Berbisnis atau Berdagang?
Sebuah usaha kecil dan menengah (UKM) biasanya dimulai dengan berdagang. Mereka bisa memproduksi barang atau jasa sendiri (sekaligus sebagai produsen) atau mengambil produksi pihak lain. Skala usaha ini ada yang kecil, ada juga yang besar. Ada yang dijalankan secara konvensional maupun digital. Semua bisnis dimulai dari berdagang. Tetapi ternyata tidak semua usaha dagang berkembang menjadi sebuah bisnis.
Sebuah bisnis mempunyai laporan keuangan yang tersusun rapi, terdiri dari neraca dan laporan laba rugi. Sebuah bisnis mampu menetapkan gaji atau komisi yang diterima pemiliknya, meskipun masih dalam jumlah yang kecil. Seorang pemilik bisnis bisa dengan mantap menyebutkan, tahun ini saya untung sebesar Rp100.000.000. Sebesar apapun volume usaha, saat kamu tidak mempunyai laporan keuangan keuangan, sesungguhnya kamu sedang berdagang.
Apa sih perbedaan berbisnis dan berdagang?
Berdagang
Saat berdagang, keuntungan didapat dengan mengambil barang atau jasa dengan harga lebih rendah, lalu menjualnya dengan harga lebih tinggi. Berdasarkan prinsip kerja dagang ini, maka apa yang disebut ‘untung’ bisa jadi baru di level margin.
Margin adalah selisih antara omzet penjualan dengan biaya produksi. Perhitungan inilah yang lazim digunakan para pedagang. Tidak salah, hanya saja perhitungan seperti ini seringkali hanya menggunakan perhitungan uang kas masuk dan uang kas keluar. Kelemahannya, perhitungan ini sering gagal menghitung banyaknya ongkos yang tidak tercatat alias hidden cost.
Omzet penjualan – Biaya Produksi = Margin
Berbisnis
Dalam berbisnis, ada nilai tambah yang tercipta. Sebuah bisnis beroperasi dengan sebuah sistem. Agar sistem ini bisa bekerja dengan baik, maka ada biaya yang perlu diperhitungkan. Ada dua jenis biaya yang mencerminkan segala macam pengeluaran dari sebuah bisnis. Biaya variabel yaitu semua biaya produksi dan biaya penjualan. Besaran biaya variabel dipengaruhi oleh volume produksi dan penjualan. Jika jumlah produksi naik, biaya variabel juga ikut naik.
Sedangkan biaya tetap adalah semua biaya yang sudah ditetapkan untuk mendukung sistem kerja sebuah bisnis. Besar kecilnya produksi atau penjualan tidak mempengaruhi besaran biaya tetap. Contoh biaya tetap adalah biaya sewa gedung, gaji pegawai tetap, listrik, air, dll.
Setelah memotong omzet penjualan dengan biaya variabel, pemilik bisnis tidak bisa serta merta mengambil semua margin yang didapat. Setelah dipotong biaya tetap, barulah pemilik bisnis dapat menikmati laba atau bahkan mengalami rugi.
Omzet penjualan – Biaya Variable = Margin
Margin – Biaya Tetap = Laba/Rugi
Jadi, ada di posisi manakah usahamu saat ini? Apakah kamu sedang berbisnis atau berdagang? Bawa usahamu naik kelas dengan mengikuti Financial Clinic Workshop Bisnis #FinClicBisnis, 19-20 April 2018 di Jakarta. Kamu bisa belajar membuat laporan keuangan dan membawa usaha dagangmu menjadi bisnis yang dikelola secara profesional. Daftar di sini atau Whatsapp ke 0811 1500 688 (NITA).
– QM Admin –
Menabung 90% Penghasilan untuk Dana Pensiun, Sanggupkah?
Beberapa tahun terakhir ini QM Financial memfokuskan diri pada pelatihan untuk persiapan pensiun. Kenapa? Karena kita khawatir orang Indonesia tidak siap pensiun. Tujuan finansial dana pensiun merupakan salah satu tujuan terpenting namun kurang dipersiapkan dengan baik. Dari pelatihan keuangan untuk persiapan pensiun yang dilakukan, kami mendapati banyak sekali orang, terutama karyawan yang menggantungkan kesejahteraannya kepada perusahaan. Padahal kesejahteraan itu adalah tanggung jawab kita masing-masing lho!
Setiap orang bertanggung jawab atas pengelolaan keuangan pribadi dan keluarganya. Yang harus disadari, kebutuhan dana pensiun kita besar sekali. Tidak cukup kalau hanya mengandalkan dana pensiun dari kantor atau dana pensiun dari BPJS Ketenagakerjaan yang dulu dikenal sebagai Jamsostek.
