Pelonggaran Terjadi, Perencanaan Keuangan Seperti Apa yang Cocok untuk Era Pascapandemi?
Ini berita baik memang, ketika sejumlah daerah di Indonesia sudah mulai melonggarkan pembatasan akibat pandemi. Bahkan secara nasional sendiri pun, Indonesia sudah membuka gerbang bagi warga negara asing. Pemulihan ekonomi secara bertahap terjadi, dan jadi PR lagi nih soal perencanaan keuangan pribadi kita supaya bisa beradaptasi lagi dengan masa yang baru.
Di awal pandemi, sebagian dari kita harus membolak-balikkan rencana keuangan, gara-gara kondisi yang berubah. Kemudian, ketika virus corona sudah mulai dapat dikendalikan—meski belum sepenuhnya terjinakkan—kita juga harus melakukan review terhadap perencanaan keuangan kita lagi.
Ya, memang harus begitu. Pasalnya, hidup kita kan dinamis, rencana harus bisa mengikuti kondisi ketika kita harus menjalani hidup. Enggak masalah rencana terus berubah, yang penting tujuannya pasti dan kita fokus pada tujuan tersebut.
Setuju nggak?
So, buat kamu nih, mungkin bingung juga. Mesti apanya nih yang diulik? Perencanaan keuangan seperti apa yang cocok untuk sekarang? Yuk, ikuti beberapa tip berikut.
Perencanaan Keuangan di Masa Pascapandemi
1. Personal finance is very personal
Pertama, kamu harus selalu ingat, bahwa personal finance is very personal. Tidak pernah ada solusi atau rencana keuangan yang bisa berlaku sama untuk semua orang. Setiap orang punya kebutuhannya masing-masing, dengan kondisi masing-masing juga.
Karena itu, untuk pertanyaan perencanaan keuangan seperti apa yang cocok dijalankan di masa pascapandemi? Jawabannya, tergantung kondisi pribadi masing-masing.
So, silakan dicek beberapa hal berikut:
- Berapa penghasilanmu saat ini? Bagaimana kondisinya dibandingkan sebelum dan selama pandemi kemarin? Apakah ada grafik yang bagus?
- Berapa pengeluaranmu saat ini? Bandingkan juga dengan kondisi sebelum dan selama pandemi, seperti halnya penghasilan.
- Bagaimana rasio utang, menabung, dan likuiditasmu? Apakah masih dalam batas ideal?
Jawaban-jawaban dari pertanyaan di atas akan memberimu gambaran, perencanaan keuangan seperti apa yang harus kamu miliki ke depannya. Kamu bisa melakukan financial check up lagi untuk memastikannya.
2. Buat yang realistis
Tak perlu terburu-buru, buatlah perencanaan keuangan yang sesuai dengan kemampuanmu. Misalnya gimana?
Misalnya, jika saat ini penghasilanmu belum benar-benar pulih, maka kamu tak perlu memaksakan hal-hal yang di luar kemampuanmu. Jika memang perlu, buatlah tujuan-tujuan jangka pendek saja dulu. Mungkin tiga bulan ke depan, atau enam bulan ke depan? Bahkan untuk satu bulan ke depan pun enggak masalah. Yang penting, setiap rencana harus bisa kamu realisasikan, karena memang sesuai dengan kemampuan.
Mungkin teman-temanmu sudah mulai berencana untuk liburan ke luar negeri. Jika memang kamu belum mampu, maka kamu tak perlu ikut membuat rencana yang sama. Mungkin akan lebih baik bagi kamu untuk mengembalikan dulu dana darurat yang kemarin sempat terpakai di masa krisis. Atau mungkin akan lebih bermanfaat kalau kamu mulai membeli polis asuransi jiwa sekarang, kalau kemarin belum punya.
Tetap ingat ya, biaya hidup bisa diatur, gaya hiduplah yang mahal.
So, pastikan sekarang kamu memiliki perencanaan keuangan yang lebih baik daripada sebelumnya. Tambahkan pos kesehatan secara tersendiri jika perlu, karena ini adalah pos yang sekarang harus menjadi prioritas utama kita.
3. Tetap perhatikan jaring pengamanmu
Ngomong-ngomong soal dana darurat, bagaimana kondisinya? Apakah kemarin memang sempat terpakai di masa krisis? Kalau iya, kamu harus bersyukur bahwa kamu memilikinya. Sekarang, waktunya untuk memulihkannya lagi.
Kalau tadinya belum ideal, coba sekarang fokus supaya bisa mencapai jumlah dana darurat ideal.
Begitu juga dengan asuransi. Coba cek apakah masih bisa meng-cover kebutuhanmu? Pastikan kamu paham betul apa yang ada dalam polis asuransi ya, terutama terkait coverage perlindungannya. Jangan sampai kamu merasa “tertipu” pada akhirnya, hanya karena kamu enggak membaca polis dengan saksama.
4. Apa kabar utang?
Pastikan pembayaran utang tetap menjadi prioritas utamamu. Pastikan rasio utang masih dalam batas ideal ya, yaitu maksimal 30% dari penghasilan.
Jika memang belum memungkinkan, jangan membuat utang baru. Lebih baik fokus untuk menyelesaikan utang yang sudah ada.
5. Mulai gas investasi lagi!
Yang terakhir, yuk, gas investasi lagi! Pastinya ini kalau kondisimu sudah memungkinkan ya, artinya dana darurat, asuransi, dan cicilan utang sudah aman, juga kamu sudah mengalokasikan biaya kebutuhan hidup.
Dengan demikian, tinggal alokasi investasi nih, kalau bisa ditambah lagi ke depannya. Sekali lagi, sesuaikan dengan kondisi dan situasi kamu sendiri.
Nah, gimana? Sudah siap menghadapi masa-masa pascapandemi. Semoga perekonomian kita semua segera pulih seperti sedia kala, bahkan lebih baik lagi ya!
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Nggak Cuma Saham, 5 Instrumen Investasi Populer Ini Juga Menguntungkan!
Semakin banyak orang sadar akan pentingnya berinvestasi, tentu hal ini sangat bagus. Dan, hal ini pun didukung oleh ekosistem keuangan sendiri yang sekarang semakin berkembang dan memudahkan. Berinvestasi tak lagi sulit, bahkan semudah menggerakkan jempol belaka. Hal ini pun membuat beberapa instrumen investasi ikut menjadi populer. Salah satunya adalah saham.
Dikutip dari Katadata, sampai dengan akhir Agustus 2021, terdapat 2.6 juta lebih single investor identification (SID) khusus saham tercatat di Bursa Efek Indonesia. FYI, jumlah SID akhir tahun 2020 itu “hanya” sebanyak 1.6 juta. Ini artinya ada peningkatan sebesar 53% lebih.
Apa yang menyebabkan semakin banyak investor saham terdaftar di Bursa Efek Indonesia? Lagi-lagi dikutip dari artikel yang sama, hal ini ternyata didorong optimalisasi digital yang telah dilakukan yang dilakukan oleh seluruh elemen dalam pasar modal sejak 2019.
Tak hanya menambah jumlah SID saja. Penetrasi digital di bidang keuangan juga menggeser demografi. Data Juli 2021 dari BEI menyiratkan ada pergerakan usia investor ke yang lebih muda, karena sekitar 80% investor di bursa saat ini merupakan milenial dan gen Z.
Instrumen Investasi Saham sebagai Satu-Satunya Pilihan (?)
Ini tentu merupakan pertanda baik, ya kan? Saham semakin digemari, semoga saja diiringi dengan pemahaman dan pengetahuan yang cukup juga.
Sepertinya popularitas saham juga ikut terdongkrak karena media sosial sih. Sekarang banyak banget infulencer investasi—khususnya saham—yang suka sharing di media sosial. Followernya pun luar biasa. Sampai ratusan ribu, bahkan sudah ada yang mencapai jutaan. Keren bangetlah, pokoknya!
