas “melupakan” keluarganya sendiri. Ini dia yang lantas menjadi bibit pertengkaran rumah tangga, apalagi jika pasangan sudah mulai merasa dinomorduakan.
Kalau mau membantu keluarga besar, pastikan keuangan kita sehat terlebih dahulu. Alokasikan dana sesuai kesanggupan–bicarakan hal ini dengan pasangan ya–di pos pengeluaran sosial. Misalnya, 5 – 10% dari penghasilanmu. Lalu, berani menolak ketika bantuanmu sudah melebihi jatah yang disepakati.
2. Penghasilan istri lebih besar ketimbang penghasilan suami
Yang sering terjadi di Indonesia adalah suami seharusnya berperan sebagai tulang punggung keluarga, yang menafkahi keluarga untuk segala kebutuhan hidupnya.
Namun, di zaman sekarang, peran ini sudah banyak bergeser. Kadang, para istri juga turut bekerja di luar rumah–bahkan punya karier yang lebih bagus sehingga penghasilan pun menjadi lebih tinggi ketimbang suami.
Seharusnya hal ini juga enggak jadi masalah, ketika keduanya sepakat untuk pembagian peran yang adil pada masing-masing pihak. Toh, rezeki itu selalu berputar. Mungkin akan tiba saatnya, si suami menanjak pula kariernya sehingga bisa mendapat gaji yang sepadan.
Diskusikan hal ini dengan pasangan secara terbuka. Jangan biarkan ada gaji di antara kita. Jangan jadikan hal ini sebagai penyebab pertengkaran rumah tangga. Ingat, yang penting kebutuhan bisa terpenuhi. Masalah pintu rezeki dari mana pun, harus disyukuri. Sepakat kan?
3. Peran yang kurang seimbang
Pembagian peran keuangan antara pasangan suami istri memang penting untuk dilakukan. Bahkan hal ini harus dilakukan sejak awal menikah dan masih berstatus sebagai pengantin baru.
Pembagian peran ini haruslah seimbang dan atas dasar kesepakatan bersama. Jangan sampai salah satu pihak merasa bebannya lebih besar ketimbang yang lain, karena bisa memicu pertengkaran rumah tangga. Ini bukanlah hal yang sepele lo!
Kalau ada yang merasa kurang adil, segeralah duduk dan berdiskusi, sebelum pertengkaran rumah tangga terjadi. Sepakati, siapa bertugas di bagian apa, siapa in-charge di mana. Misalnya saja, suami berperan di topup investasi setiap bulannya dan membayar asuransi. Istri memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Ingat, tujuan keluarga kan sama, jadi harus ditanggung dan diperjuangkan bersama juga.
4. Masing-masing memiliki rahasia keuangan
Beberapa waktu yang lalu, sempat viral di media sosial, pengakuan-pengakuan para suami yang punya hobi tertentu dan belanja keperluan hobinya di online shop, yang meminta pada admin olshop untuk “memalsukan” nota pembelian.
Lucu sih. Kebanyakan beralasan supaya enggak dibawelin istri. Tapi, waspada, karena hal seperti ini bisa menjadi masalah besar lo. Pertengkaran rumah tangga bisa terjadi, kalau istri merasa dibohongi.
Begitu juga dengan istri. Sering ada kasus, istri berutang untuk panci, tas branded, atau apa pun deh, tanpa sepengetahuan suami. Ketika nunggak cicilan, istri kabur, eh … suaminya yang ditelpon dan ditagih. Wah, bisa kebayang deh akhirnya gimana. Ya kan?
Yuk, kurangi kebiasaan ini. Bukankah semua bisa didiskusikan bareng pasangan? Apalagi masalah keuangan seperti ini.
5. Gaya hidup yang enggak sinkron satu sama lain
Namanya suami istri, biarpun sudah disatukan dalam ikatan pernikahan, tetap saja terdiri atas 2 kepala dan 2 hati. Kadang ya kurang sinkron satu sama lain. Sebenarnya juga wajar, tinggal bagaimana kompromi satu sama lain demi tujuan keuangan keluarga bersama.
Jika salah satu merasa kurang sreg dengan keputusan yang diambil oleh pasangannya, ya enggak ada jalan lain selain mendiskusikannya dengan duduk bareng. Kalau enggak, ya bisa jadi pertengkaran rumah tangga terjadi. Kalau sudah begini, masing-masing pasti saling menyalahkan, bukan?
Jadi, terbukalah dengan pasangan kamu, tentang apa pun itu. Terutama jika menyangkut masalah keuangan.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Merencanakan Pesta Ulang Tahun Perkawinan yang Bermakna dalam 5 Langkah
Mengarungi hidup rumah tangga berdua selama sekian lama itu sungguh sesuatu, ya kan? Dibilang susah ya enggak juga, dibilang gampang ya enggak banget. Makanya, untuk sebagian pasangan suami istri, merayakan pesta ulang tahun perkawinan itu dianggap perlu, demi mengingat sebegitu lama kebersamaan tersebut.
Nggak mudah lo, bisa awet hidup bareng begini. Inget ups and downs-nya, kayak roller coaster. Bahkan sebagian kadang terpikir untuk menyerah di satu titik. Ups!
So, apakah kamu dan pasangan pengin merencanakan pesta ulang tahun perkawinan untuk berdua? Mau besar ataupun pesta kecil–atau bahkan hanya dirayakan berdua–semua tetap butuh persiapan lo! Tanpa siap-siap, bisa jadi bikin bocor anggaran, bahkan anggaran bulanan bisa terganggu.
Jadi, berikut ini ada beberapa tip untuk merencanakan pesta ulang tahun perkawinan, yang on budget tapi bermakna. Mau? Simak artikel ini sampai selesai ya.
5 Langkah Mempersiapkan Pesta Ulang Tahun Perkawinan yang Berkesan Tanpa Boros
1. Fokuskan pada relationship berdua
Mau merayakan pesta ulang tahun perkawinan semewah apa pun, sebaiknya kembali lagi untuk fokus pada hubungan yang sudah dibangun berdua. Pada keluarga.
Apa makna pesta ulang tahun perkawinan bagi keluarga? Apa arti perayaan tersebut? Mensyukuri yang sudah dijalani, dan dipunyai, lalu membuat rencana baru yang lebih baik ke depan? Atau, apa?
Kembalikan semuanya pada keluarga, dan terutama kualitas hubungan berdua sebagai pasangan suami istri.
Dengan begini, mau merayakan dengan cara apa pun, maknanya tetap mendalam.
2. Tentukan acara
Nah, kalau niat sudah ada dan baik, maka selanjutnya mau merencanakan acara apa pun, pasti akan jadi baik juga.
Jadi, mau ngapain nih? Mau ngadain private party saja, atau mau mengundang sejumlah tamu untuk bisa diajak bersyukur bareng? Biasanya sih, pasangan suami istri merayakan pesta ulang tahun perkawinan dengan lebih meriah ketika berulang tahun perak, emas, ataupun intan. Selain itu, juga bisa saja sih dirayakan, tapi pada umumnya hanya di lingkup keluarga saja.
Acaranya bisa makan malam bareng di resto, atau mau masak sendiri di rumah secara lebih istimewa juga bisa. Atau, ada yang merayakan pesta ulang tahun perkawinan sambil honeymoon kedua, atau backpackeran bareng.
