Mengatur Gaji 5 Juta per Bulan: Ini Trik Terbaiknya
Gaji 5 juta per bulan itu bisa saja relatif bagi setiap orang. Yang hidup di daerah yang taraf hidupnya memang tidak tinggi, gaji 5 juta per bulan itu cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sekeluarga sehari-hari. Ya, pastinya harus tetap diatur ya, karena kebutuhan kita memang enggak pernah ada habisnya.
Namun, bagi mereka yang hidup berjuang di Jakarta, atau daerah-daerah lain dengan taraf hidup yang tinggi, maka gaji 5 juta bisa jadi sangat pas-pasan. Bahkan, bisa jadi juga kurang memadai. Belum lagi soal tanggungan.
Memang itulah inti dari personal finance, alias pengelolaan keuangan pribadi, yang memang sangat personal. Setiap orang memiliki kondisinya masing-masing, sehingga soal keuangan pun penanganannya bisa sangat berbeda antara satu orang dengan yang lain. Sama-sama punya gaji 5 juta, bisa jadi strategi pengelolaan yang cocok dilakukan oleh A, tidak cocok dilakukan oleh B.
Jadi, gimana dong? Gimana cara atur gaji 5 juta yang bisa diterapkan oleh semua orang? Well, berikut adalah formula yang bisa kamu coba untuk atur gaji 5 juta, dengan tetap memperhatikan kondisimu pribadi.
Atur Gaji 5 Juta Biar Cukup untuk Kebutuhan Sehari-hari
1. Rutin: 40%
Untuk kebutuhan rutin, kamu bisa mulai dengan bujet 40% dari gaji yang dialokasikan. Kalau gajimu sebesar Rp5 juta per bulan, maka ini berarti sebesar Rp2.000.000.
Nah, berarti Rp2 juta ini harus kamu alokasikan lagi sesuai kebutuhan hidup yang biasanya harus kamu penuhi. Misalnya, kamu bagi lagi ke dalam alokasi makan, pulsa, transportasi, token listrik, dan sebagainya.
Dirasa tipis? Coba cek lagi, lebih baik kurangi hal-hal yang dirasa kurang penting. Misalnya, setop kebiasaan jajan, dan lebih baik bawa bekal sendiri dari rumah. Minum kopi? Boleh saja, dibatasi seminggu sekali, atau puaskan saja dengan kopi sachet.
Kamu sendiri yang tahu sebelah mana yang bisa dihemat.
2. Cicilan utang: 30%
Memang yang namanya utang itu sebaiknya diputuskan dengan bijak. Kalau memang tak mampu secara finansial, justru jangan memaksakan diri untuk berutang. Prinsip pertama ketika hendak mengambil pinjaman kan memastikan dulu bahwa kita mampu mengembalikan dana plus bunganya.
Jangan dibalik ya, karena nggak punya uang lalu utang. Bayarnya? Besok aja, gampang.
Jangan gitu ya.
Nyatanya kadang, utang memang perlu juga, untuk membeli aset yang nominalnya besar. Rumah, misalnya. Tetapi, utang untuk beli rumah nantinya akan membuat kita memiliki aset yang nilainya bertambah seiring waktu.
Untuk cicilan utang, upayakan agar tak lebih dari 30% penghasilan. Ini artinya sebesar Rp1.500.000. Ini berlaku untuk semua jenis utang, mulai dari kredit HP, kredit panci, utang teman, koperasi, sampai kartu kredit.
3. Investasi: 20%
Demi masa depan, maka meski “hanya” memiliki gaji 5 juta, tapi kamu juga harus mengupayakan agar bisa menabung, terlebih lagi berinvestasi.
Tabungan akan berguna buatmu sebagai dana darurat, sedangkan investasi dapat membantumu untuk mewujudkan tujuan keuangan, baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Ingat pepatah klise, “Sedikit-sedikit, lama-lama menjadi bukit” kan? Meski klise, tapi pepatah itu masih relevan banget sampai sekarang loh. Jangan remehkan tabungan dan investasi yang berawal dari 20% gaji 5 juta, yang berarti Rp1.000.000. Dengan uang Rp1.000.000 ini, kamu bisa punya investasi reksa dana atau juga saham setiap bulan.
Belajarlah lebih banyak lagi tentang investasi; mengenali instrumen-instrumennya, memahami cara kerja dan risikonya, serta belajar membuat strategi menabung dan investasi yang efektif.
4. Lifestyle: 10%
Nah, di pos sebesar 10% inilah, kamu bisa menggunakannya untuk memanjakan diri sendiri.
Yes, menikmati jerih payah sendiri itu juga penting, terutama buat kesehatan mental. Jadi, bukannya enggak boleh menggunakan uang buat bersenang-senang sama sekali. Boleh kok, tapi batasilah hanya 10% dari gaji, yang berarti Rp500.000 saja setiap bulannya.
Dicukupkan, dan syukurilah bahwa kamu masih bisa menikmatinya untuk berbagai hal yang kamu minati.
5. Tambah pemasukan
Selain mengelola keuangan yang disesuaikan dengan kebutuhan pribadi, seperti yang sudah dijabarkan di atas, kamu juga bisa menambah pemasukan.
Ada banyak peluang yang bisa kamu coba loh. Misalnya dengan melakukan berbagai pekerjaan sampingan, atau mungkin berdagang.
Nah, itu dia sedikit tip untuk mengelola gaji 5 juta.
Sekali lagi, personal finance is very personal. Alokasi gaji di atas, tentu bisa kamu utak atik lagi sesuai kondisi dan kebutuhanmu. Kamu sendiri yang tahu bagaimana yang terbaik untukmu, bukan? Dan ingat, apa yang baik untuk orang lain belum tentu sesuai juga kamu lakukan. Jadi tak perlu terlalu banyak membandingkan diri sendiri dengan orang lain yang jelas-jelas berbeda kondisi.
Kesemua hal tersebut bisa dipelajari bersama QM Financial dalam sebuah training karyawan yang dikemas interaktif dengan silabus yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Hubungi kami melalui WhatsApp ke 0811 1500 688. Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas finansial online terbaru.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Apa Itu Portofolio Investasi, dan Bagaimana Cara Menyusunnya secara Pas?
Portofolio investasi ibarat rapor untuk seorang investor. Dalam sebuah portofolio, akan terlihat rincian bagaimana seseorang mengalokasikan aset investasinya.
Portofolio investor bisa terdiri atas berbagai macam aset, yang dikumpulkan dengan tujuan dan pertimbangan tertentu. Bisa mencakup kumpulan saham, obligasi, tabungan, juga bisa terdiri atas mata uang asing, emas, properti, dan nft art, misalnya.
Mari kita lihat lebih lanjut mengenai portofolio investasi ini.
Apa Itu Portofolio Investasi?
Portofolio investasi merupakan kumpulan seluruh aset yang dimiliki, yang terdiri atas berbagai instrumen yang dapat membantu sang investor untuk mencapai imbal terbaik, sesuai dengan profil risiko yang dimiliki oleh si investor.
Portofolio bisa terdiri dari beragam bentuk investasi, atau bisa juga terdiri atas satu kelas aset saja. Misalnya reksa dana, atau saham.
Dalam sebuah portofolio investasi, ada berbagai instrumen yang dikumpulkan sesuai dengan berapa banyak dana yang ingin diperoleh, tergantung tujuan investasi yang dimiliki. Hal ini terkait juga dengan gaya hidup, tingkat toleransi terhadap risiko, serta kemampuan finansial si investor.
Tujuan Membuat Portofolio Investasi
Tujuan seorang investor membangun portofolio investasi adalah untuk menyediakan media kerja agar uang dapat menghasilkan uang lagi bagi si investor. Portfolio ini yang akan menjadi alat kendali dan pemantau akan hasil kinerja investasi yang sudah dilakukan.