However, tahukah kamu, bahwa saham bukanlah satu-satunya pilihan instrumen investasi yang bisa kita miliki?
Loh, memangnya perlu juga instrumen yang lain? Saham kan sudah menawarkan banyak keuntungan? Auto tajir deh, kalau bisa investasi saham dan bisa dapatkan keuntungan!
Ya, memang benar. Saham menawarkan imbal yang tinggi, bahkan bisa sampai sekian ratus persen! Namun, kamu juga harus ingat, bahwa instrumen investasi dengan imbal tinggi biasanya juga akan disertai tingkat risiko yang juga tinggi. Nah, inilah yang harus kamu kelola dengan baik. Caranya, adalah dengan mengombinasikan beberapa jenis instrumen investasi dengan tingkat risiko dan imbal yang bervariasi, agar hasilnya bisa optimal. Tentu saja, harus disesuaikan dengan tujuan keuanganmu, serta profil risikomu.
Berikut beberapa instrumen investasi selain saham yang bisa kamu pilih.
1. Deposito
Deposito merupakan salah satu instrumen investasi yang cukup populer juga di kalangan investor sekaligus awam. Bagi yang masih pemula, dan baru saja memulai perjalanan investasinya, deposito bisa menjadi titik awal yang bagus.
Dijamin oleh negara melalui LPS (Lembaga Penjamin Simpanan) sampai nominal Rp2 miliar, tingkat risiko deposito relatif sangat rendah, apalagi jika dibandingkan dengan saham. Tingkat pengembaliannya juga relatif tetap, sehingga bisa dipastikan kamu mendapatkan imbal secara teratur sesuai kesepakatan.
Dengan demikian, instrumen ini sangat cocok dikombinasikan dengan saham dalam portofolio investasi kamu.
2. Logam mulia
Logam mulia dalam hal ini emas, yang kamu beli secara legal dari Antam, Pegadaian, atau sejenisnya.
Emas logam mulia dikenal sebagai safe haven, surga penyelamat bagi para investor. Ingat ketika awal masa pandemi, ketika secara drastis indeks harga saham global anjlok dan tertekan? Harga emas pun melambung tinggi, karena para investor beralih ke emas, demi menyelamatkan aset masing-masing.
Seperti halnya saham, emas juga merupakan instrumen investasi yang cocok untuk jangka panjang, lebih dari 5 tahun.
3. Reksa dana
Buat kamu yang pengin memberi keseimbangan terhadap nilai portofolio investasi, kamu bisa mengombinasikan saham dengan reksa dana.
Reksa dana sendiri ada 4 jenis, yaitu reksa dana pasar uang, reksa dana pendapatan tetap, reksa dana campuran, dan reksa dana saham, yang masing-masing memiliki karakter sendiri-sendiri terutama terkait tingkat risikonya.
Instrumen ini relatifnya akan lebih rendah risiko dibandingkan dengan kalau kamu mengelola sendiri investasi saham maupun obligasi, karena di sini ada peran manajer investasi yang secara profesional terus melakukan analisis dan pantauan terhadap pengembangan dana yang dilakukan.
4. Obligasi
Obligasi artinya surat utang. Ada beberapa jenis obligasi yang biasanya ditawarkan sebagai instrumen investasi, tapi yang terpopuler adalah obligasi negara dan obligasi korporasi.
Dari tingkat risikonya, obligasi negara lebih rendah risiko daripada obligasi korporasi. Pasalnya, obligasi negara dijamin oleh pemerintah, dan sejauh ini pemerintah belum pernah gagal bayar.
Obligasi menawarkan imbal yang teratur juga, seperti halnya deposito. Bahkan besaran kuponnya biasanya ditawarkan lebih tinggi daripada bunga deposito.
5. P2P Lending
Instrumen terakhir ini merupakan salah satu hasil perkembangan teknologi keuangan dewasa ini. Jadi memang masih sangat baru.
Meski masih gres, tapi imbal yang ditawarkan juga lumayan loh. Cara kerja P2P Lending ini mirip dengan marketplace tempat kita biasa belanja online, yaitu mempertemukan antara “pembeli” dan “penjual”. Namun, kalau di P2P Lending, “pembeli” adalah pemberi pinjaman, sedangkan “penjual” adalah pihak-pihak yang membutuhkan pinjaman dana.
Tak hanya perorangan atau individu, banyak peminjam dana yang berasal dari kalangan UMKM loh! Mereka ini membutuhkan tambahan modal untuk pengembangan dan pengelolaan bisnisnya, tetapi umumnya tidak dapat terlayani di bank karena satu dan lain sebab.
Pastikan saja, kamu hanya mengembangkan dana di platform P2P Lending yang terdaftar dan berizin di OJK ya, untuk menjamin dana pinjamanmu sendiri.
Ada Instrumen Investasi Lainnya?
Oh, jelas ada.
Cryptocurrencies, salah satu yang lagi naik daun banget belakangan. Meski sebagian menganggap crypto tidak termasuk instrumen investasi melainkan komoditas yang hanya bisa diperjualbelikan dalam jangka waktu pendek, tetapi nyatanya banyak yang sudah mengantongi keuntungan dari cryptocurrencies yang berfundamental bagus.
Ini juga instrumen yang masih sangat baru, sehingga perkembangannya perlu dipantau dengan lebih saksama. Lagi pula, sifatnya yang terdesentralisasi membuatnya jauh dari jangkauan otoritas mana pun di dunia ini, sehingga tanggung jawab risikonya benar-benar ada pada diri kita sendiri.
Instrumen investasi lainnya juga masih banyak yang bisa jadi opsi loh. Misalnya seperti investasi properti; bisa jadi tanah dan bangunan, juga seperti bisnis dan royalti.
Apakah harus punya semua? Tentu tidak. Kamu yang tahu kebutuhanmu, kamu juga yang menentukan, instrumen mana yang bisa melayani kebutuhanmu dengan baik.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Token Squid Game dan Kasus Rug Pull: Tak Hanya Melek, Kita Juga Harus Smart Keuangan!
Squid Game memang viral banget. Bahkan setelah satu bulan lebih dari mulai penayangan perdana, masih saja jadi buah bibir di mana-mana. Sampai-sampai merambah ke dunia crypto juga loh, dengan dikembangkannya token khusus berkonsep crypto play to earn, yang disebut dengan token Squid.
Seperti halnya proyek-proyek yang lain, pihak pengembang token Squid Game juga membuat whitepaper yang berisikan penjelasan, cara kerja, dan tujuan dibuatnya token ini. Dan ajaibnya, hanya dalam hitungan detik saja, token ini sold out.
Dengan konsep play to earn, para (calon) pemain menyetorkan sejumlah dana, dengan alokasi 10%-nya diserahkan pada pengembang sebagai biaya pengembangan token, sedangkan sisanya diinvestasikan sebagai reward bagi para pemenang.
Semakin banyak orang yang mau bermain, maka hadiah juga akan semakin besar. Nggak ada risiko kematian, begitu janjinya. Risiko terbesarnya adalah kehilangan uang, kalau kalah dalam permainan. Namun, kegembiraan dalam bermain games akan bisa membuat orang tetap merasa asyik, selain juga tetap ada peluang ketika kita bisa mendapatkan reward.
Sebenarnya konsep play to earn ini sudah cukup jamak dijumpai di dunia crypto. Sejumlah pengembang sudah mengeksekusi konsep ini menjadi sebuah platform, dan terbukti cukup digemari. Salah satu yang terpopuler saat ini adalah Axie Infinity. So, kalau melihat sekilas, orang memang akan menganggap proyek ini akan cukup menguntungkan. Ditambah dengan demam Squid Game yang belakangan melanda dunia, jadilah kombo yang cukup menggiurkan potensinya.