Banyak cara untuk merayakan pesta ulang tahun perkawinan ini. Yang penting, kembali lagi, mau seperti apa pun acaranya, selalu ingat bahwa kualitas relationship berdualah yang utama.
3. Tentukan bujet
Setelah tahu acaranya mau seperti apa, maka berikutnya tentukan bujetnya. Lagi-lagi ingat, bukan kemewahan yang utama, tapi makna di balik pesta ulang tahun perkawinan itu sendiri.
Jadi, mau bujet berjuta-juta, atau beberapa ratus ribu saja, enggak jadi masalah, seharusnya. Tapi tetap harus direncanakan, lebih baik lagi dibuat anggarannya–apalagi jika pengin membuat pesta yang meriah.
Misalnya nih, mau membuat pesta di resto, sambil mengundang sejumlah tamu: saudara atau sahabat-sahabat terdekat. Berarti yang harus dipikirkan adalah berapa jumlah tamu undangan, makanan, minuman, dan barangkali juga harus menyiapkan suvenir.
4. Tentukan tempat
Tempat ini sudah pasti harus menyesuaikan jenis acara dan juga bujet.
Misalnya, mau merayakan pesta ulang tahun perkawinan di restoran atau mau private party di rumah? Kalau di restoran, di restoran mana? Kalau di rumah, bagaimana menyiapkan tempat untuk para tamu?
Atau kalau mau merayakan ulang tahun perkawinan sembari honeymoon kedua, tentukan tujuannya yang sesuai bujet. Enggak harus terlalu jauh juga kok, yang penting sweet escape berdua.
5. Siapkan kejutan
Biar lebih meriah, siapkan kejutan khusus untuk pasangan. Ya namanya kejutan, jangan sampai ada yang tahu dong. Siapkan sesuatu di luar dugaan pasangan, ataupun yang tidak pernah terpikirkan oleh orang lain, secara khusus.
Duh, pasti lebih heboh deh pesta ulang tahun perkawinan tahun ini.
Nah, gimana? Sudah siap untuk membuat rencana dan menyusun anggaran untuk pesta ulang tahun perkawinan kalian? Boleh banget lo, kalau mau mengundang tim QM Financial untuk ikut hadir di pesta. Biar lebih meriah kan?
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
5 Penyebab Masalah Keuangan Pengantin Baru yang Perlu Diwaspadai Sejak Awal
Masa-masa masih berstatus pengantin baru itu rasanya memang luar biasa: bahagia, excited, … membuncah aja gitu semuanya. Bener nggak? Tapi eh tapi … jangan kelamaan terlena. Sepulang dari honeymoon, ada beberapa PR yang harus segera dikerjakan. Salah satunya masalah keuangan. Yes, masalah keuangan pengantin baru ini kadang malah sudah menghantui sejak sebelum pesta pernikahan dimulai lo!
Kok bisa? Iya, misalnya saja masalah utang. Nah lo. Misalnya kayak salah satu (atau malah kedua) pasangan membawa utang lajang, atau misalnya utang biaya pernikahan yang harus segera diselesaikan.
Adduh! Kalau sudah begini, rasa bahagianya jadi “terkontaminasi” deh.
Well, take a deep breath, atur napas, tenangkan diri. Mari kita lihat dulu beberapa masalah keuangan pengantin baru yang sering muncul yang mesti diwaspadai–untuk kemudian dicari jalan keluarnya.
5 Penyebab Masalah Keuangan Pengantin Baru yang Harus Diwaspadai Sejak Awal
1. Merahasiakan kondisi keuangan masing-masing
Masalah keuangan pengantin baru yang pertama ini contohnya sudah sempat disebutkan di atas. Misalnya, setelah menikah dan jadi pengantin baru, baru deh ketahuan masing-masing punya utang yang mencekik.
Duh. Masalah besar kalau ini sampai kejadian.
Seharusnya, masalah kondisi keuangan ini justru harus dibicarakan sejak sebelum pernikahan dilangsungkan. Tapi, misalnya terlambat, ya sudah, sekaranglah waktunya untuk duduk berdua dan ngobrol. Tinggalkan jaket egonya ya.
2. Anggap tabu membicarakan masalah keuangan
Mungkin ini kalau zaman dulu ya maklum. Semacam ada perasaan sungkan untuk ngomongin duit. Takut dibilang matre, kali ya? Tapi, untuk zaman now, ini justru jadi potensi masalah keuangan pengantin baru yang bisa berefek domino panjang.
Bukannya matre, tapi kita hidup mesti realistis. Harus ada rencana, supaya enggak deg-degan. Harus punya proteksi, biar terlindungi. Harus punya cita-cita, supaya jadi lebih baik lagi. Betul nggak?
Dan semua rencana, proteksi, serta cita-cita itu butuh uang. Sekali lagi, uang memang bukan segalanya, tapi buat hidup, segalanya butuh uang. Jadi, jangan tabu ngobrol soal duit. Banyak loh, yang harus direncanakan dengan duit berdua ini.
3. Hidup tanpa rencana jangka panjang
Besok ya dipikirin besok saja. Sekarang kita pikir dulu hari ini.
Emang bener sih, manusia itu hidup di masa sekarang. Konon kan katanya gitu ya? Tapi, ini enggak berlaku untuk keuangan. Kamu dan pasangan kamu akan hidup berdua sampai tua lo (berharapnya selalu begitu kan, sebagai pengantin baru?).
Jadi, ayo, segera duduk berdua dan buat rencana jangka panjang. Mau hidup seperti apa ke depannya? Bagaimana nanti dengan anak-anak? Bagaimana nanti dengan kita kalau sudah tua? Mau diisi apa saja nih sepanjang hidup keluarga nih?
Jangan biarkan masalah keuangan pengantin baru yang ketiga ini terlalu lama tak terselesaikan.
4. Malas mencatat
Mencatat pengeluaran dan pendapatan, tentu saja. Padahal ini penting banget!
Catatan keuangan keluarga akan bermanfaat ketika nanti kita harus mengevaluasi rencana-rencana mana yang sudah bisa dijalankan dan mana yang harus terus diusahakan. Juga, untuk melihat apakah semua tujuan keuangan sudah mulai kelihatan hilalnya. Pun untuk mereview, aset apa saja yang sudah kita miliki, nanti setelah hidup berkeluarga selama beberapa, beberapa belas, dan beberapa puluh tahun.
Jadi, jangan anggap remeh masalah keuangan pengantin baru keempat ini ya. Sebaiknya, mulailah segera membuat catatan keuangan yang sederhana. Bisa diawali dari mencatat berapa uang yang dikeluarkan setiap harinya, mulai dari jajan sampai parkir mobil. Lalu direkap semuanya di akhir bulan sesuai pos-posnya, baru kemudian kita bisa mengevaluasi apakah kondisi keuangan keluarga sudah sehat. Setelah itu, kita bisa melanjutkan dengan membuat anggaran untuk bulan berikutnya.
5. Tidak saling percaya
Biasanya masalah keuangan pengantin baru yang kelima ini akan terjadi sebagai akibat dari masalah seperti yang dijelaskan di poin 1 dan 2 di atas. Yes, akar permasalahannya sebenarnya cuma satu, yakni komunikasi.
Komunikasi yang tidak lancar bisa menjadikan kedua belah pihak menjadi tidak saling percaya. Kalau dibiarkan terjadi, bakalan susah juga nih untuk bisa berbagi peran secara adil dan berimbang antara pasangan suami istri.