Dari data yang ada dalam portofolio investasi, kamu sebagai investor juga kemudian dapat membuat rencana diversifikasi dan penyeimbangan aset, sehingga tidak terkumpul pada satu sektor saja. Aset ini disebar agar meminimalkan risiko dan mengoptimalkan potensi imbal yang bisa diperoleh.
Diversifikasi adalah salah satu langkah penting dalam investasi loh! Dan, hal ini bisa dilakukan jika kamu punya portofolio investasi yang sudah solid.
Cara Menentukan Portofolio Investasi yang Tepat
Kalau begitu, gimana cara menentukan portofolio investasi yang tepat ya?
Ya, sebenarnya mudah saja. Semua kembali ke kamu, dan 3 pertanyaan berikut ini.
1. #TujuanLoApa
Kamu mau investasi untuk apa? Untuk dana menikah? Dana pendidikan anak? Dana pensiun? Dana liburan?
Setelah tahu mau dipakai untuk apa, selanjutnya kamu harus menentukan jangka waktunya. Masih berapa lama lagi tujuan itu ingin kamu targetkan untuk tercapai. Misalnya dana menikah, akan dipakai untuk menikah satu tahun lagi. Atau, dana pendidikan anak, akan dipakai untuk anak masuk SD 3 tahun lagi. Atau juga dana pensiun, yang akan dipakai 20 tahun lagi?
Untuk tujuan investasi jangka panjang, maka kelas aset yang seharusnya lebih besar adalah saham, dibandingkan kelas aset yang lain. Sebaliknya, jika tujuan investasinya jangka pendek, maka kelas aset pasar uanglah yang mendapatkan proporsi terbesar.
2. Profil risiko
Ada 3 profil risiko yang bisa dikenali pada diri investor, yaitu:
- Konservatif, adalah mereka yang kurang toleran terhadap risiko kerugian. Jantungan banget deh, kalau lihat kondisi keuangan yang krisis.
- Moderat, adalah mereka yang sudah dapat menoleransi risiko, tetapi juga masih suka cari aman.
- Agresif, adalah mereka yang fokus untuk meraih keuntungan yang semaksimal mungkin dengan memanfaatkan setiap instrumen yang sesuai.
Nah, kamu termasuk yang mana nih?
Memang, untuk bisa menyusun portofolio investasi yang pas, adalah penting bagimu untuk mengenali diri sendiri lebih dulu. Hal ini penting, agar kamu nggak emosian, nggak mudah tergoda tren sesaat, dan nggak panik ketika nilai investasimu turun seiring kondisi pasar yang juga menurun.
3. Modal
Jika kamu punya modal yang besar, tentu saja kamu akan lebih fleksibel dalam menentukan portofoliomu. Banyak instrumen yang bisa kamu eksplorasi, dan pilih yang sesuai dengan kebutuhan.
Namun, jika modalmu minim, maka kamu juga harus menyesuaikannya, dan kemudian membuat strategi tertentu agar tetap dapat berinvestasi secara konsisten.
Contoh Membangun Portofolio Investasi
Sebut saja Bunga (sudah pasti bukan nama sebenarnya). Ia adalah seorang karyawan mid-management, dengan gaji Rp20 juta per bulan. Untuk investasi, Bunga mengalokasikan 20% dari gajinya, yang berarti sebesar Rp4 juta.
Bunga ingin membangun dana pensiun untuk dirinya sendiri. Setelah dihitung-hitung dan dianalisis, Bunga ingin membangun portofolionya pada saham. Dipilihlah saham dividend-aristocrate dengan harapan dividennya bisa menjadi passive income di kemudian hari.
Namun, dengan kondisi yang belum stabil pasca pandemi seperti sekarang, dan juga Bunga masih merasa newbie dan belum berani menanggung risiko yang terlalu besar, Bunga pun memperluas pilihan investasinya. Dipilihlah Reksa Dana Pendapatan Tetap, yang proporsi alokasi investasinya ada pada obligasi untuk melengkapi portofolionya.
Dari diversifikasi tersebut, Bunga mempertimbangkan, bahwa risiko investasi saham paling maksimum yang bisa ditoleransi baginya adalah 60%. Dengan demikian, Bunga menempatkan dana sebesar Rp2.400.000 pada saham pilihannya. Sedangkan sisanya, ia setorkan ke manajemen investasi untuk alokasi Reksa Dana Pendapatan Tetapnya.
Dengan demikian, selanjutnya Bunga tinggal setor sesuai alokasi yang sudah dibuatnya pada dua instrumen pilihannya.
Mau Belajar Cara Membangun Portofolio Investasi yang Pas?
Nah, itu contoh sederhana dari Bunga, yang merasa cukup dengan 2 jenis instrumen saja. Dari portofolio sahamnya, sebenarnya juga bisa kalau mau diulik lagi. Misalnya, sekian persen untuk saham dividend aristocrate, lalu sebagian yang lain dialokasikan untuk saham jenis growth stock, untuk memaksimalkan pertumbuhannya.
Mau belajar menyusun portofoliomu sendiri? Yuk, join Special Class Saham dari QM Financial! Cek jadwalnya, dan segera daftarkan diri supaya nggak kehabisan seat
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Analisis Fundamental dan Analisis Teknikal pada Investasi Saham: Apa sih Bedanya?
Dalam investasi saham, kita perlu untuk mempelajari juga teknik analisisnya. Untuk apa? Tentu saja, agar kita dapat memilih saham terbaik, yang bisa memberikan imbal yang optimal demi tercapainya tujuan keuangan kita. Ada 2 teknik analisis yang bisa digunakan, yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal.
Masing-masing analisis punya teknik dan manfaatnya sendiri-sendiri untuk kamu yang pengin berinvestasi saham dalam jangka menengah maupun panjang. Bisa juga loh, digunakan untuk trading, jika memang kamu berminat untuk menjadi seorang trader saham.
Teknik analisis ini akan dapat membantumu untuk memperhitungkan dan memproyeksikan sampai sejauh mana imbal yang bisa kita dapatkan dari satu saham yang diincar dan pengin dibeli. Kalau kamu bisa menguasainya dengan baik, kamu bahkan tak perlu pusing-pusing mencari rekomendasi saham sana-sini, dan bisa membuat keputusan sendiri.
Tapi, apa ya bedanya analisis fundamental dan analisis teknikal saham? Bakalan pusing nggak ya, kalau belajar keduanya? Kalau umpamanya belajar satu per satu dulu, mana yang bisa lebih dahulu dipelajari?
Banyak pertanyaan yang muncul, ya kan? Tapi mari kita awali dulu dari pengertian analisis saham itu sendiri.
Apa Itu Analisis Saham?
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, analisis artinya adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dan sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab musabab, duduk perkaranya, dan sebagainya).
So, bisa disimpulkan kalau analisis saham itu berarti penyelidikan atau penelaahan terhadap emiten penerbit saham tertentu, untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya terkait saham itu dan perusahaannya. Tujuan penyelidikan ini jelas, yaitu untuk menentukan apakah saham perusahaan tersebut menguntungkan atau tidak.
Dalam melakukan analisis saham, ada 2 pendekatan yang biasa dilakukan, yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal.
Analisis Fundamental Saham
Prinsip analisis fundamental saham ini adalah melakukan penelaahan terhadap hal-hal yang bersifat umum dalam kinerja perusahaan atau emiten.
Saat melakukan analisis fundamental, kita akan banyak mencermati hal-hal mendasar yang terjadi pada sebuah perusahaan, misalnya melihat laporan keuangannya, meneliti neracanya, mengamati tingkat persaingan dan perkembangan bisnis ke depannya, hingga melihat juga kondisi makro dan mikro yang dapat membentuk sentimen hingga memengaruhi harga saham.