Biasanya apa reaksi kita untuk memenuhi target dana pensiun yang besar tersebut? Menabung! Memangnya cukup menabung untuk dana pensiun? Bisa! Tapi kamu harus menabung dalam jumlah raksasa. Inilah yang dilakukan oleh ayah dari CEO QM Financial, Ligwina Hananto. Beliau adalah seorang lulusan teknik pertambangan dan bekerja di sebuah pertambangan di Sorowako, Sulawesi. Ligwina dan adiknya menjalani masa kecil yang indah di Sorowako. Untuk mempersiapkan dana pendidikan dan dana pensiun, beliau menabung 90% dari penghasilannya. Hal ini dimungkinkan karena sebagian besar biaya hidup ditanggung oleh kantor. Selain itu, lokasi yang jauh dari kota menjadikan akses keluar masuk barang terbatas. Punya uang pun tidak bisa belanja, karena tidak ada yang bisa dibeli ☺
Sekarang, coba tanyakan ke diri sendiri. Sanggupkah kamu menabung 90% dari penghasilanmu untuk dana pensiun? Kamu harus hidup hemat. Hemat dengan cara yang ekstrem. Sanggup? Nggak kan? Nah! Kalau kita sadar tidak sanggup menabung dalam jumlah raksasa setiap bulannya kita harus berani mengambil risiko dengan berinvestasi.
Menghitung kebutuhan dana pensiun
Coba kita hitung angkanya ya. Kita asumsikan usia kamu saat ini 30 tahun dengan pengeluaran bulanan Rp2.000.000 per bulan. Kamu berencana pensiun di usia 55 tahun dengan usia harapan hidup hingga 75 tahun.
Dengan asumsi inflasi 5.5%, biaya hidup Rp2.000.000 per bulan di tahun ini akan menjadi Rp11.500.000 saat memasuki usia pensiun nanti. Kebutuhan biaya pensiun selama 20 tahun akan menjadi Rp2,3M. Itu kalau pengeluaran per bulannya Rp2.000.000 ya. Untuk yang pengeluaran bulanannya Rp10.000.000, sila dikalikan 5. Perlu dicatat bahwa angka-angka ini merupakan simulasi yang dibuat berdasarkan asumsi (inflasi, pengeluaran, usia). Jika asumsi berubah, angka kebutuhan pensiun pun berubah.
Menabung vs Investasi
Kita bandingkan kalau kita hanya menabung untuk dana pensiun. Kalau menabung Rp1juta per bulan selama 25 tahun ke depan, kamu pasti akan dapat Rp300.000.000. Tapi tadi kan kita sudah menghitung kebutuhan dana pensiunnya Rp2,3M. Gak cukup dong! Jadi kalau kamu hanya nabung untuk dana pensiun, kamu akan berhadapan dengan satu risiko: risiko gak pensiun ☺
Untuk mencapai dana pensiun 2.3M dalam waktu 25 tahun, kamu perlu menabung Rp7.700.000 per bulan. Sanggup gak? Kalau gak sanggup, ambil resiko dengan investasi.
Untuk mencapai dana pensiun 2,3M kamu bisa berinvestasi sebesar Rp700.000 di produk dengan imbal hasil 15% per tahun.
Jadi pilih mana: menabung Rp7.700.000 per bulan atau investasi Rp700.000 per bulan?
Your money, your choice, your responsibility.
Fransisca Emi / Financial Trainer
Mau Bikin PLAN Sendiri? Bisa!
Bisa gak sih kita belajar bikin PLAN buat diri sendiri? Bisa banget! Bulan Maret yang lalu QM Financial mengadakan pelatihan keuangan pribadi yang diberi nama Financial Clinic Workshop. Pelatihan ini diadakan selama dua hari, pada tanggal 10-11 Maret 2018.
Sebelumnya QM Financial pernah membuat pelatihan perencana keuangan dalam satu hari, yaitu QMPC Xpress.
read more: QMPC Xpress Level 1
Apa yang membuat Financial Clinic Workshop berbeda? Di pelatihan ini peserta belajar studi kasus hasil pengalaman trainer. Sehingga peserta tidak hanya dapat membuat PLAN untuk diri sendiri tetapi dapat juga mengaplikasikan ilmu yang sudah didapat kepada orang lain.
Pelatihan yang dihadiri oleh 30 orang peserta dilaksanakan di hotel 101 Dharmawangsa Square. Meskipun workshop diadakan di Jakarta, peserta tak hanya terbatas dari area Jakarta dan sekitarnya lho. Ada juga yang berasal dari luar kota seperti Yogyakarta dan Pekanbaru. Peserta Financial Clinic Workshop terdiri dari berbagai latar belakang, mulai dari karyawan, ibu rumah tangga, hingga pengusaha. Diskusi berjalan dua arah sehingga peserta tidak hanya belajar dari QM Trainer namun dari pengalaman peserta yang lain.
Dilengkapi dengan games dan ice breaking seru, Financial Clinic Workshop bersama QM Financial selalu terasa menyenangkan.
Modul 1 = Cashflow
Memulai workshop di hari pertama, Ligwina Hananto, CEO dan Founder QM Financial membahas mengenai Blue Print of your Finance Life. Perencana keuangan itu ibarat mendesain rumah yang sehat dan kuat. Ada fondasi dasarnya, ada tiangnya, ada atapnya, dan apabila ingin lebih bagus ada lantai duanya. Dalam merencanakan keuangan, fondasi dasarnya adalah financial check up. Financial Check Up sangat penting untuk dapat melihat kondisi keuangan kita dan mengetahui ke mana saja larinya uang kita.
read more: Financial Check Up
Sebelum berinvestasi, kita harus menentukan tujuan finansial alias #tujuanloapa. Berinvestasi tanpa terlebih dahulu menentukan tujuan ibarat naik kendaraan tapi tidak tahu tujuannya mau kemana, nanti nyasar lho!
read more: Tujuan Lo Apa!