Nah, bagaimana? Apakah kalian masih mengalami kelima akar masalah keuangan pengantin baru di atas? Kalau iya, segera sadari kondisinya dan ambil beberapa tindakan untuk memperbaiki. Jangan tunda lagi ya, semua ini demi hidup keluarga juga ke depannya.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
7 Tanda Keuangan Keluarga Tidak Sehat
Senang deh, akhirnya banyak yang semakin sadar pentingnya merencanakan keuangan–terutama keuangan keluarga–untuk kehidupan yang lebih baik di masa mendatang. Tapi, bagaimana kalau kondisi keuangan keluarga tidak sehat?
Yep, sebelum beranjak ke mana-mana, sebaiknya memang kita harus memastikan dulu bahwa kondisi keuangan keluarga kita sehat. Kalau ternyata kondisi keuangan keluarga tidak sehat, ya susah juga untuk bisa mewujudkan rencana-rencana keuangan kita kan?
Kadang kondisi keuangan keluarga tidak sehat ini justru (sengaja) diabaikan. Entahlah kenapa–mungkin supaya terlihat baik-baik saja, sama seperti orang lain? Atau, mungkin enggak tahu cara mengatasinya bagaimana?
Tapi, apa pun penyebabnya, kita memang mesti sadar dulu, jika ada kondisi yang kurang sehat pada keuangan keluarga kita. Lalu, segera ambil tindakan untuk memperbaikinya satu per satu. Setelah kondisinya membaik, maka selanjutnya kita akan lebih mudah merencanakan segala hal untuk keluarga. Betul?
Jadi, apa saja tanda keuangan keluarga tidak sehat?
1. Enggak punya catatan keuangan
Padahal catatan keuangan ini penting, untuk melihat seberapa lancar cash flow kita sehari-hari, hingga bisa dianalisis dan dievaluasi secara berkala. Bisa ketahuan nih di sini, kalau keuangan keluarga tidak sehat.
Kalau catatan keuangan keluarga saja tidak punya, lalu dari mana kita bisa mengetahui, seberapa banyak kita sudah mengeluarkan uang dan seberapa banyak kita sudah bisa menabung?
Jangan-jangan, karena terlalu asyik mengeluarkan uang untuk keperluan ini itu, ternyata posisi neraca keuangan kita negatif. Aduh! Makin enggak sehat deh!
Jadi, ayo, miliki dulu catatan keuangan keluarga–mau ditulis di buku tulis biasa boleh, di aplikasi smartphone oke, atau mau pakai software semacam Excel juga bisa. Pilihlah yang paling nyaman.
2. Porsi utang lebih dari 30% penghasilan, dan didominasi oleh utang konsumtif
Dari catatan keuangan keluarga di poin pertama, kita bisa tahu posisi porsi utang kita. Amati, apakah cicilannya masih dalam batas 30% penghasilan bulanan?
Jika masih di bawah batas 30%, cermati lagi, apakah utang-utang tersebut adalah utang produktif–yang artinya aset yang didapatkan dari utang merupakan aset yang dapat memberikan nilai tambah pada diri kita sendiri? Ataukah, mostly merupakan barang-barang konsumtif, yang dibeli karena takut nggak ngehits atau kekinian?
Kalau masih lebih banyak konsumtifnya, nah, ini berarti keuangan keluarga tidak sehat. Ada baiknya dievaluasi lagi deh. Lalu, cari jalan untuk segera dilunasi.
3. Nggak bisa menabung
Berapakah proporsi menabung saat ini? Apakah sudah minimal 10% dari penghasilan bulanan? Kalau belum, berarti ada yang harus diperbaiki.
10% merupakan angka minimal porsi menabung setiap bulannya demi keuangan keluarga yang sehat. Seharusnya sih, angka persentase ini aman. Bahkan untuk yang bergaji UMR pun seharusnya tetap punya tabungan.
Kalau enggak bisa menabung, jelas menunjukkan keuangan keluarga tidak sehat. Coba cermati dari catatan keuangan. Ke mana saja perginya uang? Jangan-jangan keluarga kamu juga enggak tahu uangnya buat apa saja.
4. Nggak punya tujuan keuangan
Kalau enggak bisa menabung, maka besar kemungkinan tujuan keuangan akan sulit dicapai. Atau, malahan enggak bisa menabung karena enggak punya tujuan keuangan?
Hati-hati lo. Kalau kita enggak punya tujuan keuangan, maka itu jadi salah satu sebab utama keuangan keluarga tidak sehat. Jadi, nanti kalau tiba waktunya harus menyekolahkan anak, misalnya, kita jadi kelabakan mencari biaya. Ujung-ujungnya, berutang.
Atau, enggak punya dana pensiun. Wah, nanti kalau sudah berada di masa pensiun, dari mana kita hidup? Menggantungkan diri pada anak-anak kita, dan menjadikan mereka sebagai sandwich generation?
5. Rasio likuiditas aset kurang dari 6 x penghasilan
Salah satu indikator kesehatan keuangan adalah rasio likuiditas aset adalah minimal 6 x penghasilan bulanan. Jadi, berapakah aset lancar kita–uang tabungan, reksa dana pasar uang, deposito, dan sebagainya–itu yang bisa dengan segera dicairkan kalau ada kondisi darurat? Apakah bisa mencapai 6 x penghasilan?
Kalau enggak, ya berarti keuangan keluarga tidak sehat. Coba cek lagi, apa saja yang bisa dialihkan menjadi aset lancar ya.
6. Nggak punya proteksi
Kenapa enggak punya proteksi? Apakah merasa tidak butuh, ataukah karena sebab lain?
Tanda keuangan keluarga tidak sehat terlihat saat sang pencari nafkah dalam keluarga tiba-tiba *knocks on wood* terkena musibah–apa pun itu bentuknya–dan kemudian kondisi keluarga jadi oleng karena kehabisan uang.
Padahal ya, namanya musibah. Dia enggak pernah mengenal situasi, cuaca, dan kondisi. Mau datang, ya datang saja tanpa diundang. Kapan pun bisa terjadi.
Jika kita sampai tidak punya proteksi–dengan alasan apa pun–maka itu berarti kita membahayakan keluarga kita. Jadi, ayo, dicermati. Enggak harus semua segera di-cover, prioritaskan dulu yang penting.
7. Saling merahasiakan hal keuangan dengan pasangan
Nah, ini nih. Sekian lama sudah hidup berdua, kok masih saja saling merahasiakan kondisi keuangan masing-masing? Tapi, hal ini bisa saja terjadi.
Yah, balik lagi sih. Semua kembali ke niat dan komitmen masing-masing. Seharusnya saluran komunikasi pasangan suami istri–terutama soal keuangan–sudah mulai dibuka lebar sejak masih pengantin baru. Seharusnya, tidak ada rahasia keuangan di antara berdua.
Tapi, yah, kondisi memang bisa saja berbeda. Namun, rahasia seperti ini bisa memperparah kondisi keuangan keluarga tidak sehat.
So, please, no rahasia. Yang belanja melebihi bujet, coba deh bilang. Yang punya utang tambahan, coba juga untuk sharing. Kan, niat membangun keluarganya berdua, ada masalah juga sebaiknya dihadapi berdua.
Nah, jadi, mana saja tanda keuangan keluarga tidak sehat yang masih terjadi sampai sekarang? Beresin dulu, yuk!