Karena cakupannya lebih umum, maka teknik pendekatan analisis fundamental ini akan sesuai digunakan oleh kamu yang memiliki tujuan investasi jangka panjang.
Analisis Teknikal Saham
Seperti istilahnya, teknik analisis ini akan dilakukan dengan pendekatan teknis terhadap statistik grafik historis harga saham. Kamu barangkali akan perlu untuk menelusuri berbagai grafik—salah satunya adalah yang berbentuk candlestick—dan juga utak atik rumus matematis. Di sini, kita juga akan banyak mengulik kecenderungan pergerakan tren, support and resistance, sampai waktu transaksi yang tepat.
Analisis teknikal dilakukan agar investor—dan juga trader—tahu kondisi pasar saat ini berdasarkan jejak rekam pergerakan harga di masa lalu, yang kemudian dapat diproyeksikan untuk pergerakan harga ke depannya.
Kayak meramal dong? Nggak juga sih, karena di sini ada hitung-hitungannya, dan hasilnya bisa cukup akurat. Nggak sama banget dengan meramal nasib perjodohan kamu dengan dia.
Analisis teknikal biasanya dimanfaatkan oleh para trader harian, demi bisa mendapatkan keuntungan optimal dalam jangka pendek. Tapi, banyak investor jangka panjang yang juga menggunakan analisis ini, karena dengan analisis ini, kita bisa memperkirakan dengan lebih akurat, kapan waktu yang tepat untuk membeli saham.
Jadi, Lebih Bagus yang Mana?
Nah, kalau ada pertanyaan yang lebih bagus yang mana, ya tak bisa tidak, kita harus kembali pada: #TujuanLoApa?
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, bahwa masing-masing pendekatan analisis saham punya teknis dan manfaatnya sendiri-sendiri. Analisis fundamental akan lebih bagus digunakan untuk investasi jangka panjang, sedangkan analisis teknikal untuk trading jangka pendek.
Namun, sebenarnya keduanya ini juga saling melengkapi. Analisis fundamental yang kamu lakukan hasilnya akan lebih komprehensif jika juga kamu lakukan analisis teknikal. Begitu juga sebaliknya. Karena pada dasarnya, kita bisa memanfaatkan keduanya untuk sebaik-baiknya hasil yang bisa kita dapatkan.
So, mau belajar untuk analisis saham? Kebetulan nih, QM Financial punya kelas khusus untuk belajaar analisis saham. Tertarik? Yuk, cek jadwal kelas finansial online QM Financial, dan pilih kelas sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Belajar Keuangan dari 4 Podcast QM Financial Episode Terbaru!
Sudah tahu kan, bahwa QM Financial juga punya channel berbagi dan belajar keuangan khusus untuk podcast di Spotify?
Ya, masa belum tahu? Kalau belum tahu, boleh loh didengerin sekarang, mulai dari episode 1 sampai episode 8, semuanya sarat ilmu buat kamu yang lagi getol belajar keuangan.
Nah, berikut ini ada 4 episode terbaru podcast buat kamu belajar keuangan, yang enggak boleh ketinggalan untuk didengerin. Tentang apa saja? Yuk, kita lihat satu per satu.
Episode 5: Kelola Duit Lajang vs Menikah Sama atau Beda?
Lajang vs menikah, cara atur uangnya gimana ya? Apakah demi cinta, itu artinya kita harus langsung bikin rekening bersama, beli aset bersama, atau bahkan utang bersama sejak sebelum menikah?
Ligwina Hananto dan Fransisca Emi ngobrolin soal apa yang seandainya diketahui sejak masih single, bisa banget bikin perjalanan finansial ketika menikah menjadi lebih baik.
Nah, apa aja tuh?
Yuk, dengerin episode podcast belajar keuangan tentang ‘Kelola Duit Lajang vs Menikah, Sama atau Beda?’
Episode 6: Ya Kali Umur 40 Tahun Belum Punya Rumah (?)
Sempat jadi tweet kontroversial, ‘Ya Kali Umur 40 Tahun Belum Punya Rumah?’ akhirnya dibuat versi podcast-nya supaya lebih nyaman dan panjang dibahas.
Di sini, kamu bisa menyimak tentang, kenapa sih, punya rumah perlu direncanakan? Pasalnya, beli rumah itu memang nggak wajib, tetapi semua orang perlu tempat tinggal.
Ligwina Hananto dan Fransisca Emi membahas tuntas perbandingan antara menetap atau nomaden, beli rumah atau sewa, serta konsekuensi sebuah pilihan yang diambil.
So, kamu berencana mau beli rumah pakai utang? DP-nya apa kabar? Nyicilnya mampu nggak?
Dengerin dulu yuk! Setelah itu, kamu pasti bisa jawab pertanyaan ini: Pengin beli rumah atau enggak?
Episode 7: Berbagi Tidak Pernah Rugi ala Pandji Pragiwaksono
Dalam rangka ulang tahun yang ke-18, QM Financial podcast akan throwback, dan membahas berbagai hal bersama orang-orang yang berperan besar dalam perkembangan QM Financial hingga hari ini. Tentu saja, dari sisi finansial.
Episode ke-7 ini menghadirkan Ligwina Hananto dan Pandji Pragiwaksono yang membahas tentang awal hadirnya Financial Clinic di sebuah radio pada tahun 2006. Juga tentang Pandji sendiri yang membangun karier sebagai seorang standup comedian dan konsep berbagi dan rezeki melalui Yayasan Pita Kuning yang dirintisnya.
Mau ikut berbagi? Yuk, dengerin podcastnya!
Episode 8: Cara Kaya Lewat Bekerja ala Raditya Dika
Masih dalam rangka ulang tahun yang ke-18 dan juga throwback, QM Financial podcast episode 8 menghadirkan Ligwina Hananto dan Raditya Dika loh!
Ngobrolin dari soal konsep minimalisme, cara berbelanja dengan metode conscious spending, sampai membedakan hemat vs pelit, Raditya Dika juga memberi pencerahan menciptakan value lewat karya yang menghasilkan uang.
Kamu sudah tahu konsep Time Value of Money belum? Nah, dibahas tuntas deh dalam episode kali ini. Konsep ini memungkinkan uang untuk berkembang dan menggunakan opportunity cost ketika membuat keputusan finansial.
Makin penasaran kan?
Masih ada lagi nih, dibahas juga tentang tujuan investasi Raditya Dika, serta apa investasi terbaiknya.
Yuk, langsung dengerin podcast episode 8: Cara Kaya Lewat Bekerja ala Raditya Dika.
Seru-seru kan? Iya, makanya jangan sampai nggak ngedengerin setiap episodenya ya, jika kamu pengin belajar keuangan secara menyenangkan, tanpa bosan. Podcast baru akan selalu hadir setiap Rabu. Jadi, silakan klik tombol “Follow” atau “Ikuti” agar kamu tak ketinggalan dan bisa cepet-cepet dengerin buat belajar keuangan lebih jauh lagi.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Panduan Investasi Saham Online untuk Pemula
Bagi kamu yang baru mau mulai untuk investasi saham online, mungkin kamu akan sedikit bingung. Kebayangnya mungkin kayak di film-film semacam The Wolf of Wall Street gitu ya?
Enggak kok. Itu mah dramatisasi film dan kerjaan para broker. Untuk kita, investor ritel, enggak seperti itu cara kerjanya.
Investasi saham online itu mudah banget, dan siapa saja akan dengan mudah melakukannya. Didukung dengan teknologi yang sudah berkembang, investasi (dan trading) saham sekarang itu semudah kamu scroll Instagram. Asal ada modalnya—alias dananya—beli saham itu semudah kamu belanja skincare di marketplace.