Mimpi Buruk Token Squid Game Dimulai: Bukan Membawa Kematian, Tapi …
But then again, kita memang harus waspada terhadap apa pun yang belum ada jejak-jejak nyatanya. Begitu juga persoalan token crypto ini.
Meski konsep play to earn sudah cukup familier di kalangan para penggemar crypto, tapi sebenarnya gejala-gejala kurang beres sudah cukup terlihat juga di awal pengembangan token Squid Game ini. Terutama, dalam whitepaper yang dipaparkan, bahwa ada skema penghimpunan dana melalui investasi modal, tetapi tidak ada klausul tentang penjualan kembali token tersebut.
Token Squid Game melambung ke harga US$ 2.856 pada titik tertingginya. Chartnya meroket sampai 132.000 persen dalam beberapa hari. Namun tak lama to the moon, token Squid Game tiba-tiba ramai dilaporkan sebagai scam. Lebih khusus lagi, modusnya adalah skema rug pull.
Dilansir dari situs koinpro.co, rug pull punya pengertian sebagai berikut:
Tindakan kecurangan yang dilakukan di aset kripto. Tindakan ini dilakukan oleh developer aset kripto dengan cara membuat sebuah proyek palsu lalu setelah menghimpun dana dari para investor, dia melarikan diri dengan semua dana yang diperoleh.
Pengembang token Squid Game ini, menurut laporan Gizmodo, telah membawa kabur dana investor sejumlah Rp48 miliar, dari hasil preordernya. Tak ayal, di hari Selasa pagi tanggal 2 November 2021, token Squid Game jadi nyaris tak berharga lagi. Harganya anjlok hingga 1 sen saja per tokennya.
Bukan kematian fisik ternyata yang dibawa oleh Squid Game satu ini, melainkan kematian finansial.
Moral of The Story dari Token Squid Game
Dilansir dari situs Detik Finance, investor token Squid Game saat ini benar-benar kalang kabut. Salah satu investor bahkan mengaku sudah menanamkan seluruh tabungannya yang berjumlah US$ 28.000 atau Rp397,6 juta (kurs Rp 14.200) untuk token Squid Game ini. Sekarang, ia sungguh tak tahu apa yang harus dilakukan. Kasihan ya?
Jadi apa yang dapat kita pelajari dari scam token Squid Game ini? Yang pasti, melek keuangan saja enggak cukup sekarang. Kita juga harus smart keuangan!
1. Jangan FOMO
FOMO, atau fear of missing out, memang jadi penyakit yang sangat kronis di dunia investasi belakangan.
Kamu tentu masih ingat, bagaimana orang-orang heboh membeli saham emiten sektor kesehatan di awal pandemi, karena dinilai prospektif. Namun, sayangnya, nilai saham justru anjlok tak lama kemudian. Mereka yang mendadak jadi investor dan menggunakan dana ‘panas’ sudah pasti kalang kabut.
Sungguh, dunia investasi bukanlah dunia yang tepat bagi orang-orang yang hobi FOMO. So, kalau mau investasi, pastikan kamu sudah meninggalkan hobi satu ini.
2. Sadari bahwa selalu ada risiko di setiap instrumen
Kamu pasti juga sadar bahwa akan ada risiko di setiap instrumen investasi, ya kan? Tapi, sudah pasti harus sepadan dengan keuntungan yang juga berpotensi untuk didapatkan.
Jika memang kamu adalah tipe investor agresif, tetap saja banyak perhitungan yang harus dilakukan. Investasi tidak akan bisa sukses jika kamu lakukan dengan membabi buta. Investasi di cryptocurrency saat ini masih termasuk berisiko ekstrem. So, pastikan dirimu siap benar-benar.
Selalu lakukan analisis dan riset terhadap instrumen-instrumen yang menarik perhatianmu. Terutama, cek rekam jejaknya.
3. Sehatkan dulu keuanganmu
Mau investasi di instrumen apa pun, selalu sehatkan dulu keuanganmu ya. Jangan berinvestasi melebihi kemampuan. Kan, ada alokasi khusus untuk investasi, yaitu minimal sebesar 10% dari penghasilan.
Jangan mempertaruhkan seluruh aset demi satu jenis instrumen yang baru muncul, bahkan jejak rekamnya belum ada sama sekali, hanya karena isu dan kabar kabur. Boleh kok, kalau mau nyobain, tapi pastikan kamu pakai dana yang memang kamu siap untuk kehilangan nantinya jika ada risiko yang terjadi.
So, be wise.
Nah, makanya. Yuk, belajar keuangan lebih banyak lagi, biar nggak sampai terjadi kematian finansial seperti halnya investor token Squid Game.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Ramai-Ramai NFT Art: Bisa Jadi Opsi Passive Income Loh!
Ngikutin tren akhir-akhir ini soal NFT art? Pastinya ya?
NFT, atau Non-Fungible Token, memang lagi naik daun banget sekarang ini. Artis berbondong-bondong membuat NFT untuk karya-karya mereka. Tak kurang dari Paris Hilton, Lindsay Lohan, Snoop Dog, Ellen Degeneres, Shawn Mendes, Eminem, dan deretan selebritis papan atas dunia lain sudah ikut meramaikan NFT craze belakangan ini.
Jangan-jangan, kamu juga salah satu penikmat NFT ini ya? Mungkin kamu penggemar mereka, atau penggemar karya seni yang lain juga?
Yes, NFT menjadi populer karena banyak alasan. Selain dapat melindungi hasil karya para seniman dan kreator dari pembajakan, NFT juga menjembatani antara penggemar dan idolanya dengan lebih dekat lagi. Karena dengan NFT, para penggemar bisa menikmati karya idolanya secara lebih eksklusif, dan bahkan bisa langsung berhubungan dengan si idolanya tersebut.
Apa Itu NFT Art?
Adalah Beeple, yang bernama asli Mike Winkelmann, yang mengawali seluruh demam NFT arti ini. Melalui pelelangan Christie’s, ia berhasil menjual salah satu karyanya yang bertajuk Everyday’s – The First 5000 Days’ yang berupa kolase dari 5.000 gambar orang yang disusun satu per satu setiap harinya. Nggak kaleng-kaleng, karya tersebut berhasil terjual seharga USD69 juta lebih!
NFT merupakan bentuk aset digital—ini jenis yang berbeda dari mata uang digital seperti bitcoin dkk ya—yang mirip seperti sertifikat digital, yang menunjukkan kepemilikan seseorang terhadap suatu karya. Kepemilikan ini tercatat dalam buku besar blockchain secara permanen. Bisa diperjualbelikan, tetapi tidak dapat dipertukarkan, bentuk NFT bisa beragam banget. Bisa jadi memes, merchandise, memoar, lukisan, tulisan, bahkan sebuah tweet pun bisa dibeli sebagai NFT.
Cara Membuat NFT Art
NFT dibuat, ditransaksikan, dan diakses melalui teknologi blockchain seperti halnya aset digital yang lain. Jika kamu memiliki suatu NFT, maka kamu akan memiliki kode unikmu sendiri. Jadi ya, semacam barang langka yang ada sertifikat keasliannya gitu.
Apakah yang boleh punya NFT art itu hanya para selebritis yang sudah terkenal saja? Enggak juga. Bahkan ada anak usia 12 tahun yang berhasil meraup keuntungan tak kurang dari Rp5 miliar dari hasil menjual karyanya melalui NFT, karena sudah dibeli oleh lebih dari 1.500 orang.
So, kamu juga bisa menjual NFT art, asalkan tahu caranya.
Buat karya senimu sendiri
Token NFT yang tak bisa dipertukarkan ini bisa mewakili bentuk aset digital seperti apa pun. Kamu bisa membuat NFT art dari video, artikel, musik, dan sebagainya. Prinsipnya memang mengubah suatu karya digital menjadi potongan digital yang unik, dan bisa diproduksi tanpa batas.