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
7 Pengeluaran Rumah Tangga yang Sering Bikin Bocor Dadakan dan Tanpa Sadar
Ya gitu deh. Kadang adaaa aja pengeluaran rumah tangga di luar anggaran rutin bulanan, yang kemudian bikin tabungan bocor dadakan, atau bahkan tanpa sadar terjadi.
Yah, begitulah. Kadang kita sudah berusaha sungguh-sungguh untuk menyusun anggaran yang pas, tapi pengeluaran kadang ada saja. Atau mungkin, kita sudah membuat anggaran bulanan berdasarkan pengeluaran bulan sebelumnya tanpa sadar bahwa anggaran bulan sebelumnya juga bocor. Jadi auto bocor juga kan, anggaran bulan ini?
Jadi, ayo kenali pengeluaran rumah tangga apa saja yang bikin anggaran jadi bocor, supaya bulan depan kita bisa menyusun anggaran yang lebih pas dan lebih baik? Yuk, kita lihat satu per satu.
7 Pengeluaran Rumah Tangga yang Bisa Bikin Anggaran Bocor
1. Keseringan pesan makan layan antar
Sibuk sih. Iya, tahu kok. Memang keluarga zaman sekarang semakin sibuk. Tuntutan dan gaya hidup yang semakin tinggi juga akhirnya “memaksa” kedua orang tua harus bekerja. Akhirnya, demi kepraktisan, pesan makanan online aja deh.
Well, semoga pada sadar kalau ada selisih harga antara yang di aplikasi dengan harga di warung sebenarnya. Juga ada ongkos buat nganter makanan ke rumah. Memang ada diskon untuk delivery fee, kadang ya? Besarnya bisa setengah lebih. Tapi misalnya nih, ada selisih Rp5.000 untuk harga makanan, plus ongkos kirim Rp10.000 (meski ini sudah diskon dari Rp18.000, misalnya). Nah, sudah Rp15.000 tambahan sendiri untuk makanan kan?
Kalau Rp15.000 dipakai buat masak sendiri, barangkali sudah jadi tambahan lauk ekstra deh.
It’s ok sih kalau sesekali pesan online, apalagi kalau capek banget. Tapi ada baiknya kalau beri proporsi dalam pengeluaran rumah tangga secara tersendiri. Selebihnya, usahakan untuk memasak saja. Atau kalau enggak ya, mampir ke warungnya lalu pesan takeaway, sembari pulang dari kantor.
Lebih hemat, cobain deh.
2. Belanja kecil di minimarket
Duh, pasta gigi habis. Wah, minyak goreng tinggal sedikit. Ouch, butuh sabun pel nih. Lalu berangkatlah ke minimarket yang terdekat.
Minimarket memang cukup menolong, kalau butuh sesuatu yang sifatnya darurat. Tapi, belanja-belanji kecil di minimarket keseringan juga bisa bikin pengeluaran rumah tangga jadi bocor alus.
Lagi-lagi karena ada selisih harga antara minimarket franchise itu dengan harga barang misalnya di hypermarket besar, apalagi di pasar tradisional. Lumayan juga lo, antara Rp2.000 sampai belasan ribu.
3. Boros listrik
Pergi dari rumah, lupa mematikan lampu kamar. AC juga masih menyala. Tidur sambil ditonton sama televisi, alih-alih kita yang nonton tivi.
Saking menjadi kebiasaan, kita jadi enggak ngeuh kalau hal-hal seperti ini bakalan memengaruhi tagihan listrik, atau jadi bikin beli token lebih sering.
Coba yuk, dikurang-kurangi dan dihemat pemakaian listriknya. Matikan alat-alat yang tidak digunakan. Kalau perlu, buat ceklis di dekat pintu rumah, berisi alat apa saja yang harus dimatikan; lampu, AC, kipas angin, TV, pompa air, kompor, dan lain-lain. Selain agar lebih hemat, juga faktor safety lo!
Oh iya, ganti juga lampu-lampu pendar dan neonnya dengan lampu hemat energi. It works lo, untuk memangkas tagihan listrik di pengeluaran rumah tangga bulanan.
4. Boros air
Penyebab pengeluaran rumah tangga bocor yang keempat ini sama aja kayak poin ketiga di atas. Saking begitu terbiasa.
Keran bocor enggak segera diperbaiki. Siram tanaman dengan air leding dua kali sehari.
Itu beberapa contoh dari borosnya kita menggunakan air. Coba deh, segera perbaiki keran bocor, biar enggak nambah tagihan PDAM. Begitu juga dengan menyiram tanaman. Kalau lagi musim hujan begini, coba tampung air hujan. Bisa dipakai untuk menyiram tanaman nanti.
Ibu saya di rumah malah rajin banget menampung air cucian bahan makanan–air cucian beras, air cucian sayur dan buah, dan lain sebagainya–untuk kemudian disiramkan ke tanaman. Malah koleksi tanamannya jadi subur banget.
5. Langganan ini-itu yang enggak maksimal dinikmati
Langganan TV kabel, padahal sehari-hari saja sudah pergi pagi pulang malam, dan weekend lebih suka pergi sekeluarga nonton film ke bioskop. Langganan majalah dan koran, tapi lebih suka baca berita di gadget. Langganan aplikasi musik premium, padahal ya, kalau pakai yang gratisan juga bisa (meski “terganggu” iklan). Jadi member gym, padahal rajin olahraganya cuma 1 minggu pertama.
Mubazir banget kan, pengeluaran rumah tangga yang kelima ini, kalau misalnya memang ada? Coba yuk, diperiksa lagi. Apakah ada langganan-langganan yang enggak bisa dinikmati maksimal? Kalau ada, mending berhenti saja.
6. Perbaikan rumah dan kendaraan
Rumah dan kendaraan pada umumnya akan mulai “rewel” begitu masuk usia kelima tahun.
Kalau rumah ya misalnya atap bocor, dinding mulai mengelupas, lantai pecah–belum lagi alat dan perabotan yang rusak dan perlu diperbaiki. Demikian juga dengan kendaraan–mobil misalnya. Memasuki tahun kelima, pasti mulai minta ganti parts ini itu–accu, ban, kampas, dan seterusnya.
Jadi, mesti disiapkan deh dana pos pengeluaran rumah tangga untuk kebutuhan satu ini. Ini sih bukan bocor halus ya, karena bakalan kerasa banget. Tapi, dadakan biasanya, dan enggak bisa ditunda.
7. Mupeng sama diskon, tanpa perhitungan
“Buy 2 get 3”–nah, kan jadi beli 2 item, padahal butuhnya cuma satu.
“Diskon 10% untuk pembelian kedua”–nah, ini juga sama saja, jadi beli 2 biji, padahal butuhnya ya satu doang.
“Gratis planner cantik untuk pembelanjaan minimal Rp500.000”–yha! Jadi cari-cari barang lagi biar bisa genap Rp500.000, plannernya lucuk soalnya!
Siapa nih yang sering kejadian begini?
Enggak hanya sebagai penyebab bocor pengeluaran rumah tangga, bocor ketujuh ini juga sering terjadi pada mereka yang masih singles. Iya apa iya?
Cara mengatasinya gampang sebenarnya: belilah sesuai kebutuhan. Sudah, begitu saja kok.
Nah, jadi, pengeluaran rumah tangga yang mana nih yang sampai sekarang masih jadi “monster” pembuat anggaran bulanan keluarga bocor? Atau, ada yang lain? Coba tulis di kolom komen ya!