So, ini dia panduan buat kamu yang baru pertama hendak investasi saham online.
Panduan Investasi Saham Online
1. Tentukan tujuan, buat rencana
Tentu saja, kita harus mulai dari #TujuanLoApa, untuk mendefinisikan untuk apa hasil investasi kita nanti akan dimanfaatkan. Tanpa tujuan, aktivitas investasi tidak akan optimal, karena ini artinya tidak ada target yang harus dicapai. Tidak adanya target, akan membuatmu sulit untuk disiplin dan konsisten.
Padahal kunci dari investasi adalah keduanya, demi mencapai tujuan besar hidupmu.
So, tentukan dulu tujuan investasi saham kamu; mau dipakai untuk apa? Dana pensiun? Dana pendidikan anak? Dana lanjut S2?
Selanjutnya, buat rencana, kapan kamu memerlukan dana dari hasil investasimu? 5 tahun ke depan? 10 tahun, 20 tahun? Dengan demikian, kamu akan tahu seberapa butuh persiapannya, dan juga kamu bisa tahu seberapa besar kamu harus berinvestasi setiap bulannya.
Ini ibarat kamu bersiap untuk pergi ke Surabaya, dari Jakarta. Memilih naik kereta, berarti kamu harus bersiap perjalanan sekian belas jam. Artinya, kamu akan duduk di dalam kereta selama itu, dan apa yang bisa kamu lakukan agar waktu tak terbuang percuma?
2. Buka rekening sekuritas
Sekuritas akan menjadi perantaramu saat investasi saham online, karena yang boleh bertransaksi di bursa adalah mereka yang sudah menjadi anggota bursa.
Jadi, pilihlah dengan saksama:
- Resmi terdaftar di BEI dan OJK
- Pastikan bereputasi baik, tak pernah terlibat masalah yang terlalu besar. Kalau soal suspensi ataupun kena teguran BEI, rerata perusahaan sekuritas mana pun juga pernah mendapatkannya. So, kamu harus lihat per kasusnya.
- Syarat pembukaan dan operasional rekening yang mudah dan praktis, jangan membebani dirimu sendiri dengan prosedur ribet.
- Biaya transaksinya kecil, atau bahkan Rp0
- Menyajikan data realtime, yang bisa kamu cek dengan mudah
Lakukan survei kecil-kecilan, dengan menelusuri Google maupun akun-akun media sosial mereka. Cek apakah pernah ada komplain? Bagaimana mereka mengatasi masalah-masalah yang terjadi? Dan sebagainya.
Sekuritas kan menjadi partner kamu dalam investasi saham online, jadi pilihlah dengan bijak ya.
3. Instal aplikasi di smartphone
Instal aplikasinya di smartphone. Seharusnya sih ini mudah saja kamu lakukan untuk investasi saham online.
Sesudahnya, kamu akan perlu untuk membuat rekening sekuritas terlebih dulu. Syarat dan ketentuan buka rekening bisa berbeda antara sekuritas yang satu dengan yang lain. Jadi cermati dulu ya, dan penuhi semua syaratnya. Ada yang cukup minta foto identitas diri, dan harus ber-selfie memegang identitas tersebut. Ada yang meminta fotot buku tabungan juga. Ada pula yang meminta verifikasi melalui video call, dan sebagainya.
Karena itu, penting untuk tahu syarat dan ketentuan buka rekening ini di awal kamu memilih sekuritas. Pilihlah yang enggak ribet, dan sesuai dengan kebutuhanmu.
4. Setor deposit
Selanjutnya, kamu perlu untuk menyetor sejumlah deposit ke rekening dana investasi yang sudah kamu miliki di sekuritas pilihanmu.
Zaman sekarang, modal awal untuk bisa investasi saham online itu juga bisa dari nominal yang kecil banget. Ada sekuritas yang memang menentukan minimal deposit, tetapi ada juga yang tidak.
5. Pilih saham sesuai rencana
Nah, sekarang jika kamu sudah punya rekening sekuritas, juga sudah menyetor deposit, maka kamu sudah bisa mulai untuk investasi saham online.
Beberapa hal yang harus diingat:
- Mulailah dengan nominal kecil dulu; nominal yang kamu akan rela ketika nilainya harus turun sesuai pergerakan pasar.
- Belajar kelola emosi dengan baik, karena dalam perjalanan investasi saham online nanti, kamu mungkin akan harus berhadapan dengan situasi-situasi dadakan bak roller coaster.
- Belajar strategi investasi dengan benar, agar kamu bisa mengoptimalkan imbalnya.
- Jangan mudah tergoda dengan hot stocks, yaitu saham-saham yang dapat dipermainkan harganya, sesuai frame story yang terjadi di luar pasar saham itu sendiri.
- Pelajari saham incaranmu, hindari membeli saham yang produknya tak kamu pahami. Hanya beli saham dari perusahaan yang kamu kenal betul.
- Pastikan dana darurat dan asuransimu aman.
Nah, untuk mempelajari lebih lanjut mengenai seluk beluk investasi saham online, yuk, gabung di Special Class Saham. Cek jadwal kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Powered by:
Gaya Hidup Childfree Dipilih karena Dana Pendidikan Anak yang Tinggi?
Dunia maya heboh dengan gaya hidup childfree yang dipopulerkan oleh salah satu influencer. Jadi topik hangat deh di mana-mana, dan tentu saja, diwarnai dengan pro dan kontra.
Bagaimana dengan kamu? Kamu termasuk tim pro atau tim kontra? Atau, bodo amat, asal nggak ngerugiin orang lain?
Yah, yang namanya gaya hidup memang jadi hak setiap orang buat memilih mana yang akan dijalani, betul? Dan, memang, asalkan tidak membuat rugi pihak lain, juga sehat untuk diri sendiri, ya kenapa enggak dijalankan?
Alasan Seseorang Memilih Childfree
Childfree adalah keputusan untuk tidak punya anak oleh pasangan yang sudah menikah. Keputusan seperti ini sebenarnya bukan hal baru. Bahkan, sudah lama banyak yang memang memutuskan untuk tidak punya anak setelah menikah, meskipun ini menjadi unpopular opinion di Indonesia yang budaya nenek moyangnya masih kental. Cuma ya, tadinya—entah karena alasan privacy, atau juga karena peran media sosial—nggak seheboh ini.
Sebenarnya keputusan untuk childfree atau pilihan yang lainnya, itu menjadi privilege masing-masing pasangan. Tapi apa yang mendasari sepasang suami istri memutuskan untuk childfree alias tak punya anak? Ada beberapa alasan sih:
- Masalah kesehatan, karena mungkin salah satu pasangan kesehatannya rentan jika punya anak
- Tak siap mental menjadi orang tua, karena yah, memang berat banget tuh tuntutan untuk menjadi orang tua.
- Ingin fokus pada karier
- Masalah finansial
Nah, yang menarik tentu saja alasan terakhir. Of course, QM Financial akan membahasnya dari sisi finansial, karena QM Financial bukan konsultan pernikahan, apalagi tempat praktik dokter kandungan.
Biaya-Biaya Punya Anak
Kita sudah mafhum, bahwa biaya untuk punya anak itu tidaklah murah. Mulai dari saat ibu hamil, sampai nanti ketika anak selesai kuliah, selama itu pula semua hal yang terjadi pada anak menjadi tanggung jawab orang tua.
Ada beberapa biaya yang kemudian muncul, begitu kita memutuskan untuk punya anak.
1. Biaya kehamilan, persalinan, dan pascapersalinan
Dari mulai program hamil, selama masa kehamilan, hingga menjelang persalinan, orang tua harus siap dengan berbagai biaya, mulai dari biaya kontrol dokter, vitamin-vitamin, asupan gizi yang baik, dan sebagainya. Biaya kontrol dokter bisa saja gratis, kalau kontrolnya ke puskesmas. Tapi biaya lain, tetaplah ada.