Peserta juga mempelajari rumus-rumus dalam membuat rencana keuangan, sehingga dapat menghitung dan membuat perencana keuangan sendiri. Mereka pun diberi studi kasus untuk dikerjakan secara berkelompok dan hasilnya dipresentasikan untuk dibahas bersama.
Modul 2 = Reksadana dan Asuransi
Modul 2 dalam Financial Clinic Workshop membahas Reksadana dan Asuransi.
Kedua produk ini sering digunakan dalam pembuatan rencana keuangan yang komprehensif. Apabila diibaratkan rumah di dalam Blue Print of your Finance Life, reksadana adalah lantai dasar dan asuransi sebagai atapnya. Kebayang dong pentingnya dua hal tersebut dalam merencanakan keuangan!
Di hari kedua inilah peserta belajar bagaimana memiilih reksadana dan membeli asuransi untuk proteksi sesuai dengan kebutuhan. Pemilihan reksa dana didasarkan pada tujuan keuangan yang ingin dicapai apakah jangka pendek, menengah, atau jangka panjang.
read more: Investasi Asyik Buat Pemula
Sedangkan asuransi, penting untuk memiliki proteksi yang cukup selama kita dalam masa pencapaian berbagai tujuan finansial. Peserta dapat membawa polis asuransi untuk mengecek apakah asuransi yang sudah dibeli sesuai dengan kebutuhan.
read more: Asuransi VS Investasi, Mana Yang Lebih Penting?
Di akhir sesi, peserta diminta membuat ACTION PLAN sebagai hasil follow up atas ilmu finansial yang didapat selama dua hari workshop.
Dengan ilmu yang mudah untuk diaplikasikan dan kesempatan berkonsultasi dengan QM Planner, peserta antusias mengikuti workshop. Mereka sadar walaupun cashflow positif, perencanaan keuangan harus dilakukan secara komprehensif dan dimulai sedini mungkin.
Dan kini, dengan berbekal antusiasme pada Financial Clinic Workshop Modul 1 & 2, telah dibuka Modul 3&4 yang membahas tentang bisnis. Untuk pendaftaran, klik di sini!
Mia Damayanti | Financial Trainer
Pensiun Tanpa Aset Aktif, Mungkinkah?
Bicara soal pensiun, kita bisa belajar dari orang terdekat. Kalau kamu seperti saya yang saat ini memasuki usia kepala tiga #anaklama, kemungkinan besar orang tuamu sudah memasuki usia pensiun. Bagaimana kondisi pensiun mereka? Apakah mereka pensiun dengan sejahtera atau sederhana?
Kedua orang tua saya adalah pensiunan PNS. Mereka termasuk golongan lama yang menganut paham: lebih baik menjadi PNS, gaji secukupnya yang penting mendapatkan tunjangan pensiun setiap bulan. Namun, keempat anaknya tidak berpendapat sama, kami memilih menjadi karyawan swasta.
Kedua orang tua saya mengandalkan penghasilan semasa pensiun dari pensiunan bulanan sebagai PNS. Mereka tidak mempunyai aset aktif yang bisa memberikan penghasilan pasif. Namun demikian, orang tua saya tetap bisa hidup nyaman tanpa kekurangan suatu apapun. Mereka masih bisa makan enak tiga kali sehari, tak kesulitan berkunjung ke rumah saudara di luar kota, juga mampu membelikan makanan, mainan, maupun memberi uang saku untuk cucu-cucunya.
Tak seperti millenials yang hobi liburan, orang tua saya tidak mempunyai kebutuhan dana liburan. Bagi mereka, liburan ke luar kota itu artinya mengunjungi rumah saudara untuk suatu acara, bisa pernikahan, kelahiran, saat hari raya; dan berziarah ke tempat ziarah rohani. Pergi ke tempat wisata sifatnya hanya mampir saja sebagai pelengkap, bukan tujuan utama.
Aset yang mereka miliki kebanyakan adalah aset pasif, berupa rumah, tanah, sawah, dan pekarangan. Meskipun punya rumah yang tak ditinggali, namun karena merupakan rumah tabon (rumah peninggalan orang tua), rumah ini tak boleh dijual; disewakan pun sayang. Sawah sebenarnya bisa menghasilkan beras yang jumlahnya melebihi kebutuhan konsumsi. Namun mereka memilih untuk membaginya ke anak-anak daripada menjualnya. Tanah saat ini masih ditanami pohon jati, belum ada intensi untuk memanfaatkannya menjadi aset yang menghasilkan. Sedangkan pekarangan dimanfaatkan untuk kolam ikan gurami, memelihara ayam & itik, serta menanam buah-buahan dan sayuran. Dengan gaya hidup yang tergolong sederhana, walaupun tanpa aset aktif, mereka bisa pensiun dengan nyaman. Ahh, nikmatnya tinggal di desa.