Siapkan jaringan blockchain
Sebenarnya kamu bisa membuat NFT di jaringan blockchain yang berbeda. Tapi kalau mau lebih simpel, kamu bisa pakai jaringan blockchain milik Ethereum, karena mendukung penuh pengembangan NFT.
Siapkan dompet Ethereum dan juga simpanlah Ether, karena pembuatan NFT butuh biaya dan hanya bisa dibayar menggunakan mata uang digital, yang besarnya bisa fluktuatif tergantung harga operasional hariannya.
Selain di Ethereum, kamu juga bisa membuat NFT art di OpenSea, yang prosesnya gratis karena tokennya dibuat pada jaringan yang sama. So, silakan cari informasi sebanyak-banyaknya dulu ya, sebelum akhirnya memutuskan mau membuat NFT di mana.
Pilih NFT art marketplace
Untuk menjual karyamu, maka kamu butuh lapak digital. Kamu bisa mendapatkannya di marketplace NFT art yang sekarang sudah banyak banget jumlahnya. Ada OpenSea, Rarible, Mintable, dan sederet lagi yang lain.
Intinya crypto wallet kamu harus terhubung dengan marketplace yang dipilih. Ya, mirip dengan marketplace yang biasanya, yang kemudian kamu hubungkan dengan dompet digital.
Membuat NFT art
Nah, setelah dompet terhubung, dan juga punya modal crypto sesuai yang diminta oleh jaringannya, maka kamu bisa langsung lanjut membuat NFT art kamu.
Biasanya sih, interface-nya juga sudah cukup user friendly, sehingga akan memudahkan para pemula untuk ikut membuat NFT. Tinggal ikuti saja petunjuknya, karena di setiap jaringan akan sedikit berbeda pula prosedur pembuatannya.
Selanjutnya, kamu boleh promosikan token NFT art yang sudah kamu punya, supaya pada dibeli. Ya, kurang lebih samalah seperti promosi barang di dunia nyata.
Nah, kalau memang karya seni yang kamu buat bisa menarik banyak orang, ini bisa jadi salah satu instrumen passive income yang cukup menguntungkan loh, karena banyak yang memprediksi, ke depannya, perkembangan teknologi blockchain ini akan mengglobal, dan akan menjadi bagian dari hidup kita yang semakin modern. Dengan pengembangan yang masih akan berproses lagi, tentunya hal ini juga bukan hal yang terlalu ngadi-ngadi kan?
Nah, sudah dapat penghasilan tambahan, nantinya jangan sampai lupa untuk mengelolanya dengan baik ya, agar bisa termanfaatkan untuk berbagai tujuan keuanganmu juga.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Mengapa Tidak Semua Tip Investasi yang Beredar di Luar Sana Itu Bisa Dipercaya?
Siapa sih yang enggak mau kaya? Meskipun berulang kali dijelaskan juga sih, bahwa ‘kaya’ itu bukan merupakan tujuan hidup, karena tak terukur dan sangat relatif. Tapi, mau enggak mau, setiap orang bisa jadi berawal dari titik niat ini. Paling enggak, kita penginnya sih bisa membeli apa saja yang kita inginkan, dan ‘menjadi kaya’ adalah solusi yang dirasa paling tepat. Karena itu, berbagai tip investasi pun dilahap, tanpa dicerna.
Nah, memang di situlah kita sering melakukan kesalahan. Perlu kamu catat nih, dengan tujuan ‘menjadi kaya’ saja, justru akan membuatmu rentan terkena scam, penipuan, dan berbagai jenis kejahatan keuangan loh! Termasuk yang “tersembunyi” di balik sebuah tip investasi.
Tapi memang sih, segala iming-iming keuntungan besar—dalam bentuk apa pun—itu akan sangat menggoda iman bagi siapa saja. Seperti para trainer QM deh, pasti juga akan tergoda sesaat ketika ada instrumen yang menawarkan keuntungan yang lebih besar. Hanya saja, karena pengalaman dan pengetahuan yang sudah sangat memadai, para trainer sudah bisa mengalkulasi, sampai seberapa wajar keuntungan sebuah instrumen itu ada. Kalau too good to be true, ya sudah seharusnya dicurigai.
Mengapa Kita Seharusnya Tak Selalu Percaya Tip Investasi
1. Tidak pernah ada jaminan ada keuntungan
Mau seperti apa pun tip investasi yang kamu dapatkan—baik dari membaca buku atau artikel, atau bahkan ikut kelas ataupun webinar—ada satu hal terbesar yang harus selalu kamu ingat: bahwa tidak akan pernah ada jaminan mendapatkan keuntungan untuk jenis instrumen investasi apa pun.
Jadi, kalau ada yang bilang, bahwa kamu pasti akan mendapatkan imbal sebesar 20% per bulan, atau bahwa “setiap orang yang sudah berinvestasi pada instrumen X ini sudah mendapatkan keuntungan sebesar 50%”, maka di sini kamu seharusnya sudah curiga.
Perusahaan sekuritas, broker, dan sejenisnya, sebagus apa pun reputasi mereka, tidak akan ada yang pernah menjanjikan keuntungan pasti, apalagi ditambah dengan durasi yang singkat.
2. Bagaimana reputasi si pemberi tip investasi?
Nah, kalau perusahaan sekuritas, broker, dan sejenisnya—yang telah memiliki jam terbang tinggi dan diakui keahliannya dalam menganalisis instrumen saja—tidak akan berani memberikan kepastian keuntungan, lalu, mengapa kita harus percaya tip investasi dari orang-orang yang rekam jejaknya saja belum pernah terdengar?
Reputasi pihak pemberi tip matters! Kamu harus mencari tahu siapa dia, seperti apa kiprahnya, bagaimana rekam jejaknya, sebelum benar-benar percaya pada tip investasi yang diberikannya. Apalagi kalau sampai yang bersangkutan memberi rekomendasi produk investasi.
Perlu kamu tahu, bahwa perlu sertifikasi khusus loh, untuk bisa memberikan rekomendasi produk investasi itu. Jadi, sebenarnya tak setiap orang boleh melakukannya.
3. Kisah suksesnya hanya settingan
Kamu tahu, apa itu social proofing? Social proofing adalah salah satu taktik marketing ketika seseorang atau pihak tertentu yang sudah sukses memberikan testimoni bahwa mereka telah berhasil melakukannya.
Kalau di marketplace, kita kan sering melihat ada review dan rating kan, kalau membeli barang? Itu adalah salah satu bentuk social proofing. Terus, gimana? Apakah kamu tetap mau berbelanja, kalau rating suatu lapak di sana cuma bintang satu, dan banyak komplain di reviewnya? Enggak kan?
Nah, hal ini juga berlaku di dunia investasi. Sayangnya, tak semua social proofing juga bisa dipercaya, karena testimoni seperti ini bisa saja di-setting.
Social proofing seperti ini membuat kita jadi merasa FOMO, alias fear of missing out; takut ketinggalan tren yang dilakukan orang-orang. Di dunia investasi, hal ini termanifestasi dalam bentuk ketakutan nggak kebagian keuntungan.
Sayangnya, berbagai bentuk isu itu memang membuat story si instrumen investasi semakin legit. Kita pun semakin yakin akan prospeknya—padahal semua itu hanya rekayasa belaka.
Lalu, Apa yang Harus Dilakukan oleh Investor Pemula?
Kalau enggak boleh percaya sama setiap tip investasi yang ada, terus gimana dong kita belajarnya?
Tenang, kamu tetap masih bisa kok membaca-baca, mendengarkan orang lain yang mau sharing, atau ikutan kelas online dan webinar. Namun, do your own research too!