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Setelah Lama Menikah, Pasangan Suami Istri Harus Cek 5 Hal Keuangan Ini
Sebagai pasangan suami istri yang telah lama menikah, biasanya apa sih yang selalu jadi bahan obrolan? Rencana sekolah lanjutan untuk anak? Rencana pensiun mau ngapain aja?
Yes, sebagai pasangan suami istri yang telah lama menikah, pastinya kita harus tetap memelihara komunikasi yang baik satu sama lain, bahkan seharusnya jalan komunikasi semakin baik lantaran sudah begitu lama berkeluarga. Iya kan? Yang dulu, saat masih menjadi pasangan pengantin baru masih tergagap-gagap, sekarang sudah biasa.
Tapi kadang, karena sebegitu biasanya, justru malah makin jarang mengobrol serius berdua. Apalagi sudah ada anak-anak yang “ngerecokin”–dalam arti baik ya. Kadang rasanya susah banget untuk sekadar sendirian berdua saja ngobrol sana-sini sama pasangan.
Apalagi ngobrolin keuangan keluarga. Beugh. Rasanya nggak sempat lagi.
Padahal, seiring waktu berjalan, banyak hal yang harus selalu pasangan suami istri pantau ketika mereka sudah lama menikah, termasuk keuangan keluarga. Kalau dulu, saat masih berada di awal masa pernikahan sudah pernah mengobrol berdua tentang apa saja yang pengin dijadikan cita-cita keluarga, sekarang waktunya untuk me-review, apa saja yang sudah didapatkan dan apa yang masih harus diperjuangkan.
Jadi, sebagai pasangan suami istri yang sudah lama menikah, hal keuangan apa saja nih yang harus diobrolkan lagi?
1. Cek aset yang dimiliki sekarang
Sudah berapa tahun menjadi keluarga, seharusnya sih sudah ada sedikit aset yang terkumpul. Betul nggak? Jadi, mari kita cek aset apa sajakah yang berhasil kita miliki sejak kita mulai membangun keluarga hingga sekarang.
Kamu bisa cek:
- Posisi tabungan di bank
- Posisi kepemilikan surat berharga
- Posisi investasi lainnya, misalnya kamu sempat berinvestasi di P2P Lending, dan sebagainya.
- Posisi kepemilikan properti
- Posisi kepemilikan barang lain yang bisa menjadi aset pribadi
Nah, coba bicarakan berdua ya, karena seharusnya sebagai pasangan, kalian masing-masing harus tahu posisi aset real kalian ini.
2. Cek kondisi utang
Apa saja utang yang masih ongoing sampai dengan hari ini? KPR? Kredit kendaraan? Beberapa kredit panci dan blender?
Pastikan satu sama lain tahu, utang apa saja yang harus menjadi beban keluarga, dan kapan utang ini harus diselesaikan. Pastikan juga, bahwa posisi cicilan utang maksimal 30% dari penghasilan bulanan ya. Jika sudah melebihi batas, maka cari cara untuk bisa mengurangi porsi cicilan utang ini. Coba cek artikel mengenai cara efektif melunasi utang ini ya?
Hal ini juga penting untuk dilakukan jika ternyata–karena suatu keadaan tertentu–kita belum juga dapat melunasi utang, sedangkan masa pensiun semakin dekat. Wah, mesti segera dicari cara ya, jangan sampai di masa pensiun kita masih terbebani oleh utang.
Karena itu, masalah kondisi utang ini adalah salah satu hal keuangan yang harus dibicarakan oleh pasangan suami istri secara periodik atau rutin.
3. Cek rasio tabungan
Rasio tabungan terideal adalah 10% dari penghasilan per bulannya. Jadi, apakah sampai saat ini, kamu dan pasangan kamu masih dapat menabung minimal 10% dari penghasilan bulanan kalian? Atau, kurang? Atau malah lebih?
Jika masih stagnan di 10%, mungkin enggak kalau ditambah lagi porsinya? Kalau misalnya posisi menabung sekarang kurang dari 10%, apa yang menjadi penyebab kurangnya porsi ini? Adakah hal-hal yang bisa dilakukan untuk menambah porsinya? Nah, terus, kalau lebih gimana? Ya, bagus! Keep going!
4. Cek rasio likuiditas
Hal keuangan berikutnya yang harus dicek oleh pasangan suami istri yang telah lama menikah adalah rasio likuiditas, yaitu perbandingan antara pengeluaran bulanan dengan aset lancar yang sudah dimiliki sampai sekarang.
Yang termasuk aset lancar itu apa? Adalah uang tunai, tabungan, deposito, reksa dana pasar uang, dan sebagainya–yang bisa dicairkan ke dalam bentuk uang tunai dalam waktu singkat. Likuiditas ini paling ideal besarnya 3 – 6 kali pengeluaran bulanan.
Bisa dibilang, posisi rasio likuiditasmu ini adalah posisi real dana daruratmu. Dana darurat akan menjadi “payung” jika suatu saat ada kendala dalam hidup kita. Namanya juga darurat kan?
So, likuiditas ini penting juga untuk dicek secara periodik, bagi pasangan suami istri. Jangan sampai kecolongan, karena sering dipakai untuk kondisi darurat, tapi lupa diganti ya.
5. Cek posisi tujuan keuangan
Dan, akhirnya, apa kabar tujuan keuangan yang dulu pernah dibuat saat masih pengantin baru? Semoga masih tetap istikhomah dan konsisten berjuang mencapainya.
Adakah tujuan keuangan yang sudah berhasil diwujudkan? Banyak sih harusnya. Apa saja? Coba dibikin daftar, supaya bisa menambah motivasi untuk mencapai tujuan keuangan lain yang belum terlaksana.
Itu dia beberapa hal keuangan yang harus dicek oleh pasangan suami istri yang sudah lama menikah secara periodik dan rutin.
Sudah punya kebiasaan ngobrolin 5 hal di atas belum sama pasangan? Kalau belum, hayuk, segera diawali deh kebiasaan baik ini ya. Bermanfaat banget lo, agar bisa konsisten di jalur yang sudah disepakati untuk mencapai tujuan bersama.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
5 Tujuan Keuangan Pengantin Baru yang Harus Segera Direncanakan
Iyes, jangan tunda lagi. Begitu kamu dan pasanganmu sudah sah membentuk keluarga baru, maka sekarang waktunya untuk segera merencanakan hidup dan membuat tujuan keuangan pengantin baru.
Yep. Jangan kelamaan tenggelam di euforia sebagai pengantin baru ya, Gaes! Karena hidup setelah pesta pernikahan ini akan lebih penting dan lebih panjaaang …. Dan, tanpa tujuan yang jelas pun rencana yang matang, ragu juga sih kamu dan pasanganmu bisa grow older together dengan tenang.
So, yuk yuk! Segera bangun, duduk di meja berdua, siapkan juga camilan dan teh atau kopi. Rumuskan segera apa saja yang kalian cita-citakan, dan rencanakan hidup kalian ke depan.
5 Tujuan Keuangan Pengantin Baru yang Harus Segera Direncanakan
1. Dana Darurat
Yes, dana darurat menjadi tujuan keuangan pengantin baru yang pertama kali harus direncanakan lebih dulu.
Mengapa? Karena–seperti namanya–dana darurat will come handy di saat darurat. Apa saja situasi darurat ini? Yang pasti sih enggak termasuk midsale di department store atau flash sale gadget terbaru di marketplace ya.