Orang tua saya bisa pensiun nyaman tanpa aset aktif karena tinggal di desa dengan gaya hidup yang sederhana. Bagaimana dengan saya? Generasi saya tentunya memiliki gaya hidup yang berbeda. Tinggal di daerah suburban dengan luas lahan yang terbatas, semua kebutuhan rumah tangga harus beli, tak bisa mengandalkan sawah dan ladang sendiri. Demikian juga dengan kebutuhan dana liburan. Belum lagi keinginan untuk berkontribusi dalam kegiatan sosial. Dengan gaya hidup yang lebih tinggi, saya sadar tak bisa pensiun dengan nyaman tanpa aset aktif.
Agar bisa menikmati gaya hidup yang sama hingga pensiun nanti, saya harus mulai membangun aset aktif yang nantinya bisa memberikan penghasilan pasif. Ada tiga macam aset aktif yang bisa dipilih: bisnis, surat berharga, dan properti. Aset aktif yang baik adalah kombinasi yang imbang dari ketiganya. Secara pribadi saya merasa belum siap mental membangun bisnis sendiri. Untuk berinvestasi di properti pun butuh modal yang tidak sedikit. Karena itu, saat ini saya memilih untuk mulai membangun aset aktif dengan surat berharga. Ke depan saya punya mimpi membangun bisnis coworking space dengan memanfaatkan properti yang saat ini ‘nganggur’. Semoga segera terwujud ya!
Baca juga: Khawatir Gak Siap Pensiun? Kumpulin Aset Aktif Yuk!
Ini #ceritapensiunku, bagaimana denganmu? Kombinasi aset aktif seperti apa yang kamu rencanakan? Yuk! Mulai rencana membangun aset aktif untuk mewujudkan pensiun sejahtera!
Fransisca Emi | Financial Trainer
Pelatihan Persiapan Pensiun di Rabobank
Kebanyakan perusahaan mulai memberikan training persiapan pensiun kepada karyawannya disaat mereka akan memasuki atau sudah mencapai usia pensiun. Namun berbeda dengan Rabobank. Manajemen Rabobank justru sedini mungkin memberikan fasilitas pelatihan persiapan pensiun kepada karyawannya. Ini sesuai dengan tiga tahapan persiapan pensiun yangdipaparkan oleh Ligwina Hananto.
related articles: Kapan Perusahaan Harus Membuat Program Persiapan Pensiun?
Menurut manajemen Rabobank, kesejahteraan karyawan adalah tanggung jawab masing-masing, bukan tanggung jawab perusahaan. Tugas perusahaan adalah memberikan akses pengetahuan, salah satunya pelatihan persiapan pensiun yang bekerja sama dengan QM Financial ini. Namun tanggung jawab pelaksanaannya ada di masing-masing karyawan.
Pelatihan persiapan pensiun bertujuan agar para karyawan mempunyai waktu yang cukup lama untuk bisa mempersiapkan tujuan keuangan apa saja yang ingin mereka capai atau miliki saat pensiun nanti. Ada begitu banyak hal harus dipelajari dan dipersiapkan untuk memasuki masa pensiun. Jangan sampai kita terlambat mempersiapkannya dan gigit jari saat ternyata dana pensiun tidak mencukupi.
Pelatihan diadakan di Jakarta untuk 6 gelombang dengan masing-masing karyawan per gelombang pada bulan Maret 2018 di kantor Rabobank yang berlokasi di Mega Kuningan Jakarta.
Sesi pelatihan QM Financial selalu diawali dengan intention setting. Hal ini untuk membuat peserta fokus pada tujuannya mengikuti pelatihan. Ligwina Hananto sebagai lead trainer mengajak para peserta training untuk menuliskan apa saja mimpi atau goals yang ingin mereka miliki saat pensiun. Ada yang ingin punya bisnis, punya rumah pensiun yang nyaman, sering liburan bersama keluarga, dan lain sebagainya.
Tahapan dalam belajar finansial dibagi menjadi tiga: AWARENESS, UNDERSTANDING, dan ACTION.
Ada begitu banyak hal yang harus dipelajari dan disiapkan untuk menghadapi masa pensiun. Berhubung peserta pelatihan beragam mulai dari junior level hingga senior level, materi training pun harus sesuaikan dengan kebutuhan para peserta.
Sesi pagi diisi dengan materi bagaimana cara mengatur keuangan agar peserta tahu (AWARE) dan paham (UNDERSTAND). Sementara sesi siang diisi dengan praktik mengisi formulir data keuangan agar para peserta mengetahui status arus kas bulanannya. dan apa saja harta dan utang yang mereka miliki. Peserta pun membentuk grup untuk membuat simulasi 7 Langkah Siap Pensiun. Ini adalah bagian dari tahap ACTION.
Bicara keuangan mungkin terdengar kaku dan membosankan karena kita berkutat dengan angka-angka. Namun di QM Financial, kami selalu punya cara untuk membuat pelatihan finansial terasa fun. Salah satunya adalah saat penyampaian materi seminar oleh Ligwina Hananto. Sebagai seorang stand up comedian, sesekali Ligwina Hananto menyisipkan materi standup comedy yang berhubungan dengan financial planning. Ruang kelas pun ramai dengan gelak tawa para peserta.