Tiba saatnya bersalin, kalau bisa melahirkan secara alami sudah pasti akan terjangkau. Tapi, kalau ada masalah kesehatan, ya mesti siap operasi. Ini belum termasuk ongkos rumah sakitnya.
Pascapersalinan, ibu dan bayi juga akan butuh perawatan ekstra. Belum lagi kalau butuh jasa babysitter, daycare, atau ART juga kan?
2. Biaya kebutuhan dasar anak
Mulai dari pangan, sandang, papan, hingga kenyamanan, sudah pasti harus dipenuhi oleh orang tua yang baik.
Di sini termasuk juga kebutuhan hiburan untuk anak, yang ternyata tak dikategorikan ke biaya kebutuhan pokok, tapi justru banyak juga bujetnya. Ajak anak-anak main, jajan, mainan, ini itu, … yang nominalnya kadang kecil, tapi karena cukup sering ya, jadinya lumayan juga. Dengan childfree, pasangan sudah pasti hanya perlu fokus pada kebutuhan berdua saja.
3. Biaya pendidikan
Nah, ini nih, yang sepertinya paling banyak dinilai menjadi yang terbesar dari semua biaya yang muncul begitu punya anak. Kita juga nggak bisa memungkiri kok, kalau biaya pendidikan di Indonesia kian mahal dari tahun ke tahun. Dan maklum banget, jika ada yang memutuskan childfree untuk menghindari biaya di sisi ini.
Menurut data Badan Pusat Statistik, rata-rata inflasi yang timbul dari sektor pendidikan periode 2009 – 2019 mencapat 3.75%. Tapi pada praktiknya, kita bisa melakukan survei sendiri, dan biaya pendidikan itu naik antara 10-20% setiap tahunnya.
Kenapa biaya pendidikan bisa begitu mahal? Nah, ini sudah pernah kita bahas pada artikel sebelumnya. Boleh diintip ya.
Sebenarnya, untuk biaya pendidikan, ini bisa loh kita siapkan lebih dulu, sehingga tak memberatkan ketika sudah waktunya untuk menyekolahkan anak, dan tak harus membuat keputusan untuk childfree. Kapan mulai bisa dipersiapkan? Sesegera mungkin. Kalau bisa, bahkan, sejak ibu mulai hamil.
Bisa kok, bisa, asalkan disiplin dan rencana keuangannya sudah komprehensif. Bahkan, kita juga bisa merencanakan dana pendidikan anak, sekaligus membuat rencana untuk tujuan finansial lain, seperti punya rumah hingga dana pensiun.
Gimana ya, caranya membuat rencana dana pendidikan anak yang baik? Apa saja pilihan cara menyisihkan uang? Lalu, bagaimana triknya supaya selain dana pendidikan anak terpenuhi, kebutuhan hidup yang lain juga tercukupi, sementara penghasilan orang tua pasti bukannya tak terbatas juga.
Nah, gabung saja yuk, di kelas Dana Pendidikan di Financial Clinic Online Series QM Financial. Cek jadwal kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Squid Game dan Pelajaran Keuangan Terpenting yang Bisa Kita Petik
Dunia digegerkan dengan miniseries asal Korea yang tayang di Netflix saat ini. Yes, Squid Game. Sebuah drama Korea genre survival thriller yang menyuguhkan cerita sisi gelap manusia tetapi dengan sangat menarik.
Di samping cerita permainannya sendiri, ternyata banyak pelajaran penting—lebih khusus lagi tentang keuangan—yang dapat kita petik dari serial ini loh.
Apa saja? Ini dia.
Pelajaran Keuangan dari Squid Game
1. Asuransi itu penting
Mari jujur saja. Masih banyak di antara kita yang masih menaruh asuransi bukan pada prioritas utama. Seperti halnya dalam Squid Game, ibu Gi Hun yang mendesak untuk pulang karena nggak punya uang lagi untuk membayar tagihan rumah sakit, padahal beliau mengidap diabetes. Gi Hun mengatakan, bahwa asuransi dapat meng-cover biaya itu, tetapi kemudian diingatkan bahwa ia tidak dapat membayar premi secara teratur.
So, dari sini kita belajar, bahwa asuransi itu penting artinya, terutama sebagai jaminan akan munculnya risiko keuangan bisa terjadi sewaktu-waktu. Asuransi bukan hal yang akan memberatkan keuangan kita. Sebaliknya, asuransi justru dapat menjamin masa depan kita. Betul?
2. Don’t put eggs in one basket
Di salah satu scene Squid Game, Sang Woo, teman Gi Hun, mengatakan, “Don’t put your eggs in one basket”. Hmmm, pasti familier banget kan dengan pepatah bijak investasi ini? Ini juga terjadi pada kita.
Zaman sekarang, orang dapat berinvestasi di berbagai instrumen. Ada potensi keuntungan, tetapi kita juga harus memahami risikonya. High risk, high return.
Ketika kita mengambil instrumen yang terlalu tinggi, maka risiko juga akan sangat tinggi. Bahkan bisa jadi modal kita ikut hilang. Namun, jika hanya mengandalkan investasi risiko rendah, bisa jadi tujuan keuangan takkan tercapai.
Jangan lupa untuk berinvestasi pada diri sendiri juga ya.
3. Awas jebakan keinginan sesaat
Kadang kita bias. Keinginan sesaat justru malah diutamakan, dan kita lupa pada hal-hal yang lebih penting.
Seperti Gi Hun dalam Squid Game yang kecanduan judi. Judi dianggap sebagai solusi terbaik atas masalah keuangan yang dialami. Nggak punya uang, malah judi. Dikiranya, nanti kalau menang, kan dapat uang. Ia mempertaruhkan semua yang ia punya untuk sesuatu yang tak pasti.
Padahal ya, nggak gitu mainnya. Kalah judi justru membuatnya jadi berutang.
Hal ini juga sering terjadi ketika kita hanya ikut-ikutan apa kata orang untuk berinvestasi di instrumen-instrumen yang tak kita pahami betul. Maunya sih pengin kena ciprat cuan juga. Syukur-syukur cuan gede. Semacam dapat lotere. Sampai dibelain nyari utang, supaya bisa ikut beli saham.
Akibatnya, bisa diduga, ketika terjadi risiko kerugian, tak cuma modal berkurang, kita pun kehilangan segalanya.
4. Bijak berutang
Utanglah yang menjadi penyebab semua kekacauan di Squid Game. Sebagian besar peserta butuh uang untuk membayar utang pada rentenir.
Percaya atau tidak, utang itu bikin kecanduan. Sering kali terjadi, belanja pakai kartu kredit misalnya. Keasyikan gesek, hingga akhirnya hanya bisa bayar minimum payment.
Akan lebih parah, kalau sampai utang pada rentenir. Seperti halnya pada pinjol. Utang sekali, nggak bisa bayar, malah ambil utang lagi untuk menutup utang lama. Gali lubang tutup lubang, akhirnya bergulung-gulung dan kita pun tercekik.
5. Prioritas adalah koentji
Alih-alih menggunakan uang hasil pinjaman untuk menutup pengeluaran atau dijadikan modal untuk mendapatkan penghasilan, Gi Hun malah memakai uang tersebut untuk judi.
Melalui serial ini, kita belajar untuk memprioritaskan hal-hal yang lebih penting. Sudah dapat uang, lalu mau dipakai untuk apa? Untuk menutup kebutuhan hidup? Untuk berobat, seperti kasus Gi Hun dan ibunya? Atau malah habiskan saja untuk hal-hal tak berfaedah yang “kenikmatan”-nya hanya sesaat seperti judi?