Yang termasuk dalam situasi darurat ini misalnya ban mobil meletus dan minta ganti, mesin cuci di rumah tahu-tahu ngadat, jatuh sakit dan belum bisa klaim asuransi, harus membantu saudara yang kesulitan, dan sebagainya.
Yes, situasi darurat akan selalu terjadi ke depan ya, jadi akan sangat baik kalau kita selalu siap juga. Berapa besarnya? Bagi pasangan pengantin baru–yang belum punya anak–besarnya 6 x pengeluaran bulanan. Kalau nanti sudah punya anak satu, maka dana darurat paling ideal 9 x pengeluaran bulanan, dan anak dua 12 x pengeluaran rutin bulanan.
2. Dana rumah pertama
Masa enggak mau mandiri setelah berkeluarga? Ada banyak hal yang hanya bisa diraih ketika kita sudah mandiri, lepas dari orang tua lo! Lagi pula–buat sebagian besar pengantin baru–kan sebentar lagi juga ada program anak pertama kan? Pastinya, akan lebih leluasa jika kita punya tempat tinggal sendiri.
So, dana rumah pertama harus menjadi salah satu tujuan keuangan pengantin baru. Lebih cepat tercapai, maka akan semakin baik.
Dana rumah pertama ini bisa dibagi menjadi 2 tahap: mengumpulkan DP rumah dan kemudian menyusun rencana cicilannya.
So, take your time untuk mengobrolkan tujuan keuangan ini sesegera mungkin ya!
3. Dana Pendidikan Anak
Buat sebagian pengantin baru, biasanya program anak pertama akan langsung dijalankan. Nah, akan lebih baik, sembari menjalani program hamil, sekalian nih memikirkan dan merencanakan dana pendidikan anak. Yes, biar masih berstatus baru menikah, hal ini adalah tujuan keuangan pengantin baru yang sangat penting juga untuk direncanakan sejak awal.
Mengapa? Karena biaya pendidikan itu akan semakin meningkat dari tahun ke tahun. Enggak pernah dalam sejarah, ada biaya pendidikan menurun, kecuali ada kondisi yang luar biasa.
Selain itu, semakin awal mempersiapkan, beban investasinya juga lebih ringan. Jadi, ayo, segera rencanakan ya!
4. Dana Pensiun
Want to grow old together? Bagus! Pertanyaannya: mau menua di mana dan seperti apa?
Jangan sampai nih kalian–sebagai pengantin baru–menjadikan anak-anak kalian nanti sebagai sandwich generation ya. Duh, istilah ini semakin banyak disebut sekarang ya? Jadi berasa overrated nggak sih? Ya, makanya, berhenti di kita ya!
Karena itu, jangan menua tanpa rencana. Kalau kamu ngeblank, enggak tahu harus mulai dari mana untuk merencanakan masa depanmu ini, hubungi tim QM Financial ya, cari jadwal kelas yang cocok. Atau mungkin, book kelas private aja biar leluasa curhat.
5. Dana Liburan
Liburan keluarga yang dijadwalkan itu penting lo! Hari gini masa nggak liburan? Duh, apa kabar kesehatan mental?
Makanya, dana liburan bisa juga menjadi salah satu tujuan keuangan pengantin baru yang harus segera dibicarakan. Meski enggak harus liburan ke tempat jauh dan mahal sih, tapi seenggaknya, dengan rencana yang baik, kita jadi bisa rutin liburan tanpa mengganggu cash flow harian, apalagi pakai utang.
Lagi pula, ngobrolin rencana liburan itu sangat asyik dan menyenangkan, di tengah-tengah obrolan tujuan keuangan pengantin baru serius yang lain kan?
Nah, sudah siap untuk ajak ngobrol tentang tujuan keuangan pengantin baru ini? Yes, semoga semua berjalan lancar ya!
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
5 Tip Menyesuaikan Kebiasaan Keuangan Pengantin Baru
Menjadi pengantin baru, ternyata banyak hal yang baru juga. Termasuk kebiasaan keuangan. Misalnya, pasangan suka banget kulineran atau makan di luar hampir setiap hari. Sedangkan kita merasa, kebiasaan ini berpotensi bikin keuangan jadi kurang sehat.
Atau, kita terbiasa menghabiskan uang gajian langsung di depan, ke dalam pos-pos pengeluaran yang sudah terjatah dengan pasti, sedangkan pasangan lebih suka go with the flow.
Hvft! Memang sulit sih, karena namanya juga kebiasaan–hal yang secara otomatis saja kita lakukan. Bisa jadi kita merasa enggak masalah dengan kebiasaan keuangan ini, tapi pasangan tidak berpendapat yang sama.
Coba baca kisah Atas Nama Cinta ini, bisa jadi referensimu betapa kebiasaan keuangan yang berbeda akhirnya berujung menyakitkan.
Yah, namanya juga dua pribadi, masing-masing datang dari latar belakang yang berbeda. Pastilah membawa keunikan masing-masing. Lalu, bagaimana caranya berkompromi?
Yes, karena dua pribadi itu enggak mungkinlah disatukan. Yang bisa dilakukan memang hanya berkompromi. Semua demi kepentingan bersama. Yang pasti, jangan sampai terlambat untuk berkomunikasi. Jangan tar sok tar sok melulu–bentar besok bentar besok. Sekarang juga, ajak pasangan berkompromi.
Nah, jika kamu dan pasangan kamu–yang sekarang masih berstatus sebagai pengantin baru–masing-masing punya kebiasaan keuangan sendiri-sendiri yang berbeda, ini dia beberapa tip untuk bisa menyambungkan keinginan kalian dan akhirnya bisa berkompromi.
5 Tip untuk Menyesuaikan Kebiasaan Keuangan Pengantin Baru
1. Akui kondisi keuangan masing-masing, seburuk apa pun
Punya utang bawaan? Silakan untuk saling dibicarakan. Berapa utangnya, kepada siapa, kapan jatuh tempo, dan posisinya sekarang–jika utang tersebut dibayar kembali dengan cara mengangsur.
Jika kamu sempat membuat perjanjian pranikah, maka status utang ini bisa jadi sudah ternyatakan dalam surat perjanjian itu. Jika memang dirasa bakalan memberatkan di depan, jangan sungkan untuk ajak pasangan berdiskusi untuk meminta masukan.
Namun, jika tidak, berarti setelah menjadi pasangan suami istri, utang bawaan ini harus diselesaikan bersama.
Begitu juga kondisi lain selain utang. Misalnya seperti harta bawaan, waris, gaji, penghasilan selain gaji, dan lain sebagainya. Seburuk atau sebaik apa pun kondisi keuangan kita pribadi lebih baik bicarakan dengan pasangan.
2. Membagi peran
Selanjutnya, sesuai dengan kondisi keuangan masing-masing dan kesepakatan bersama, bagilah peran di antara kamu dan pasanganmu. Siapa yang jadi juru bayar? Dari mana harus membayar semua keperluan dan kebutuhan hidup? Termasuk, dari mana saja penghasilan didapatkan?
Bagilah peran dengan seimbang antara kamu dan pasangan, dan berkomitmenlah terhadap apa yang sudah disepakati.
3. Terus evaluasi diri
Jika memang ada hal-hal yang harus diperbaiki, maka bicarakanlah dengan pasangan. Sambil ngadem, ngemil-ngemil, makan enak, pasti bisa deh dicari solusinya.