Tak hanya itu, kami pun punya tips lain supaya peserta tetap fokus dan happy selama training. Kami mengajak peserta untuk bermain expense card games berupa permainan kartu pengeluaran. Para peserta diajak berjalan menuju sudut dinding untuk menempelkan kartu-kartu pengeluaran tersebut sesuai dengan pos pengeluaran yang ada. Selain seru, peserta juga makin paham penerapan prinsip financial planning dalam kehidupan sehari-hari. Tak ketinggalan ice breaking seru yang bisa menyegarkan suasana kelas. Financial traning can be fun with QM Financial!
Sebagai penutup, lead trainer Ligwina Hananto lebih banyak membahas studi kasus dan berbagai informasi terkini seputar investasi surat berharga, bisnis, dan properti sebagai bagian dari aset aktif. Penting sekali agar kita semua bisa mengatur keuangan, sehingga kita bisa menyisihkan sebagian dari penghasilan kita untuk investasi masa depan dan membangun aset aktif. Sayang kan, kita sudah kerja capek-capek bertahun-tahun tapi hasilnya gak kelihatan. Produk untuk investasi harus dipilih dengan hati-hati. Kita harus sadar betul atas segala risiko yang terkandung dalam produk pilihan kita. Resiko ini perlu dikelola dan disesuaikan dengan jangka waktu pencapaian.
Thank you for having us, Rabobank!
Mari kita terus meningkatkan pengetahuan mengelola keuangan untuk mewujudkan pensiun yang sejahtera. Pelatihan finansial seperti ini sangat bisa disesuaikan dengan kebutuhan karyawan atau perusahaan. Bersama QM Financial, pelatihan finansial menjadi lebih menyenangkan, praktis dan bermanfaat. Sila hubungi 0811 1500 600 untuk ngobrol training seperti apa yang cocok untuk perusahaan Anda.
Happy employees, wealthy companies.
Nita Kurniawati | Financial Trainer
Rencana Bisnis: Apa, Siapa dan Bagaimana
Biasanya saat membuat workshop khusus bisnis, lead trainer Ligwina Hananto akan memulai dengan pertanyaan APA, SIAPA, & BAGAIMANA. Ini penting karena banyak orang memulai bisnis dari dagang. Atau mulai karena itulah yang dia tahu. Tak jadi masalah, yang penting mulai dulu. Namun dengan berkembangnya usaha, kegiatan dagang ini perlu naik kelas jadi bisnis.
Suatu bisnis harus punya rencana. Rencana bisnis harus bisa menjawab tiga pertanyaan berikut: APA, SIAPA, & BAGAIMANA. Mari kita bahas satu per satu!
APA
Masalah hidup apa yang sedang kamu cari solusinya? Orang tidak akan peduli kita bisa bikin apa. Yang penting adalah hidup si pembeli, bukan kehebatan si penjual. Ada yang sudah mulai garuk-garuk kepala?
Contoh sederhana tentang berjualan mie rebus. Ada solusi yang berbeda untuk masalah yang berbeda pula. Masalah pertama: butuh tempat nongkrong 24 jam bersama teman-teman. Solusi: bikin warung mie rebus yang kekinian dan instagramable. Masalah kedua: lapar. Solusi: membuat warung mie yang enak banget dengan porsi mengenyangkan. Masalah ketiga: banyak orang tidak mengenal variasi rasa khas Indonesia. Solusi: bikin warung mie aneka rasa di pasar modern.
Ada masalah ada solusi. Jangan loncat dulu ke solusinya ya. Pastikan dulu masalahnya apa. Jangan-jangan kamu lagi halusinasi. Memberikan solusi padahal tidak ada masalahnya ☺
Dalam dunia bisnis ada satu prinsip yang harus dipegang. Tidak ada yang peduli dengan problem kita. Customer hanya peduli dengan problem mereka. Temukan problemnya, lalu tawarkan solusinya. Terlihat sederhana, padahal tidak. Coba cek bisnismu! Sudahkah bisnismu memberikan solusi untuk masalah yang dihadapi customer?
SIAPA
Setelah menjawab ‘APA’ saatnya melangkah ke pertanyaan kedua: siapa target customer-mu? Apakah masalah dan solusi apa tadi ada pembelinya? Adakah yang bersedia membayar untuk solusi yang kamu tawarkan? Gawat loh kalau ternyata user-nya cuma mau gratisan. Jadinya bukan bisnis tapi aksi sosial ☺
Jawaban standar untuk pertanyaan ‘SIAPA’ biasanya seperti ini: perempuan usia 15-45 tahun urban lifestyle. Ini pernyataan target market yang sangat luas. Coba kita bedah lagi ya. Perempuan yang seperti apa: remaja, ibu bekerja, ibu rumah tangga, ibu dengan anak remaja? Usia 15 & 45 tahun ini bedanya signifikan banget loh.
Biar pembahasannya lebih jelas, kita gunakan case study ya. Bisnis yang kita bahas adalah Kalung Sisi. Kalung Sisi adalah bisnis aksesoris buatan Korea untuk perempuan. Siapakah pembelinya? Jangan katanya-katanya ya. Cari data pembeli sungguhan dari database pelanggan. Misal pembelinya adalah Ana, Bella, dan Chacha. Anna, 26 tahun adalah seorang working woman yang memakai aksesori setiap hari. Chacha, 28 tahun adalah temen kantor Anna yang mengikuti gaya berbusana Anna. Sementara Bella, 36 tahun adalah seorang ibu rumah tangga yang sering posting dirinya datang ke pesta undangan perkawinan dengan gaun atau kebaya modern disertai aksesori.