Knowledge is power. Karena itu, kamu bisa belajar dari orang lain, tetapi kamu juga harus memilah, mana yang memang bisa dipraktikkan dan mana yang tidak. Tidak seharusnya kamu hanya membabi buta, mengikuti setiap tren dan kata orang lain yang hanya heboh di permukaan. Apalagi jika pihak yang mengembuskan isu ataupun memberikan tip investasi itu tidak kompeten dalam bidangnya.
Be smart, dan carilah sumber belajar yang benar. Belajarlah dari yang paling dasar dulu, dan tingkatkan seiring pengalaman investasi kamu.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Pensiun dan Tinggal di Rumah Jompo Tak Selalu Buruk, Bahkan Bisa Jadi Pension Dream!
Namanya rumah jompo, yang kemudian terbayangkan pasti adalah sebuah bangunan lawas, tenang, dan sejenisnya. Betul? Penghuninya, sudah pasti, mereka yang sudah lanjut usia dan sudah pensiun dari apa pun profesi mereka sebelumnya.
Mindset kita sendiri juga yang menganggap, bahwa orang-orang yang tinggal di panti jompo adalah mereka yang tidak punya keluarga. Atau, misalnya punya keluarga, ya pasti keluarganya tinggal jauh. Di lain kota, lain provinsi, bahkan mungkin lain pulau dan negara.
Konotasi rumah jompo kadang juga terasa negatif di satu dan lain waktu. Ada anggapan, bahwa anak yang tega membiarkan orang tuanya untuk tinggal di rumah jompo adalah anak yang tak mau berbakti pada orang tua. Parahnya lagi, kadang anak dianggap “membuang” orang tuanya di rumah jompo. Ckckck.
Benarkah demikian?
Rumah Jompo = Rumah Pensiun
Sebenarnya, hal ini digeneralisasi saja. Ada cerita nih. Seorang teman mengaku, bahwa ibunya sendirilah yang meminta untuk tinggal di rumah jompo. Si teman, yang juga sudah berkeluarga sendiri ini, tentu saja kaget ketika mendengar permintaan sang ibu. Ia merasa gagal jadi anak.
Melihat gelagat anaknya yang shock, si ibu justru menghiburnya. Beliau bilang, bahwa beliau tidak mau mengganggu kehidupan anaknya yang sudah berkeluarga, meskipun keluarga anaknya sangat baik padanya.
Sebelumnya, sang ibu adalah seorang perempuan karier yang sukses. Dana pensiunnya sangat cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri, bahkan ketika sang suami meninggal dunia jauh sebelumnya. Bisa dibilang, ia adalah pensiunan mandiri dan sejahtera.
Keluarga anaknya dianggapnya keluarga sendiri, tetapi ia ingin juga memberi ruang lebih leluasa—baik untuk dirinya sendiri, maupun untuk keluarga anaknya. Karena itu, ia meminta untuk tinggal di rumah jompo saja.
Karena dana pensiunnya mencukupi, tentu saja rumah jompo yang dipilihnya bukan rumah jompo sembarangan. Rumah jompo yang dipilihnya bahkan mirip seperti resort hotel; lengkap dengan halaman berpohon palem dan danau buatan.
Niqmat mana lagi yang hendak didustakan, hidup di tempat yang nyaman seperti itu?
Ada lagi nih cerita. Kamu tahu NH Dini? Beliau adalah seorang penulis novel veteran legendaris, yang sudah tutup usia tahun 2018 yang lalu. Meski beliau memiliki dua anak yang bersedia merawat, tapi NH Dini memilih untuk menjual seluruh harta yang dimilikinya, dan hidup di rumah jompo. Di rumah jompo tersebut, kesehatannya justru sangat baik. Sayangnya, beliau mengalami kecelakaan hingga wafat.
Perawatnya mengaku, bahwa Ibu NH Dini tinggal di rumah jompo atas pilihannya sendiri karena ingin tetap hidup mandiri, dan tak mau merepotkan keluarganya.
See? Tak selamanya tinggal di rumah jompo itu berarti “terbuang”. Justru di sana, sebagian dari pensiunan ini bisa hidup di dunianya sendiri yang nyaman.
Kuncinya: Pensiun Sejahtera
Bukan, artikel ini bukan ditulis dengan maksud untuk memprovokasi keributan seputar gaya hidup dan keuangan kok. Justru, artikel ini ingin mengajak kamu untuk mempersiapkan masa pensiun dengan lebih baik. Karena, soal nyaman enggak nyaman hidup kita di masa pensiun, semua tergantung pada persiapan kita menghadapi masa pensiun.
Kuncinya memang pada masa persiapan yang panjang. Banyak hal memang harus disiapkan. Dengan demikian, nantinya, ketika kamu benar-benar pensiun, kamu bisa mewujudkan apa pun pension dreams kamu.
Tinggal di rumah jompo tidak selalu buruk, bahkan bisa jadi salah satu pension dreams. Bahkan, bagi sebagian orang, justru dianggap nyaman. Anak-anak tak “terbebani”, orang tua juga punya ruang gerak sendiri. Soal kesehatan juga lebih terjamin, karena banyak tenaga caregiver yang siap 24 jam di sana. Selain itu, yang lebih penting, kita bisa memutus rantai sandwich generation!
Coba bayangkan seperti ibu si teman di atas. Setiap pagi, beliau bangun di paviliun yang menyerupai cottage di Bali loh! Caregiver-nya selalu siap membantunya menjalani hari-hari, sejak beliau bangun sampai tidur lagi di malam hari.
Dan tentu saja, kalau mau nyaman, biayanya juga sepadan. Begitu juga kalau kita ingin tinggal di rumah jompo untuk melewati masa pensiun. Nah, masalahnya, kita siap atau enggak?
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Parkir Indomaret dan Pengeluaran Kecil yang Sering Lupa Dicatat Bikin Bocor Halus
Nama salah satu franchise minimarket itu tiba-tiba menjadi trending topic di media sosial kemarin. Semua gara-gara sebuah unggahan yang memperlihatkan sebuah spanduk di depan salah satu gerainya, yang menyatakan bahwa parkir Indomaret adalah gratis. Kalau ada yang minta uang parkir, pengunjung minimarket diminta untuk melaporkannya ke polisi.
Bagaimana menurutmu? Apakah kamu juga salah satu dari mereka yang gemash dengan kehadiran tukang parkir, utamanya ketika parkir Indomaret?
Parkir Indomaret dan Keuangan Kita
Terlepas dari pro dan kontra Kang Parkir Indomaret, yang menurut sebagian netizen, sering ghoib—pas kita datang enggak kelihatan, pas kita mau pergi tiba-tiba sudah nongol di belakang kita—uang parkir ini merupakan salah satu pengeluaran kecil yang kadang lolos dari catatan keuangan.
Namun, jangan salah. Misalnya kita pergi ke minimarket itu sehari satu kali, maka kita akan mengeluarkan uang Rp2.000 untuk parkir. Kalau setiap hari kita mampir ke sana untuk beli printilan ini dan itu, maka dalam satu bulan, setidaknya kita bisa menghabiskan Rp60.000. Nah, ini baru kalau sekali sehari. Kalau dalam sehari bisa 2 – 3 kali?
Lumayan juga kan?
Sebenarnya ini juga enggak masalah sih, kalau kita juga sadar akan pengeluaran yang kita lakukan ini. Sayangnya, karena cukup kecil, kita jadi lupa mencatat. Kalau yang berkonsep langganan parkir sih masih mending. Pengeluarannya terlihat dan bisa dimasukkan ke catatan rutin. Tapi, yang hanya seribu dua ribu begini, kan suka keselip. Lalu, di akhir bulan—misalnya—kita heran sendiri, mengapa pengeluaran kita masih saja gede ya?
Itu baru parkir Indomaret, belum parkir di coffee shop, kafe, resto, distro, butik, dan sebagainya. Belum lagi pengeluaran-pengeluaran kecil lainnya yang juga sama-sama enggak kerasa.