It’s not about how to earn money, but how to spend it.
6. Keserakahan adalah kunci kegagalan hidup
Squid Game is all about upaya survival menghadapi segala tantangan. Agar dapat bertahan dan menang, kita memang harus melakukan apa pun yang perlu dilakukan.
Namun, kala (hampir) menang, kadang keserakahan mendatangi kita. Kita pengin lebih! Hingga akibatnya kita jadi lengah, dan malah menderita kerugian yang berlipat ganda. Mau untung, malah buntung.
Mengenal kata ‘cukup’ itu memang jadi hal yang krusial, apalagi kalau soal keuangan.
7. Keuangan yang sehat tak dapat diraih dalam semalam
Kita semua tentu pengin kondisi keuangan yang stabil. Nggak perlu berlebihan, tapi ketika ada hal yang dibutuhkan, uangnya sudah ada.
Mau nyekolahin anak, uangnya sudah ada. Mau beli rumah, uangnya sudah siap. Mau nikah, tinggal bongkar tabungan. Tapi, semua itu tak dapat diraih hanya dalam semalam. Butuh waktu dan perjuangan.
Squid Game mengajarkan, bagaimana kita harus berjuang, bekerja, dan berusaha lebih keras meskipun rasa-rasanya dunia memperlakukan kita secara tak adil. Tapi memang kan, kisah sukses itu tak datang dengan cepat. Baik dalam permainan seperti Squid Game, ataupun di dunia nyata.
8. Nikmati hasil yang sudah dicapai
Dari Squid Game, kita juga belajar bersyukur atas apa yang sudah bisa kita dapatkan dan miliki.
Seperti si kakek yang bertanya pada Gi Hun, mengapa ia tak mempergunakan uangnya sama sekali? Kita pantas memanfaatkan apa pun yang sudah kita dapatkan. Kita berhak menikmatinya.
Dalam hidup, kadang hal ini juga terjadi. Punya banyak mau dan cita-cita, membuat kita hanya tahu menabung saja. Padahal, kita boleh loh mempergunakan sebagian dari uang yang kita hasilkan itu sebagai self reward. Nggak ada yang melarang, malahan harus. Namun, tentu saja harus terukur dan tercatat.
“That money was the reward you got for your luck and hard work. You have the right to use it.”
9. Uang bukan segalanya
Last but not least, dalam adegan menjelang akhir, kita juga dihadapkan pada pelajaran, bahwa berapa pun uang yang kita miliki, toh hidup tetap akan butuh perjuangan. Mungkin bentuknya saja yang berbeda. Bahkan, kita kadang bosan menjalani hidup, yang tak dapat ditolong dengan adanya uang.
Squid Game memberi kita pelajaran, tak hanya soal bertahan hidup, tetapi juga soal menghargai dan melihat keindahan dalam hal-hal kecil yang ada di sekitar kita. Bahkan ketika kita kaya raya seperti Paman Gober pun, kalau memang kita tak bahagia dengan hidup kita, maka uang itu juga tak berguna.
Uang bukan segalanya, meskipun segalanya butuh uang.
Banyak banget kan, yang bisa kita pelajari dari serial Korea yang terdiri atas 9 episode dan menjadi nomor satu most popular show di AS. Di sini, kita belajar moral dasar dalam hidup. Bahwa betapa pun sulitnya hidup, akan selalu ada jalan keluar dari semua masalah yang kita perjuangkan. Kita hanya perlu berjuang lebih keras agar bisa mencapai garis finish.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Sudah Saatnya Kita Perhatikan Kesehatan Mental, Fisik, dan Finansial secara Seimbang
Uang—tak bisa kita mungkiri—menjadi salah satu yang terpenting dalam hidup. Bukannya sok materialistis, tapi kita harus realistis. Pasalnya, untuk ngapain aja, beli apa pun yang kita butuhkan, kita harus punya uang. Saat kita nggak punya cukup uang, maka kita pun rentan terkena masalah, walaupun sering dibilang uang bukan segalanya. Pada akhirnya, uang juga memengaruhi kesehatan mental kita.
Kerasa kan, saat nggak punya uang, kita jadi gelisah. Kita merasa waswas kalau keuangan nggak lancar. Kalau berkepanjangan ya, bisa jadi akan memengaruhi hingga kita bisa terkena gangguan mental.
Pengaruh Keuangan terhadap Kesehatan Mental
Ada banyak penelitian yang sudah dilakukan untuk membuktikan fenomena ini.
Dr. Roger McIntyre, MD, seorang profesor psikiatri University of Toronto mengemukakan, bahwa kesehatan mental itu sangat erat terkait dengan kondisi keuangan seseorang. Kondisi bahagianya seseorang itu sangat bergantung pada kesehatan keuangannya.
Sedangkan penelitian lain yang dilakukan oleh UK Money and Mental Health Institute menyatakan bahwa orang yang secara mental kurang sehat akan tiga setengah kali lebih mungkin terlilit utang.
Sebuah jurnal di Clinical Psychology Review juga menghubungkan antara kecenderungan seseorang untuk mengalami masalah kesehatan mental berupa depresi, gangguan kecemasan berlebih, alkoholik, dengan kondisi keuangan yang buruk.
Hal ini masih ditambah lagi dengan pandemi COVID-19 yang belum juga usai hingga hampir dua tahun—saat artikel ini ditulis. Jutaan orang kehilangan pekerjaan, sampai-sampai para ahli dan peneliti di bidang kesehatan mental khawatir, angka bunuh diri akan memuncak jika pemerintah negara-negara di dunia tak segera bertindak.
Kalau pengin mendalami masalah ini, kamu bisa mencari lebih banyak lagi di internet, dari riset, penelitian, dan jurnal-jurnal yang secara bebas dapat diakses oleh siapa pun.
So, jika mau ditambah dengan sumber lain juga boleh, tapi dari beberapa fakta di atas saja rasanya kita sudah cukup paham, betapa eratnya kaitan antara keuangan dengan kesehatan mental, yang kemudian juga akan memengaruhi kondisi kesehatan fisik kita.
Menjaga Kesehatan Mental dan Fisik dengan Cara Menjaga Kesehatan Finansial
Keamanan finansial menjadi hal yang krusial. Tentang dana darurat misalnya saja. Kalau kita tak memilikinya, bisa jadi akses ke makanan, kebutuhan hidup yang penting, dan termasuk juga perawatan kesehatan, akan tertutup di masa krisis ini.
Hal ini akan menimbulkan stres, yang pada akhirnya bisa memunculkan gangguan pada kesehatan mental kita.
Namun juga tak hanya berhenti di situ. Banyak bukti pula bahwa mereka yang punya kesehatan mental yang kurang baik juga tak akan dapat menjaga kesehatan finansialnya. Dengan demikian, ini memang semacam “lingkaran setan”, yang kalau mau diputus, maka haruslah mencari solusi yang komprehensif, mencakup seluruh aspek yang ada dalam kesehatan mental maupun kesehatan finansial.
Apa yang bisa kita lakukan?
1. Cari akar permasalahannya
Apa yang membuatmu merasa stres? Apa yang membuatmu mengalami masalah keuangan?
Cari akar permasalahannya, dan urai satu per satu. Terlilit utang? Kalau begitu, cari jalan untuk melunasinya. Karena solusi utang itu ya dibayar.
Penghasilan berkurang? Cari cara lain untuk mendapatkan pemasukan. Berdagang, mungkin? Dagang apa saja, yang sekiranya dibutuhkan oleh orang-orang sekitar.
Memang lebih mudah diucapkan daripada dilakukan, tetapi dengan kamu punya niat untuk memperbaikinya, itu sudah langkah awal yang bagus.