Sudah tau siapa pembeli dari bisnismu? Bagaimana karakteristik mereka? Untuk target customer yang berbeda kita perlu ‘bicara’ dengan cara yang berbeda juga.
BAGAIMANA
Masalah sudah didefinisikan, solusi sudah ditemukan, karakteristik pembeli sudah didapat. Pertanyaan selanjutnya: bagaimana cara memperkenalkan barang atau jasa kepada pembeli? Kalau sudah tahu karakteristik pembeli, kita tahu di mana bisa menemukan mereka dan mencari cara yang tepat untuk menawarkan barang/jasa yang kita punyai.
Gimana? Sudah lebih jelas apa malah jadi makin bingung? Jangan biarkan bisnismu ‘mengalir’ apa adanya tanpa ada tujuan atau arahan. Yuk ikutan Financial Clinic Workshop Bisnis #FinClicBisnis, 19-20 April 2018 di Jakarta. Kamu bisa belajar membuat rencana bisnis dan menyusun strategi yang dimulai dari finansial. Daftar di sini atau whatsapp ke 0811 1500 688 (NITA).
Finance should be practical!
Fransisca Emi / Marketing
5 Pengeluaran Dana Menikah Yang Bisa Dihemat
Masih hangat perbincangan tentang menyiapkan dana menikah tanpa utang dari seri Financial Clinic #FinClic Ligwina Hananto. Ketinggalan detailnya? Kamu bisa baca juga di sini: Dana Menikah Rp100juta Tanpa Utang? Bisa!
Dari berbagai pernik pengeluaran untuk dana menikah, ada banyak hal yang bisa dihemat loh. Ini dia 5 kategori pengeluaran dana menikah yang bisa kamu hemat.
Sewa gedung
Harga sewa gedung atau ballroom sebuah hotel untuk resepsi pernikahan di Jakarta saat ini berkisar puluhan hingga ratusan juta rupiah. Sebuah angka yang mungkin terlalu besar untuk sebagian masyarakat kelas menengah. Sebenarnya, menikah itu gak harus selalu di ballroom hotel lho. Alternatifnya, kamu bisa menyewa sebuah restoran untuk tempat resepsi. Dengan memesan menu restoran, biaya sewa gedung bisa didiskon atau bahkan gratis loh. Sekali dayung, 2 pulau terlampaui kan?
Resepsi pernikahan bisa juga diadakan di gedung pertemuan dekat rumah, sebuah restoran, atau di rumah orang tua sekalian. Mengadakan resepsi di rumah masih sangat memungkinkan untuk mereka yang tinggal di daerah. Rumah-rumah zaman dulu biasanya besar dan berhalaman luas. Cukup sewa tenda dan kursi, jadi deh venue untuk resepsi. Untuk yang tinggal di kota besar dengan luasan rumah yang tidak memungkinkan dipakai pesta, coba deh berkeliling di daerah sekitar rumah. Siapa tahu kamu bisa menemukan tempat yang cukup untuk menampung tamu resepsi. Salah seorang teman saya menikah di sebuah masjid dekat rumahnya. Ijab kabul dilakukan di masjid, sedangkan resepsi diadakan di halaman masjid yang luas. Hemat dan praktis kan?
Katering
Katering merupakan salah satu komponen biaya terbesar dalam dana menikah. Selain pemilihan provider katering, biaya ini sangat dipengaruhi oleh jumlah undangan. Rumus dasar jumlah porsi yang harus dipesan adalah undangan kali dua. Jadi jika kamu berencana mengundang 300 orang, jumlah minimal porsi yang harus dipesan adalah 600. Ini belum termasuk keluarga ya. Kalau harga paket katering per porsi Rp75.000, total biaya yang harus disiapkan Rp45.000.000. Jika kamu merasa angka ini terlalu besar, coba kurangi jumlah undangannya.
Alternatif kedua untuk berhemat adalah menggunakan jasa tukang masak. Alat masak dan alat makannya bisa disewa dari tempat persewaan. Budget untuk 600 porsi bisa ditekan hingga di bawah Rp30.000.000 juta tergantung menu yang diminta.
Alternatif ketiga adalah mengundang abang tukang jajanan favorit untuk bergabung sebagai pengisi stall. Mulai dari abang tukang bakso, siomay, martabak, es dawet, dll. Sekalian bagi-bagi rejeki kan?
Baju
Untuk acara yang hanya berlangsung sehari, sayang rasanya menggelontorkan terlalu banyak dana. Baju untuk ijab maupun resepsi tak harus menjahit baru, sewa pun bisa. Toh setelah acara pernikahan bajunya tidak akan dipakai lagi. Namun, jika menghendaki membuat sendiri baju pernikahan, masih tetap bisa diakali kok biar hemat. Salah satu caranya bisa seperti yang saya lakukan: menjahitkan kebaya & jas penikahan ke teman yang adalah seorang desainer dan penjahit. Budget berhasil dihemat, sang teman pun mendapat wadah untuk berkreasi.