Yang penting, jangan bicara dengan nada menuduh padanya, meskipun sebenarnya pasanganlah yang harus memperbaiki kebiasaan keuangan yang kurang cocok ini. Posisikan diri sendiri pada level yang “sama bersalah”-nya, dan tunjukkan kemauan kita untuk memperbaiki yang salah tersebut.
Yes, introspeksi diri dulu yang pertama, baru ajak pasangan untuk ngobrol.
4. Keep communicating
Topik keuangan ini memang bisa sangat sensitif, tapi bukan berarti tak bisa dibicarakan. Jadi, bukalah selalu kesempatan untuk ngobrol dan berkomunikasi setiap waktu.
Supaya lebih lancar komunikasinya, coba lakukan tip-tip ajak ngobrol pasangan soal kebiasaan keuangan ala Mbak Ligwina Hananto ini.
Dijamin deh, seru! Apalagi kalau lanjut. #eh
5. Rumuskan tujuan bersama
Biasanya, kalau dua orang atau beberapa orang punya mimpi, cita-cita, dan tujuan yang sama, maka mereka auto saling dukung. Maka, demikian pula dengan kamu dan pasangan kamu sebagai pengantin baru.
Kebiasaan keuangan bisa jadi berbeda, dan perlu kompromi untuk bisa jalan bareng. Tapi, kalau tujuannya sudah sama, maka itu berarti separuh persoalan sudah beres dengan sendirinya. Tinggal masing-masing saja memegang komitmen pada kesepakatan yang sudah dibuat sebelumnya.
Jadi, apa tujuan keuangan kalian sebagai keluarga baru? Kapan mau mulai mandiri dan penuhi kebutuhan sendiri, nggak melulu tergantung pada orang tua? Ingat, kalian sudah jadi keluarga baru lo! Lalu, kapan mau mulai siapkan dana buat bekal hari tua? Jangan salah, ini harus disiapkan sejak dini. Belum lagi rencana punya anak, punya bisnis, punya rumah kedua, dan seterusnya.
Nah, kan. Banyak! Jadi, yuk, selain buka-bukaan kondisi keuangan, coba kompromi juga masalah tujuan, target waktu, dan gimana cara mencapai tujuan itu bareng-bareng.
Nah, selamat berkomunikasi dengan pasangan demi menyamakan persepsi dan menyinkronkan kebiasaan keuangan kalian ya.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Bulan Madu dengan Dana Terbatas? Bisa dengan 7 Tip Ini!
Di antara berbagai persiapan upacara dan pesta pernikahan yang dipersiapkan, barangkali kamu dan calon pasanganmu juga pengin melakukan bulan madu?
Wah, tentu saja! It will be so romantic, melakukan perjalanan berdua ke suatu tempat, bersenang-senang sebelum kemudian dihadapkan pada dunia rumah tangga yang nyata dengan segala macam masalahnya.
Jadi, pengin bulan madu ke mana nih? Dalam atau luar negeri? Apa kabar dananya? Semoga kamu enggak melupakan anggarannya ya!
Jika kamu kebetulan enggak punya dana yang terlalu besar tapi tetep pengin pergi menikmati bulan madu berdua bareng pasanganmu, maka kamu sebaiknya merencanakannya sejak awal. Bisa saja kok kalau kamu memang pengin honeymoon–bahkan ke luar negeri–dengan dana terbatas. Yang penting, rencanakan sebelumnya.
Ikuti langkah-langkah merencanakan bulan madu ala QM Financial berikut ini ya.
7 Langkah Mempersiapkan Bulan Madu dengan Dana Terbatas
1. Survei
Langkah wajib pertama agar bisa bulan madu dengan dana terbatas adalah survei. Apa yang harus disurvei?
- Lokasi
- Tempat penginapan
- Transportasi, dari rumah ke lokasi dan selama di lokasi
- Kuliner, atau tempat makan
Buat beberapa alternatif tujuan bulan madu. Kumpulkan informasi sebanyak mungkin tak hanya dari satu sumber saja. Jika kamu sempat, survei juga ke biro-biro perjalanan, karena mereka biasanya punya paket honeymoon dengan bujet-bujet tertentu. If you can’t afford it, kamu bisa sontek tujuan-tujuan wisata yang ada dalam paket tersebut, tetapi kamu atur sendiri perjalanannya.
2. Buat anggaran
Sesudah mendapatkan alternatif pilihan tujuan bulan madu, berikutnya buatlah anggaran khusus. Kamu bisa memisahkan anggaran bulan madu ini dari anggaran upacara dan pesta pernikahan, supaya enggak siwer. Lagi pula keduanya butuh penanganan sendiri-sendiri kan?
Kalau perlu, kamu juga buat rekening khusus untuk anggaran bulan madu ini, selain rekening khusus untuk pesta pernikahan. Berkomitmenlah untuk mengumpulkan dana, seperti caramu mengumpulkan dana untuk menikah.
3. Pilih waktu yang tepat
Nah, salah satu hal yang mesti dipertimbangkan adalah waktu. Biasanya, biaya perjalanan atau liburan akan lebih murah kalau kita lakukan di off season–di musim di mana semua orang enggak ada yang liburan.
Jadi, kalau kamu mau melakukan bulan madu secara hemat, pilihlah waktumu dengan sebaik-baiknya. Bulan-bulan yang tak terlalu ramai orang liburan itu biasanya di sekitar bulan Maret, April, Mei, September, Oktober. Nah, coba kamu sesuaikan dengan jadwalmu, terutama dengan hari H pernikahanmu ya, karena kan idealnya bulan madu dilakukan sesaat setelah upacara pernikahan. Kalau enggak, keburu kecebur ke rutinitas lagi, lupa deh bulan madu.
4. Pilih lokasi
Ini juga terkait dengan waktu liburan itu. Kalau waktu liburannya bisa pas off season, lokasi mana pun pasti lebih lengang. Enak buat jalan berdua, bikin suasana lebih intens dan romantis.
Kalau misalnya kamu pengin bulan madu ke luar negeri dengan dana terbatas, maka ada satu hal yang harus kamu pertimbangkan. Yaitu, pilihlah negara yang punya kurs tidak terlalu jauh dari rupiah. Misalnya, Vietnam, Thailand, atau Kamboja. Tujuannya, ya supaya kamu enggak perlu menukar uang terlalu banyak, dan biasanya dengan begitu harga-harga barang–makanan, misalnya–juga tak jauh berbeda dengan di Indonesia.
Selain itu, mesti diingat, bahwa bulan madu enggak harus terlalu jauh kok. Kamu bisa pilih saja lokasi liburan yang dekat tapi eksotis. Yang penting kan bisa menikmati waktu berdua. Iya nggak?
5. Cari alternatif akomodasi dan transportasi
Biasanya sih liburan paling hemat itu memang kalau dilakukan secara backpacker. Tapi, bulan madu backpackeran? Ya, kenapa enggak? Mungkin malah lebih romantis karena ada rasa petualangannya yang lebih kental.
Untuk akomodasi, kamu enggak harus pilih hotel bintang lima juga kok. Coba cari alternatif lain. Maybe homestay will do? Sekarang banyak homestay yang ditawarkan untuk diinapi para backpacker, dengan fasilitas yang cukup nyaman lo. Atau, mungkin lebih hemat kalau kamu sewa kamar apartemen saja, apalagi kalau kamu agak lama menginapnya? Bisa jadi alternatif yang bagus.