2. Mulai kebiasaan baik
Mulailah dengan belajar untuk meningkatkan literasi keuanganmu. Mulailah dari yang dasar dan prinsip, seperti bagaimana mengelola cash flow yang baik, menyehatkan kondisimu—baik mental dan finansial, juga fisik—dan kemudian setelah semua siap, kamu juga bisa mulai merencanakan masa depan.
Tenang, tak perlu dilakukan semuanya sekaligus. One step at a time, dimulai dari yang sudah ada di depan mata.
3. Sayangi dirimu
Dengan memiliki keterampilan mengelola keuangan yang baik, itu sudah jadi salah satu cara untuk menyayangi diri sendiri.
Berikutnya, pastikan kamu mengonsumsi makanan yang bergizi dan rutin lakukan olahraga. Yang simpel-simpel aja, dan nggak harus bayar mahal. Jalan santai, jogging, atau yoga di rumah juga bisa.
Bicara soal kesehatan mental, fisik, dan finansial, dalam rangka ulang tahunnya yang ke-18, QM Financial punya banyak sekali program menarik buat kamu loh! Mulai dari promo yang diperpanjang, kelas-kelas gratis yang bisa diikuti oleh siapa saja, sampai konser mini!
Penasaran enggak sih? Makanya, follow akun Instagram QM Financial ya, untuk detail seluruh acaranya. Nantinya, juga akan ada liputan di website ini kok, jadi tak perlu khawatir ketinggalan.
So, terima kasih sudah menjadi bagian dari QM Financial selama 18 tahun ini, dan memperbolehkan QM Financial menjadi saksi perjalanan keuangan kamu. Stay safe, stay sane, and stay healthy mentally, physically, and financially!
Pasangan Suami Istri Sandwich Generation Harus Tahu Fakta Ini!
Menjadi sandwich generation itu sudah berat, apalagi kalau status kita sudah berpasangan suami istri. Karena itu, tak heran generasi milenial disebut sebagai generasi yang berbeban berat dan rentan stres.
Dan, hal ini akan terasa lebih berat lagi ketika kita sudah berkeluarga.
Ya, wajar sih. Pasalnya, kebutuhan untuk keluarga pastilah akan lebih besar lagi ketimbang saat kira masih single. Ditambah lagi dengan adanya anak.
Tapi, apa sih sandwich generation itu? Siapa saja yang termasuk di dalamnya? Lalu, apa yang menyebabkan suami istri bisa menjadi sandwich generation?
Sebelum lanjut, simak dulu yuk, podcast berikut ini.
Nah, sudah jelas ya, apa itu sandwich generation?
Sandwich generation itu adalah kamu yang hidupnya kejepit, antara menanggung kebutuhan hidupmu sendiri (dan keluargamu), dan juga kebutuhan hidup keluarga besarmu—a.k.a orang tuamu.
Apa Penyebab Sandwich Generation?
Ya, sebenarnya apa sih yang bisa menyebabkan sandwich generation ini? Ada setidaknya beberapa faktor, misalnya seperti usia pernikahan yang mundur, sehingga ketika orang tua sudah masuk masa pensiun, anak-anak masih harus sekolah. Saat anak-anak sudah mandiri, orang tua ternyata sudah gagal pensiun sejahtera.
Tetapi sepertinya faktor terbesarnya adalah kurangnya persiapan untuk pensiun dari generasi sebelumnya.
Nyatanya, ada survei juga yang mengungkap bahwa 73% masyarakat memilih untuk bergantung saja pada orang lain—terutama anak-anak mereka—di masa pensiunnya. Hanya 9% saja loh, yang siap untuk pensiun mandiri.
Beban Berat Para Sandwich Generation
Ada satu fakta yang belum banyak disadari hingga saat ini. Mari kita lihat saja dari tradisi yang sudah ada secara turun temurun.
Dalam konteks sebagai sandwich generation, di zaman sekarang cukup lazim ditemukan kelurga dalam satu rumah terdiri atas 3 generasi, yaitu generasi suami istri, generasi anak, lalu generasi orang tua bapak dan/atau ibu.
Sementara sudah banyak perempuan berkeluarga yang memilih untuk tetap bekerja, tetapi tanggung jawab pengasuhan anak dan perawatan orang tua akan tetap lebih banyak ada di pundak para istri.
Sebenarnya, banyak juga suami yang bersedia kebagian peran di sini, tapi tetap saja porsinya lebih banyak pada istri. Sedangkan para suami akan lebih banyak menghabiskan waktu dengan mencari nafkah bagi keluarga.
Jadi, bisa dibilang nih, istri sudah pasti bertanggung jawab terhadap pengasuhan anak. Namun, dalam rumah yang berisi 3 generasi itu, tak hanya pengasuhan anak, perempuan (baca: istri) jugalah yang akan merawat orang tua.
Beban pada Istri (?)
Ada penelitian yang menyatakan, bahwa beban perempuan yang sudah menikah itu lebih besar ketimbang pria, meski sama-sama sandwich generation dan sama-sama bekerja. Kok bisa?
Hal ini diungkapkan oleh Cara Williams, yang bekerja di Labour and Household Surveys Analysis Division, dalam jurnalnya yang dirilis tahun 2004, yang menyatakan bahwa beban seorang istri lebih besar daripada suami di dalam keluarga, meski dua-duanya merupakan sandwich generation. Dan, masih banyak yang percaya, bahwa kondisi suami istri sandwich generation ini masih relevan sampai sekarang.
Cara Williams, masih dalam jurnalnya, membagi kegiatan merawat dan mengasuh keluarga ini dalam 4 kategori, yaitu:
- Perawatan dalam rumah, misalnya menyiapkan makanan, membersihkan rumah, dan lain sebagainya
- Aktivitas di luar rumah, seperti membersihkan pekarangan, memperbaiki rumah, dan sebagainya.
- Transportasi, seperti mengantar kontrol ke dokter, berbelanja, antar jemput, dan sebagainya.
- Kebutuhan pribadi, seperti memandikan, memakaikan baju, dan lain sebagainya.
Kalau dicermati, para suami akan banyak berperan pada kategori transportasi dan sebagian aktivitas di luar rumah. Sedangkan istri biasanya akan punya peran pada perawatan dalam rumah, sedikit aktivitas di luar rumah, dan kebutuhan pribadi. Ini baik berlaku untuk perawatan anak maupun orang tua. Ditambah lagi juga ada kewajiban untuk merawat suami, betul?
Dengan demikian, istri—baik yang tinggal di rumah maupun yang bekerja di luar rumah—tetap akan menghabiskan waktu mengurus anak dan orang tua dengan jumlah waktu yang dua kali lipat lebih besar daripada suami. Hal ini juga menjadi kesimpulan dari penelitian Cara Williams.
Nah loh, berarti apakah benar beban istri lebih besar dalam keluarga sandwich generation? Bisa jadi.
Meski demikian, tanpa membesarkan peran satu pihak dan mengecilkan peran pihak yang lain, sudah sewajarnya bagi pasangan suami istri untuk bekerja sama memutus mata rantai sandwich generation ini. Jangan korbankan masa depan anak kita, hanya karena kita yang tidak mandiri.
Solusi Menghentikan Sandwich Generation
Lalu, seperti apa solusinya bagi suami istri yang sama-sama sandwich generation ini?
Mempersiapkan masa pensiun dengan baik adalah satu solusi penting yang harus kita lakukan untuk memutus mata rantai sandwich generation ini. Selain itu, komunikasi juga menjadi hal yang penting, apalagi jika pasangan suami istri sama-sama merupakann sandwich generation. Pembagian peran yang jelas dan adil akan membawa beban tanggungan menjadi lebih ringan.