Dokumentasi: Foto dan Video
Di zaman modern ini rasanya jarang ada yang menikah tanpa menyewa jasa fotografer maupun videografer. Untuk mendapatkan dokumentasi yang personal di momen yang berharga, lebih baik mempercayakan dokumentasi kepada orang yang dikenal. Mereka yang mengenal kita secara pribadi akan tahu hal-hal apa saja yang kita suka dan penting untuk dicapture. Maka, bagi yang punya teman atau koneksi fotografer maupun videografer, saatnya mereka beraksi.
Undangan & Souvenir
Apa yang biasanya kamu lakukan pada undangan dan souvenir setelah suatu acara pernikahan berlalu? Undangan biasanya dibuang. Souvenir? Bisa jadi bernasib sama atau masih digunakan jika sifatnya fungsional. Jadi, kenapa mesti membuang uang untuk hal yang akan berujung di tempat sampah? Pilih desain undangan yang simpel dan jenis souvenir yang fungsional namun tetap terjangkau.
- Gak perlu baper loh kalo undangannya dibuang. Kan memang acaranya sudah berlalu. Setelah resepsi, kamu pun seharusnya berlalu dari acara resepsimu dan memfokuskan diri pada kehidupan baru setelah menikah.
Jadi, alternatif penghematan mana yang kamu pilih? Apapun pilihanmu, siapkan dana menikahmu sejak awal biar gak sampe utang ya! Semoga dilancarkan segala persiapan pernikahanmu ☺
Fransisca Emi | Financial Trainer
***
Financial Clinic Workshop Bisnis 19-20 April 2017
Mau bikin bisnis sendiri, bingung mulainya dari mana?
Sudah punya bisnis, kok semua dikerjain sendiri ya?
Bingung mengatur arus kas dalam bisnis?
Dana Menikah Rp100juta Tanpa Utang? Bisa!
Dana menikah adalah salah satu tujuan finansial yang paling sulit untuk financial planner. Biasanya dibutuhkan sejumlah dana yang besar dalam jangka waktu yang pendek. Menikah memang membutuhkan banyak biaya. Mulai dari katering, sewa gedung, dekorasi, upacara adat, pengisi acara, baju, fotografer, make up, seragam keluarga, undangan, dan souvenir. Banyak sekali pernak-perniknya ya ☺
Dari banyak jenis pengeluaran dana menikah tersebut, menurut kamu mana sih yang bikin dana menikah jadi besar banget? Umumnya katering, sewa gedung, dan upacara adat menjadi tiga komponen yang memerlukan biaya paling besar. Untuk upacara adat tidak banyak yang bisa dihemat karena biasanya sudah ada pakem tersendiri. Namun untuk katering dan sewa gedung, masih bisa dilakukan penyesuaian agar budget tidak membengkak.
Komponen utama dana menikah
Seharusnya, menikah itu gak ribet. Ini tiga hal yang harus disiapkan untuk dana menikah:
- Mas kawin
Besaran mas kawin sangat bervariasi tergantung kesepakatan kedua belah pihak. Untuk beberapa keluarga, mas kawin menjadi syarat utama.
- Ijab kabul/pemberkatan/upacara nikah
Ini merupakan acara inti. Ijab kabul dan pemberkatan sebenarnya tidak mahal. Bahkan ijab kabul gratis jika diselenggarakan di KUA.
- Resepsi
Terakhir adalah perayaan yang kadang dipenuhi dengan gengsi. Dana menikah jadi mahal karena hal ini.
Menyiapkan dana menikah
Idealnya, dana menikah itu disiapkan 2-3 tahun sebelum pernikahan. Besarannya tergantung preferensi masing-masing orang. Namun, yang penting sesuaikan dengan kemampuan. Jangan sampai utang untuk dana menikah! Kebutuhan rumah tangga setelah menikah itu banyak (banget!). Jangan membakar uang dalam sehari pesta saja. Ada salah satu case client yang masih harus membayarkan utang tenda pernikahannya saat sedang mempersiapkan kelahiran anak pertama. Sedih! Jangan terjadi padamu juga ya!
Investasi untuk dana menikah
Dengan jangka waktu yang pendek, mempersiapkan dana menikah biasanya cukup menabung saja. Namun, kalau masih ada waktu sekitar 2-3 tahun sebelumnya, kamu bisa mulai berinvestasi di instrumen dengan resiko rendah, dengan return yang rendah juga tentunya. Salah satu produk yang bisa digunakan adalah reksa dana pasar uang.
Misal untuk menikah 3 tahun mendatang kamu membutuhkan dana menikah Rp300juta. Kamu bisa berinvestasi Rp7.700.000 per bulan ke dalam produk yang memberikan imbal hasil 5.5% per tahun. Mampu gak? Kalau gak mampu, coba turunkan target dana menikahnya, misal jadi Rp100juta. Untuk mencapai target dana menikah Rp100juta 3 tahun mendatang, kamu bisa berinvestasi Rp2.500.000 per bulan ke dalam produk yang memberikan imbal hasil 5.5% per tahun. Angkanya lebih masuk akal kan?
Dana menikah Rp100juta tanpa utang
Skenario di atas hanya bisa terjadi kalau kamu masih punya banyak waktu untuk menyiapkan dana menikah. Kalau waktunya tinggal 1 tahun gimana? Ya mau gak mau kamu harus nabung.