Pengeluaran kecil seperti apa sih yang enggak kerasa kita keluarkan dan selalu lupa dicatat di catatan keuangan? Ini dia beberapa di antaranya.
Pengeluaran Kecil selain Parkir Indomaret yang Selalu Lupa Dicatat
1. Ongkos kirim
Beli makanan online, bisa jadi kita mencari yang sesuai bujet. Rp30.000, misalnya. Tapi setelah di-checkout, kok jadi Rp39.000 ya? Iya, ada biaya delivery, alias ongkos kirim, masih ditambah biaya platformnya. “Hanya” Rp9.000 bedanya, tapi kalau sehari pesan makanan online 3 kali? Jadi Rp18.000 juga ya? Satu bulan berapa dong?
Belum lagi soal harganya yang memang lebih mahal sekian persen kalau sudah ada di aplikasi, dibandingkan jika kita takeaways sendiri. Pernah membandingkannya, dan ternyata selisihnya cukup lumayan juga. Ada Rp5.000 bahkan Rp10.000.
Ini juga berlaku kalau kita belanja online di marketplace. Beli barang Rp30.000, ongkos kirimnya Rp22.000. Hampir sama ya, dengan harga barangnya. Kadang sudah memilih yang bebas ongkir sih, tapi ternyata setelah dibandingkan, ternyata harga barangnya selisih juga.
2. Air mineral
Air mineral memang hanya Rp2.000 kemasan 330 ml. Pastinya ya enggak cukup kalau cuma sebotol buat sehari. Bayangkan jika kamu mesti beli 2 – 3 botol setiap hari.
Pernah ngebandingin jika kamu membawa air minum sendiri dari rumah, belum? Merebus air sendiri, atau mungkin beli galon yang besar?
3. Biaya transfer dan admin
Biaya transfer antarbank sekarang sih sudah diturunkan oleh pemerintah menjadi Rp2.500. Sebelumnya sebesar Rp6.500. Lumayan juga kalau dalam sehari kita harus transfer sana-sini, termasuk untuk topup ewallet yang ada biaya adminnya juga.
Misalnya, hari ini harus transfer 5 kali—untuk bayar SPP, topup reksa dana, ke RDN, top up ewallet, bayar ini dan itu—dan semuanya beda bank. Lumayan juga kan?
Dan biaya transfer dan admin ini biasanya juga tak tercatat loh!
Nah, sebenarnya untuk pengeluaran-pengeluaran kecil ini kita pernah bahas dalam artikel Latte Factor loh. Yes, ini dia yang disebut dengan Latter Factor; pengeluaran dan kebiasaan-kebiasaan kecil yang bikin bocor halus. Ya, seperti si parkir Indomaret, air mineral, dan biaya transfer di atas.
Bahkan dari survei salah satu bank, ditemukan fakta bahwa 9 dari 10 orang Indonesia menghabiskan dana sebesar Rp900 ribu untuk Latte Factor ini setiap bulannya.
So, yuk, kendalikan lagi keuangan kita. Catat-catat lagi yang kelupaan belum dicatat, supaya enggak bengek sendiri di akhir bulan karena bocor halusnya banyak.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Kencan Pertama Split Bill? Nggak Masalah, Ini Dia Tip Lainnya yang Bisa Kamu Lakukan
Mau ribet-ribet split bill pas lagi kencan pertama? Ya, enggak apa. Pastinya kamu juga punya alasan tertentu kalau mau split bill sama gebetan. Ya kan? Salah satunya adalah supaya hemat.
Bukan masalah pelit, tapi hemat ini ada kaitannya sama masa depan loh. Jadi, jangan diremehkan atau dibully deh orang yang mau hemat itu.
Tapi, Apa Sih Split Bill?
Berawal dari kegemparan yang terjadi di Twitter ketika seseorang mengaku untuk split bill kala kencan pertama. Sontak, banyak yang menganggap hal tersebut kurang pantas. Mengapa begitu? Karena, meski tak pernah ada aturan tertulis, tapi di kencan pertama adalah wajar bagi pihak cowok untuk membayar seluruh “acara” makan bareng tersebut.
Ditambah lagi dengan “reputasi” kencan pertama itu sendiri yang sangat identik dengan buang-buang uang, alias harus royal. Demi apa? Demi membuat si gebetan terkesan dong. Kalau kencan pertama B aja, terus si gebetan ilfil, gagal deh melepas status jomlo. Huhuhu …
Ya gimana enggak? Kencannya sih mungkin cuma dari pukul 19.00, sampai pukul 22.00. Tapi, mulai dari ngopi dulu, lanjut nonton film (plus camilannya), dan kemudian makan malam bareng, semua ditanggung sendiri. Huhu, kencan semalam ngabisin separuh gaji. Apalagi kalau milih tempatnya yang fancy-fancy.
Jadi, Gimana dong Kencan Pertama Itu Harusnya?
Split bill saat kencan pertama itu nggak masalah kok! Mau bayar sendiri-sendiri, atau mau salah satu yang bayar, semua sah-sah saja. Asal enggak ada yang merasa dirugikan dan sudah sepakat, no big deal kan? Yang penting, jadi kencan dan lancar, karena toh intinya bukan di situ. Betul enggak?
Cara membuat terkesan gebetan itu enggak harus selalu dengan jalan royal kok. Kencan pertama justru jadi awal perkenalan lebih lanjut antara kamu dan dia, dan bisa beri kamu gambaran gimana masa pacaran nanti akan dijalani. Bahkan, kalau memang serius, kamu juga bisa melihat gambaran lebih jauh ke depan lagi.
So, untuk kencan-kencan berikutnya, kamu mau tetap split bill atau enggak, silakan saja didiskusikan dengan gebetan atau pacar kamu. Nah, selain split bill, berikut ini ada juga beberapa hal yang bisa kamu lakukan sebagai tip hemat kencan pertama selain melakukan split bill.
Hemat Kencan Pertama Selain Split Bill
1. Janjian gantian
Misalnya kamu dan dia ada yang enggak sepakat untuk split bill, boleh juga tuh kalau kamu ajak dia janjian untuk gantian bayarin untuk kencan berikutnya.
Selain jadi upaya berhemat saat kencan, ini juga bisa jadi strategi buat lanjut ke kencan kedua, ketiga, dan seterusnya loh. Kamu bisa bilang ke dia, “Yuk, kencan weekend ini. Kamu masih berutang sama aku loh!”
Jadi deh kencan lagi, ya kan?
2. Isi bujet di ewallet
Supaya lebih hemat, kamu bisa bikin bujet dulu. Bahkan kamu juga bisa menabung dulu kalau perlu. Kumpulkan dananya di salah satu ewallet yang sudah kamu gunakan. Lalu, saat kencan pertama tiba, pakai deh dana yang sudah ada dalam ewallet.
Kalau sudah mulai melimit, maka kamu bisa ancang-ancang untuk mengakhiri kencan pertama. Kalau masih berasa kurang lama waktunya, janjianlah untuk melanjutkan kencan di lain hari.
Ingat, kalau memang jodoh, enggak akan ke mana kok. Betul?
3. Pilih tempat kencan yang sesuai kemampuan
Kesalahan sebagian besar orang adalah royal saat masih pacaran, tapi kemudian baru ketahuan kurang sehatnya keuangan pada akhirnya. Hal-hal seperti ini justru harus diwaspadai sejak awal loh. Yes, harus mulai “diselidiki” sejak kencan pertama, kalau perlu.
Banyak kok tempat kencan yang terjangkau, tapi tetap asyik karena dilakukan bersama gebetan. Iya nggak? Misalnya saja, alih-alih ke mal, mendingan langsung menuju ke coffee shop langganan saja. Bisa ngobrol santai, nggak terburu-buru waktu gara-gara ongkos parkirnya per jam.