Selain itu, tentunya, meningkatkan keterampilan mengelola keuangan rumah tangga kedua suami istri.
Nah, soal yang terakhir ini, kamu perlu ajak pasangan kamu untuk belajar bareng. Sama-sama sibuk? Tenang, karena QM Financial punya kok cara belajar asyik buat kamu dan pasangan, tanpa terpatok waktu dan bisa dilakukan secara mandiri. Modulnya lengkap, dan mudah diikuti.
Yuk, bergabung dengan kelas QM Financial di Udemy, Journey for Married Couples.
Enaknya belajar di Udemy, kamu enggak terikat oleh waktu. Kamu bisa mempelajari semua materi kapan pun, karena aksesnya lifetime untuk sekali pembayaran saja.
Asyik kan?
Yuk, belajar bareng di Udemy. Tim QM Financial tunggu di sana ya!
Instrumen Investasi Risiko Ekstrem Tinggi, Cocokkah untuk Karyawan?
Instrumen investasi risiko ektrem tinggi sedang naik daun. Apalagi di kalangan anak muda, tak ketinggalan para karyawan. Namun, karena kondisinya yang sangat fluktuatif, maka ada baiknya bagi kamu untuk selalu berhati-hati, jika kamu memang berniat untuk menjadi investor maupun trader untuk instrumen ini.
Salah satu instrumen yang sekarang lagi nge-hype banget adalah aset kripto, mulai dari berbagai mata uang digitalnya—bitcoin, dogecoin, shiba inu, solana, dan sebagainya—juga nft art yang kini juga semakin digemari.
Aset kripto sangat berbeda dengan investasi komoditas lain. Emas, misalnya, yang meski memang fluktuatif, tetapi perubahan harganya tidak drastis. Aset digital, seperti mata uang kriptonya tersebut, bisa terbang—alias to the moon—ataupun anjlok besar, alias mengalami dip.
Aset kripto memang sangat reaktif terhadap segala apa pun yang terjadi. Bahkan sebuah cuitan di Twitter saja bisa melambungkan ataupun mengempaskan nilai suatu aset kripto.
Jadi, gimana dong? Apakah sebaiknya instrumen investasi risiko ekstrem seperti aset kripto ini dijauhi? Apalagi untuk karyawan—yang gajinya mesti diatur dengan saksama, supaya semua kebutuhan dan tujuan keuangan bisa terwujud dengan baik?
Investasi/Trading Aset Instrumen Risiko Ekstrem untuk Karyawan: Yay or Nay?
Salah satu hal yang belum ada atau belum pasti pada aset kripto adalah soal regulasi.
Di Indonesia, mata uang kripto tidak diakui sebagai alat pembayaran yang sah, tetapi merupakan komoditas yang dapat diperjualbelikan. Saat memperdagangkan aset kripo itulah, kita bisa mendapatkan keuntungan dari selisih harga jual dengan harga belinya.
Dikutip dari website Komisi Aparatur Sipil Negara, OJK pernah merilis data di bulan Mei 2021 yang lalu, bahwa banyak ASN, terutama di daerah, yang telah berkenalan dengan cryptocurrency ini, dan kemudain memanfaatkannya sebagai instrumen investasi. Rerata tergiur karena iming-iming return yang bisa mencapai 300% dalam satu tahun.
Namun, sayangnya, tak sedikit pula yang akhirnya justru tertipu, karena malah jadi terlibat investasi bodong atas nama aset kripto.
Sebagai karyawan—termasuk para ASN—memang disarankan untuk berinvestasi. Selain sebagai stream income tambahan yang tidak akan mengganggu tugas pekerjaan utama, tetapi juga sebagai salah satu upaya untuk mempersiapkan dana pensiun.
Selama ini, memang diperkenalkan berbagai instrumen investasi yang bisa dimanfaatkan untuk berbagai tujuan bagi para karyawan dan ASN. Mulai dari investasi logam mulia, deposito, reksa dana, dan saham, hingga sekarang makin banyak muncul jenis instrumen investasi yang lain. Salah satunya adalah instrumen investasi risiko ekstrem, seperti aset kripto ini.
So, apakah karyawan boleh memanfaatkan kripto sebagai salah satu instrumen untuk wujudkan tujuan keuangan?
Jawabannya, kenapa tidak? Tentu saja boleh, tetapi ada beberapa hal yang perlu diperhatikan jika memang ingin memanfaatkan instrumen investasi supertinggi risiko seperti kripto ini.
1. #TujuanLoApa
Adalah penting untuk mengawali segala aktivitas keuangan dengan bertanya pada diri sendiri: #TujuanLoApa?
Begitu juga ketika kita ingin ikut berinvestasi di aset kripto? Tujuan investasinya apa? Memang mau mengembangkan dana yang kita miliki, ataukah hanya ikut-ikutan?
Lead trainer QM Financial, Ligwina Hananto, pernah menegaskan dalam salah satu sesi webinar, bahwa ada perbedaan besar mengenai trading dan investasi. Untuk trading, kita memang harus punya keterampilan untuk mengambil keputusan cepat, dan selalu memantau pergerakannya, agar bisa mendulang keuntungan.
Sedangkan, untuk berinvestasi, waktu untuk menganalisisnya akan membutuhkan waktu yang lebih panjang, dan pertimbangan yang matang.
Jadi, kembali lagi ke #TujuanLoApa, tak ada yang melarang untuk berinvestasi aset kripto.
2. Sesuai kemampuan
Karena risikonya yang sangat ekstrem, maka disarankan untuk menggunakan dana ‘dingin’, yang kalau dipakai tidak akan mengganggu kebutuhan lain yang penting untuk sehari-hari.
Sesuaikan dengan kemampuan, karena tak ada gunanya juga kalau berinvestasi berlebihan. Yang ada malah keseimbangan kondisi keuangan bisa terganggu. Apalagi instrumen investasi risiko ekstrem ini sangatlah fluktuatif. Hari ini bisa saja dapat imbal Rp5 juta, dan besok harinya langsung rugi puluhan juta.
Kebayang, kalau yang diinvestasikan adalah dana darurat, dana pendidikan, atau bahkan uang belanja yang mau dipakai untuk belanja susu buat anak.
3. Kelola emosi
Investor yang memaksakan diri berinvestasi pada instrumen risiko ekstrem bisa jadi akan mengalami stres, karena harus mengharapi roller coaster harga yang bergerak aktif, bahkan dalam hitungan jam dan menit.
Tanpa pengelolaan emosi yang baik, pastinya ini akan jadi stres tersendiri buat investor.
Apalagi untuk karyawan, yang sehari-hari sudah sibuk dengan berbagai tugas. Harus ditambah dengan monitor pergerakan nilai aset kripto supaya dapat menjaganya agar tetap dapat memberikan keuntungan, kira-kira sanggup enggak ya?
Jadi, kesimpulannya, boleh-boleh saja kok kalau memang memutuskan untuk memasukkan instrumen investasi risiko ekstrem seperti kripto ke dalam portofolio. Namun, harus sadar betul risikonya, dan juga paham betul cara kerjanya.
Kalau memang bisa memantaunya di tengah kesibukan sehari-hari, ya kenapa enggak? Ya kan? Jangan lupa untuk pastikan jaring penyelamatmu—yang terdiri atas dana darurat dan asuransi—sudah aman semua ya.
Yuk, belajar lebih banyak tentang instrumen investasi, mulai dari yang rendah risiko hingga tinggi risiko, dan bagaimana strategi terbaiknya demi terwujudnya tujuan keuangan.
Kesemua hal tersebut bisa dipelajari bersama QM Financial dalam sebuah training karyawan yang dikemas interaktif dengan silabus yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Hubungi kami melalui WhatsApp ke 0811 1500 688. Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas finansial online terbaru.