Coba ya kita hitung kedua skenario di atas dengan perhitungan menabung. Target dana menikah Rp300 juta. Berarti masing-masing pasangan harus menabung Rp12.5juta per bulan. Sanggup gak? Kalau gak sanggup, turunin target dana menikahnya.
Target dana menikah kita sesuaikan jadi Rp100juta ya. Gimana caranya dapat Rp100juta tanpa utang? Pertama, nabung dari gaji bulanan. Misal gaji masing-masing @ Rp5.000.000. Berdua nabung Rp2.500.000 per bulan selama setahun Rp60.000.000. Fokuskan seluruh penghasilan ke satu tujuan keuangan utama: dana menikah. Kedua, nabung dari penghasilan tahunan. Bonus & THR masing-masing sekali gaji, total berdua Rp20.000.000. Rp20.000.000 lagi dapet dari mana? Bisa dari bisnis sambilan atau jebol dikit dana darurat deh. Jadi dana menikah Rp100 juta tanpa utang, bisa kan?
Topik finansial seru lainnya bisa kamu ikuti di seri Financial Clinic #FinClic Ligwina Hananto. Setiap Senin jam 07.00 pagi di twitter & Instagram stories @mrshananto.
QM Admin
***
Pensiun? Gak Harus Jadi Pengusaha Lho
Pak Galih sedang galau. Lima tahun lagi dia akan pensiun dari tempatnya bekerja. Sudah 25 tahun Pak Galih berkarya sebagai seorang akuntan di sebuah perusahaan swasta. Seniornya menyarankan Pak Galih untuk menjadi pengusaha. Padahal, Pak Galih tidak punya minat membangun dan mengurusi bisnis.
Gak semua pensiunan harus jadi pengusaha loh. Bisnis memang merupakan salah satu aset aktif yang memberikan imbal hasil paling tinggi. Namun jangan lupa prinsip high expected return, high risk. Ada resiko besar yang menyertai potensi keuntungan bisnis. Jika membangun bisnis baru dimulai di usia pensiun dan terjadi kegagalan, waktu recovery yang tersedia sudah sempit. Apalagi jika menggantungkan penghasilan di masa pensiun hanya dari hasil bisnis saja. Riskan sekali.
Ada banyak kegiatan yang bisa dijadikan alternatif untuk mengisi waktu setelah tidak lagi aktif bekerja. Pilihan kegiatan itu antara lain:
Menekuni Hobi
Pak Galih bisa berefleksi – apa yang menjadi hobinya. Pensiun adalah kesempatan yang baik untuk menjalani hobi yang sebelumnya terhalang oleh minimnya waktu luang karena terlalu sibuk bekerja. Misal, berkebun, menulis, atau mengutak-atik kendaraan bermotor.
Bergabung ke dalam komunitas
Agar tidak kesepian selama menjalani masa pensiun, Pak Galih bisa bergabung dengan komunitas. Komunitas ini tidak terbatas pada hobi namun bisa juga komunitas yang terkait dengan hal-hal dipedulikannya
Menjadi Investor
Tertarik dengan suatu bisnis tapi tidak berminat untuk mengurusi operasionalnya? Jadi investor saja. Dengan menanamkan sejumlah dana di suatu bisnis, Pak Galih bisa mendapatkan keuntungan bisnis tanpa repot memikirkan operasionalnya. Tentunya dengan perjanjian bagi hasil yang sudah disepakati sebelumnya.
Menjadi Konsultan
Dengan pengalaman bekerja yang dimiliki, tentu Pak Galih mempunyai kompetensi yang tinggi dan koneksi yang luas. Kedua hal ini bisa dimanfaatkan dengan menawarkan jasa konsultasi sesuai bidang yang dikuasai.
Jika Pak Galih memilih menikmati masa pensiun dengan menjalani hobi, uang untuk mencukupi biaya hidup selama pensiun dari mana dong? Untuk menikmati masa pensiun yang tenang, Pak Galih harus menyiapkan dana pensiunnya jauh-jauh hari. Investasi untuk dana pensiun sebaiknya dimulai sejak mulai bekerja dan mendapatkan penghasilan sendiri.
Baca juga: Investasi untuk Dana Pensiun: Mulai Dengan Setengah Harga Sepatumu
Di usia empat puluh tahunan, sebagian hasil investasi bisa diubah menjadi aset aktif yang bisa memberikan penghasilan pasif. Ada tiga pilihan aset aktif yang bisa dikombinasikan, yaitu bisnis, properti, dan surat berharga.
Baca juga: Khawatir Gak Siap Pensiun? Kumpulin Aset Aktif Yuk!
Di usia lima puluh tahunan, saatnya Pak Galih menghitung ulang pencapaian dana pensiunnya dan memeriksa kembali aset mana yang sudah bisa menghasilkan penghasilan pasif.
Dengan pensiun yang terencana, Pak Galih tak perlu galau lagi untuk menikmati masa pensiun tanpa khawatir akan biaya hidup bulanan.
Ingin punya rencana pensiun untuk memastikan masa pensiunmu sejahtera? Yuk ngobrol dengan QM Sales di 0811 1500 688.
Fransisca Emi | Financial Trainer
***