Kalau dilihat-lihat lagi sih, diskusi keuangan antara pasangan itu bahkan sudah dimulai sejak kencan pertama, betul enggak? Buktinya, soal bayar membayari ini, wajar enggak kalau split bill, dan seterusnya.
Nantinya jika memang lanjut, kamu dan pasanganmu akan lebih banyak lagi berdiskusi soal keuangan ini loh, baik kalian suka atau enggak. Bakalan berpotensi menjadi masalah, kalau sampai kalian tak membiasakannya sejak awal.
So, mau split bill atau enggak, yang penting komunikasikan saja.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Anggaran Belanja Rumah Tangga: Apa Pentingnya dan 4 Langkah Mudah Menyusunnya
Mungkin kamu masih beranggapan, bahwa anggaran belanja rumah tangga itu tak perlu dibuat. Toh, selama ini enggak pakai bikin anggaran, keuangan juga masih aman. Okelah kalau di tanggal tua akhirnya cuma bisa makan mi instan rebus, tapi masih bisa pakai telur kok. Masih enak, dan secara keseluruhan enggak ada masalah yang berarti.
Tapi, sadarkah kamu, bahwa kalau kamu mau membuat anggaran belanja rumah tangga, maka kamu dapat melihat peta kondisi keuanganmu dengan lebih baik, bahkan mungkin di tanggal tua pun, kamu masih bisa loh jajan boba atau pesan makanan online, meski yang sederhana? Bahkan mungkin, kamu enggak akan merasakan ada tanggal tua lagi, karena semua tanggal adalah tanggal muda.
Pentingnya Membuat Anggaran Belanja Rumah Tangga
Apa yang bisa kita harapkan, jika kita sendiri tak mengetahui kondisi keuangan kita? Mau beli sesuatu, kepikiran, duh, bakalan cukup enggak ya, uangnya? Saat butuh sesuatu, juga khawatir, bakalan kehabisan uang. Atau malahan, karena enggak ada anggaran, kita pun jadi over belanja. Lalu yang ada, tanggal tua pun merana.
Padahal hanya dengan satu solusi—membuat anggaran belanja—kamu sebenarnya bisa mengendalikan keuangan rumah tangga dengan lebih baik. Karena alasan-alasan berikut ini.
- Kita jadi tahu secara pasti, berapa banyak uang yang kita miliki. Dengan demikian, kita bisa mengalokasikan sesuai pos kebutuhan kita sendiri juga. Dengan adanya alokasi anggaran, saat kita butuh sesuatu atau membeli sesuatu pun jadi terukur dan bijak.
- Kita juga jadi tahu dengan pasti, berapa pengeluaran kita setiap bulan atau periodenya. Dengan demikian, sekiranya ada pos yang menghabiskan dana terlalu banyak, selanjutnya kita jadi bisa mencari solusi untuk mengatasinya agar tak terulang lagi.
- Kita tahu ke mana saja uang kita pergi, dan kemudian merasa aman karena uang tak sia-sia dimanfaatkan demi kebutuhan kita.
- Kita bisa membuat rencana keuangan lebih detail, dengan susunan prioritas yang pas dengan kebutuhan.
- Kita bisa mewujudkan tujuan keuangan, bahkan bisa jadi lebih cepat, karena rencana keuangan sudah detail dan komprehensif.
- Kita bisa melakukan evaluasi dan kemudian melakukan modifikasi seperlunya, agar target dan tujuan keuangan bisa lebih pasti.
- Menghindarkan diri kita sendiri dari utang yang enggak perlu, karena kita bisa membagi uang yang sudah ada secara proporsional dalam pos-pos pengeluaran yang ada.
Nah, banyak kan, hal yang bisa kamu dapatkan hanya dengan membuat anggaran belanja rumah tangga? Memang mungkin saat ini kamu belum mengalami kesulitan keuangan yang berarti. Namun, kalau hal ini dibiarkan saja, potensi muncul masalah keuangan akan berpeluang semakin besar. Lalu, siapa nanti yang kelabakan?
Yuk, buat anggaran belanja rumah tanggamu, dari langkah sederhana berikut ini.
Langkah Simpel Membuat Anggaran Belanja Rumah Tangga
1. Catat penghasilan
Keluarga kamu termasuk dalam keluarga dengan penghasilan satu sumber, atau beberapa sumber? Jika ada satu sumber, maka tulis sesuai kondisi sebenarnya. Kalau penghasilan didapatkan dari beberapa sumber, tulis juga semuanya ya secara detail.
Bisa jadi selain dari gaji, kamu juga mendapatkan penghasilan dari bisnis sampingan, atau sewa properti, bunga deposito, hingga dividen saham. Semuanya harus dicatat, jangan sampai ada yang ketinggalan ya.
2. Buat daftar semua pengeluaran
Buatlah data pengeluaran yang biasanya terjadi, mulai dari kebutuhan diri sendiri, keluarga, rumah, dan sebagainya. Jangan lupa jika ada tambahan pengurus rumah tangga ya. Juga termasuk cicilan utang, investasi, biaya investasi sosial, hingga jika ada keinginan untuk menjalani gaya hidup tertentu, seperti liburan, untuk ongkos menekuni hobi, dan sebagainya.
Kategorikan masing-masing dalam pos tersendiri. Biasanya sih QM Financial membagi dalam 5 pos besar, yaitu pos kebutuhan rutin, cicilan utang, investasi dan tabungan, sosial, serta lifestyle. Masing-masing punya proporsi sendiri, yang bisa disesuaikan dengan kondisi masing-masing. Tak ada yang salah dalam pembagian pos ini, yang penting, bisa kamu jalani dengan baik dan lancar. Jika kamu merasa kesulitan dengan pembagiannya, kamu bisa sesuaikan lagi gimana enaknya.
Di sinilah catatan keuangan menjadi berperan penting.
3. Asuransi dan dana darurat is a must!
Jangan lupa untuk sisihkan uang membangun dana darurat. Ini sangat penting terutama di saat-saat kondisi krisis dan kritis, dana darurat akan sangat membantu. Kamu bisa tetap menjamin pemenuhan kebutuhan keluarga dengan adanya dana darurat ini.
Juga, jangan lupa miliki asuransi ya. Terutama asuransi kesehatan dan jiwa, jika kamu adalah tulang punggung keluarga.
Masukkan dua hal ini ke dalam anggaran belanja juga, karena kamu akan perlu menyisihkannya setiap bulan.
4. Saldo positif atau negatif?
Nah, sesudah pengeluaran teranggarkan dengan baik, dan ternyata masih ada penghasilan, maka itu artinya arus kas kamu positif, yang artinya sangat sehat.
Waspadalah jika setelah proses pembuatan anggaran belanja ini ternyata menghasilkan saldo negatif. Harus ada yang diulik lagi tuh di bagian pengeluaran, agar bisa lebih hemat. Di sini, kita harus sadar, bahwa bisa jadi masalahnya bukan pada gaji atau penghasilan yang terlalu kecil, tetapi bisa jadi memang gaya hidup yang kita jalani tak sesuai kemampuan.
Arus kas negatif ini rada memalukan untuk diakui, makanya banyak yang denial. Tapi, justru di situlah masalahnya. Kalau kita menerimanya dengan lapang dada, kita malahan jadi bisa berpikir bijak dan objektif untuk mencari solusinya.
So, jika memang saldo kamu negatif, hal pertama yang harus dilakukan adalah menerima kenyataan bahwa kamu sedang mengalami masalah keuangan. Jangan tunggu lebih besar, segera cari solusi sekarang.
Yuk, belajar membuat anggaran belanja, tanpa terpatok jadwal di Udemy. Kamu bisa belajar sendiri, sesuaikan dengan kesibukanmu. QM Financial punya satu modul yang cocok untukmu yaitu Berkenalan dengan Financial Planning.