Demikian juga dengan transportasi. Coba cari alternatif-alternatif yang lebih hemat. Misalnya, mungkin mending kamu sewa motor saja di lokasi bulan madu nanti?
Yang harus diingat, kamu selalu bisa menghemat di satu pos demi mendapatkan prioritas di pos lain. Maksudnya–misalnya nih–kamu rela naik transportasi umum ke sana kemari, demi mendapatkan satu kamar di hotel berbintang. Ataupun sebaliknya.
Selalu bicarakan alternatif-alternatif ini dengan pasangan kamu ya.
6. Booking lebih awal
Untuk penginapan dan transportasi kadang kita bisa mendapatkan harga yang lebih bagus jika memesan lebih awal. So, sebaiknya kamu memang merencanakan perjalanan bulan madumu ini jauh-jauh hari, sejak kamu mulai merencanakan pernikahan.
Lumayan juga lo. Katakanlah tiket pesawat kadang selisihnya bisa beberapa puluh bahkan ratusan ribu.
7. Cari paket promo
Cobalah follow akun-akun media sosial biro-biro perjalanan, hotel-hotel, atau maskapai-maskapai. Biasanya selalu saja ada promo yang ditawarkan. Manfaatkanlah promo-promo ini untuk mendapatkan harga yang lebih murah.
Pokoknya, jangan menyerah sampai kamu bisa membuat itinerary yang sesuai dengan bujet dan kemampuan finansialmu ya!
Nah, siap untuk berbulan madu sekarang? Have fun, dan nikmati momen berdua kalian ya!
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Pengantin Baru, Lakukan 5 Langkah Mengatur Keuangan Ini!
Selamat menempuh hidup baru! Begitu akad ataupun janji perkawinan telah diucapkan, maka saat itu pula, sepasang laki-laki dan perempuan menjadi keluarga baru, menjadi pengantin baru. Bahagia, pastinya. Bayangan “live happily ever after” semakin jelas di pelupuk mata.
Begitulah yang sering terjadi. Apalagi dengan persiapan yang menguras energi dan akhirnya bisa menyelenggarakan pesta pernikahan yang meriah, kadang bikin sang pasangan pengantin baru ini lupa bahwa ada banyak hal lain yang lebih penting untuk segera dipikirkan setelah pesta.
Yah, memang. Kadang hidup setelah menikah itu malah dilupakan, padahal justru di situlah awal hidup yang sebenarnya. Banyak PR yang harus segera dipikirkan agar ke depannya hidup kita jadi terjamin.
Sudah bagus kalau pesta pernikahannya enggak pakai utang. So, tinggal menata saja mau gimana hidup ke depannya. Lah, kalau masih menyisakan utang? Ya berarti harus segera dibereskan! Jadikan sebagai top priority, begitu hidup berpasangan sudah mulai.
So, yuk, segera moveon dari pesta-pesta dan juga honeymoon-nya. Segera bersiap untuk menghadapi tantangan baru sebagai pasangan pengantin baru–sepasang suami istri yang sama-sama belajar dari nol lagi.
5 Langkah Mengatur Keuangan Pengantin Baru
1. Bangun komunikasi
Segera luangkan waktu untuk ngobrol berdua soal kondisi keuangan masing-masing. Malahan ya, ngobrol berdua ini sebenarnya sih sudah harus dilakukan sebelum menjadi pengantin baru sih.
Tapi, kalau memang baru sekarang bisa dilakukan, ya enggak masalah. Enggak pernah terlambat untuk tujuan baik kan?
So, segera ajak pasangan kamu untuk mulai ngobrolin uang. Mulailah dari saling terbuka dengan penghasilan masing-masing, apakah ada utang di antara kalian, sudah punya aset apa saja, punya mimpi dan cita-cita apa ke depannya, pengin hidup seperti apa, dan seterusnya.
Jangan khawatir, meski bahasannya serius, tapi sebagai pengantin baru, kalian pasti masih bisa membawa romansa romantis dalam obrolan kalian. Percaya deh. Jadikan sesi ngobrol keuangan ini menjadi salah satu agenda wajib yang rutin dilakukan. Bisa kalian agendakan sambil dinner berdua, atau sambil jalan-jalan, rekreasi, dan sebagainya. Atau mau di rumah saja pas weekend juga bisa kan?
2. Rumuskan tujuan keuangan bersama
Nah, langkah kedua ini lantas menjadi follow up dari ngobrolin soal cita-cita. Bisa jadi, kalian sebagai pengantin baru punya cita-cita dan visi yang berbeda, dan baru ketahuan sekarang.
Enggak masalah, balik lagi ke poin satu di atas: komunikasikan dan kompromikan.
Yes, it’s all about compromizing kok. Nggak ada yang nggak bisa dibicarakan kan? Apalagi kalau ngobrolnya sambil ngadem. Duh.
Jadi, apa yang kalian cita-citakan? Berapa lama lagi target kalian untuk mencapainya? Sudah punya cita-cita dan jangka waktu target, lalu rumuskan jalan menuju ke cita-cita.
Saran sih, sebagai langkah awal pengantin baru, buatlah dulu dana darurat keluarga. Ini adalah hal yang paling penting, dan yang paling mudah untuk dicapai lebih dulu. Baru setelah itu, apakah kalian pengin punya rumah pertama atau mau segera membuat dana pendidikan anak, tergantung pada hasil obrolan kalian.
3. Segera tentukan peran
Sebagai pengantin baru, nantinya kalian harus berbagi peran dalam rumah tangga. Jadi, segera putuskan, siapa membayar apa, siapa berkewajiban apa.
Sebagai pasangan suami istri, kamu dan pasanganmu adalah partner hidup. Sudah seharusnya kalian saling membahu agar bisa segera mewujudkan mimpi dan cita-cita yang sudah dibuat.
4. Buat anggaran
Mumpung masih pengantin baru, segeralah buat catatan pengeluaran keluarga. Kalian bisa membuatnya dengan excel di PC, atau dengan aplikasi smartphone yang sekarang semakin mudah diunduh dan digunakan. Atau mau pakai cara old school: dicatat di buku tulis.
Enggak masalah caranya mau gimana, yang penting kalian mesti punya catatan pengeluaran dan kemudian membuat anggaran untuk belanja sampai tiba waktunya ada penghasilan masuk lagi.
Jangan tunggu sampai minus, baru mencatat ya.
5. Evaluasi dan perbaiki terus
Evaluasi catatan keuangan itu penting, untuk mengetahui apakah ada yang perlu diperbaiki. Jika memang sudah dibagi tugas, siapa yang bertugas ini-itu, dan kamulah yang bertugas membuat catatan keuangan, maka partnermu pun harus tahu bagaimana kondisi keuangan kalian.
So, kebiasaan untuk mengobrol keuangan seperti yang disebutkan di poin pertama memang harus diteruskan, iya kan? Seenggaknya, kamu bisa mengajak pasanganmu untuk menganalisis, sisi sebelah mana yang harus kalian perbaiki dalam catatan keuangan tersebut.
Nah, gimana? Semoga dengan 5 langkah awal mengatur keuangan pasangan pengantin baru di atas, kamu dan pasanganmu bisa mendapatkan gambaran dari mana harus mulai ya? Kalau sudah mulai, maka seterusnya tentu akan lebih lancar.
Selamat menempuh hidup baru, sekali lagi! Semoga kamu bisa segera moveon dari ingar bingar pesta, dan segera bisa merencanakan hidup yang lebih baik lagi bersama pasanganmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.