Enaknya belajar di Udemy, kamu enggak terikat oleh waktu. Kamu bisa mempelajari semua materi kapan pun, karena aksesnya lifetime untuk sekali pembayaran saja.
Asyik kan?
Yuk, belajar bareng di Udemy. Tim QM Financial tunggu di sana ya!
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Gen Z Merapat! Ini Cara Belajar Keuangan Kekinian yang Paling Cocok buat Kamu!
Generasi Z, atau Gen Z, tumbuh di zaman teknologi yang semakin canggih. Ini membuat kamu dengan mudah belajar keuangan dan mulai berinvestasi sejak muda.
Apa sih Gen Z? Generasi ini dikenal menjadi sebutan untuk mereka yang lahir di rentang tahun 1996-2015, artinya di tahun 2021 ini memasuki usia 6 hingga 25 tahun. Kehadiran teknologi membuat mereka tumbuh dengan kebiasaan menggunakan media sosial. Sebagian memanfaatkannya untuk mencari keuntungan, sebagian lainnya untuk bersenang-senang.
Biasanya, Gen Z juga lebih senang untuk memanfaatkan internet sebagai media pembelajaran, termasuk belajar keuangan. Gen Z tampaknya memodernisasi pendidikan keuangan pribadi dengan cara yang sesuai untuk mereka.
Generasi sebelumnya mungkin mengandalkan penasihat keuangan, bertanya pada keluarga, atau sumber lain untuk belajar mengelola uang. Namun, tetap saja meski wadah untuk belajar lebih mudah, kesadaran akan pentingnya pengelolaan keuangan adalah yang paling penting.
Masalah Keuangan di Kalangan Gen Z
Tidak semua orang mengalami masalah keuangan ini, tapi merasa khawatir dengan kondisi keuangan adalah perkara semua orang. Begitu juga dengan Gen Z. Berikut ini umumnya menjadi masalah keuangan yang sering dirasakan.
Sulit mewujudkan tujuan jangka panjang
Banyaj generasi Z yang nggak hanya berorientasi pada kesenangan saja. Tujuan keuangan jangka panjang saat ini juga menjadi fokus mereka, misalnya membeli rumah.
Faktanya, saat ini harga rumah terus mengalami kenaikan lebih dari inflasi. Kondisi ini semakin membuat tujuan membeli rumah sulit dijangkau, apalagi jika gaji yang didapat pas-pasan bagi Gen Z yang kebanyakan masih first jobber.
Sebagai solusi, Kredit Pemilikan Rumah (KPR) bisa jadi opsi dengan memberikan DP rumah untuk jangka sekian tahun. Nantinya, cicilan KPR dibayar setiap bulan sesuai kemampuan finansial.
Sering merasa kekurangan
Gaji yang didapat setiap bulan sering kali dirasa kurang karena ada rasa gengsi. Ini membuat Gen Z ingin tampil lebih walaupun melebihi kemampuan finansialnya. Apalagi dengan pengaruh media sosial yang semakin masif.
Sikap konsumtif dan boros tak bisa terlepas dari kehidupan, akhirnya pengeluaran jauh lebih besar dibanding pendapatan. Tak heran jika Gen Z merasa gaji selalu kurang.
Sebagai solusi, batasi kehidupan konsumtif dan mulai hidup berhemat. Pengeluaran yang tidak penting dapat dialihkan untuk menabung, investasi, atau dana darurat.
Banyak keinginan
Anak muda saat ini seperti sulit membedakan mana kebutuhan dan keinginan sehingga mereka terus mengikuti hawa nafsu untuk pengeluaran.
Hal tersebut lebih baik dialihkan dan prioritaskan untuk kebutuhan pokok. Namun, tak dapat dimungkiri memang banyak keinginan yang sering kali muncul.
Inilah pentingnya belajar keuangan agar bijak dalam mengelola uang yang dimiliki. Keinginan pun bisa dipenuhi, tanpa menggeser prioritas kebutuhan utama, dengan memberi bujet per bulan atau dengan menabung.
Kestabilan finansial sulit digapai
Seringkali Gen Z masih kesulitan dalam mengelola penghasilan. Bahkan jumlah pendapatan yang masuk pun kadang tidak diketahui setiap bulannya.
Kebanyakan orang tidak menghitung, bahkan tidak merencanakan keuangan dengan tepat. Padahal, daftar pemasukan dan pengeluaran sangat penting untuk memantau arus keuangan.
Sebaiknya dari gaji saat ini, pastikan untuk menyisihkan ke beberapa pos seperti tabungan, dana darurat, investasi, hingga asuransi. Gunanya untuk membuat kondisi finansial menjadi lebih stabil.
Mudah merasa tersaingi oleh orang lain
Soal kondisi keuangan ini memang lebih mudah membuat orang lebih kompetitif untuk mendapatkan lebih banyak. Keuangan dijadikan sebagai ukuran penampilan seseorang.
Melihat kondisi finansial orang lain, umumnya Gen Z lebih sensitif dan penasaran sumber keuangan orang lain. “Kenapa ya si A nongkrong terus, dapat uang dari mana dia?”
Padahal, sebenarnya kita perlu fokus pada pengelolaan keuangan. Tidak perlu sibuk mengurusi kehidupan finansial orang lain. Jadikan itu sebagai contoh baik untuk kamu terus maju.
Cara Belajar Keuangan Kekinian untuk Gen Z
Ikut kelas online
Belakangan ini banyak kelas online yang hadir di tengah masyarakat. Saat pandemi datang, kondisi keuangan banyak orang mengalami ketidakstabilan. So, inilah saatnya untuk memanfaatkan kelas online keuangan dengan baik.
QM Financial punya banyak tema menarik dalam seri Financial Clinic Online Series-nya. Mulai dari basic pemahaman dalam Blueprint of Your Money, sampai kelas Advanced untuk belajar membuat rencana keuangan sendiri. Ambil kelas sesuai kebutuhan, lalu lanjutkan hingga tingkat mahir.
Mendengarkan podcast
Podcast menjadi salah satu wadah yang cukup banyak digemari saat ini. Siaran non-streaming lewat audio ini serupa dengan program radio. Gen Z banyak yang lebih senang mendengarkan, maka tak heran jika podcast dijadikan sumber pengetahuan, termasuk terkait finansial.
Sekarang banyak akun podcast yang muncul, yang bisa jadi sumber belajar dan wawasan terkait pengelolaan uang dan sebagainya. Pastinya, hal ini sangat membantu dalam belajar keuangan.
Salah satunya Podcast Financial Clinic-nya QM Financial, yang selalu ada episode baru di setiap hari Rabu. Berbagai masalah finansial dibahas seru di sini, sekali waktu bersama guest star yang keren dan punya mindset keuangan inspiratif yang bisa disontek. Siapa saja pasti bisa mengambil insight dari podcast-podcast QM Financial.
Sambil main games
Gen Z saat ini masih berada di usia muda yang lebih senang dengan konsep permainan dalam belajar. Terkait keuangan memang merupakan hal yang harus dipahami dengan serius.
Namun, untuk belajar dari awal terutama ke usia muda perlu pendekatan yang lebih sederhana dan menyenangkan. Yang santai, sekaligus fun.
QM Financial juga punya loh, aplikasi gamified microlearning yang disebut Levio. Cocok banget untuk melengkapi proses pembelajaran finansialmu, di samping kelas-kelas online di Financial Clinic Online Series. Di dalamnya ada berbagai stage belajar yang harus kamu selesaikan. Layaknya main games, kamu pasti akan dengan segera tenggelam dalam pembelajaranmu.
Nah, itu dia beberapa masalah keuangan yang sering kali dihadapi Gen Z, sekaligus berbagai cara belajar keuangan yang cocok dilakukan. So, mau coba yang mana dulu nih?
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!