Biasa Jadi Baik: Menjadi Perempuan Berdaya
Biasa Jadi Baik adalah gerakan untuk mengajak teman-teman menyiapkan kebiasaan baik. Saat kita pensiun nanti, dari kebiasaan-kebiasan baik lah kita bisa punya kualitas hidup lebih baik. Ini perlu dimulai dari sekarang. Ada kebiasaan baik di pagi hari. Ada kebiasaan baik dengan pasangan. Ada juga kebiasaan baik dalam mengelola uang.
read more: #BiasaJadiBaik
Bulan April ini QM mengajak teman-teman menceritakan nasihat terbaik untuk perempuan. Ada Alanda Kariza, penulis buku Sophismata dan Beats Apart yang akan berbagi inspirasi.
Apa nasihat terbaik untuk perempuan versi Alanda?
Nasihat terbaik untuk perempuan yang pernah saya terima: jadi perempuan itu harus berdaya. Kita harus bisa berdiri di kaki sendiri. Berdaya sebelum menikah, sebelum berkeluarga. Banyak kasus perempuan menikah, padahal mereka belum berdaya dari sisi finansial. Saat terjadi perceraian atau suami meninggal, istri pun menjadi terpuruk.
Perempuan harus mampu menghasilkan uang sendiri dan mengatur keuangan dengan baik. Lebih bagus lagi kalau bisa investasi dan bisa punya properti sendiri. Jangan hanya menunggu kedatangan ‘Prince Charming’. Itu hanya ada di negeri dongeng ☺
Dari mana inspirasi tersebut berasal?
Nasihat tersebut saya dapatkan dari Ibu saya. Setelah saya menikah, suami pun menyatakan hal yang sama. Mau jadi ibu rumah tangga atau wanita karir, setiap perempuan harus berdaya. Di rumah pun bisa berkarya kok.
Sudah berapa lama nasihat tersebut diterapkan?
Sudah sejak kecil. Sejak masih SD kali ya.
Apa saja dampak yang dirasakan sejak mengikuti nasihat tersebut?
Saya percaya setiap keluarga punya tantangan finansialnya masing-masing. Sebagai anak pertama dengan dua orang adik yang jarak usianya 11 & 13 tahun lebih muda, saya tak ingin menambah beban orang tua.
Berkat nasihat dari Ibu untuk menjadi perempuan yang berdaya, sejak kecil saya sudah belajar mengusahakan uang jajan sendiri. Saat masih SD saya sudah membuat gelang dan dijual ke teman-taman. Memasuki SMP saya mulai mengirimkan tulisan untuk dimuat di majalah. Fee menulis ini lumayan banget. Bisa dapat uang jajan sampai Rp300.000. Sebuah angka yang cukup besar untuk anak SMP. Selain itu saya juga rajin menawarkan jasa administrasi untuk tetangga saya yang mahasiswa berupa transkrip atau input data.
Jadi saya sudah mulai ‘colong start’ untuk berdaya sejak muda. Ini juga merupakan inspirasi dari idola saya di masa remaja – Britney Spears – yang bilang bahwa ‘Jika kamu tidak bisa menjadi yang terbaik, jadilah yang pertama.’
Dari sisi finansial, bagaimana Alanda mengelola keuangan untuk keluarga muda?
Setelah menikah, saya merasakan banyak penyesuaian. Saya dan suami memiliki latar belakang keluarga yang berbeda. Ibu saya adalah seorang wanita karir. Sedangkan Adit, suami saya, ibunya adalah seorang ibu rumah tangga. Contoh yang berbeda di rumah ini menuntut kami untuk beradaptasi.
Awalnya saya merasa tidak perlu diberi uang oleh suami, lebih baik uangnya ditabung untuk kebutuhan masa depan. Jadi kalau orang lain punya cita-cita punya suami kaya biar gak perlu kerja, nunggu dikasih uang sama suami aja, aku malah nggak. Namun di sisi lain suami punya kewajiban untuk memberi nafkah. Di situ kami membuka ruang untuk diskusi dan adaptasi. Bertahun-bertahun saya bergantung pada diri sendiri. Setelah menikah saya pun belajar bahwa punya teman untuk bergantung bersama itu oke kok.
Dari sisi pengelolaan keuangan, saya pribadi merasa sekarang gak sepelit dulu. Sebelumnya saya sangat membatasi budget beli baju atau sepatu dan budget jalan-jalan. Mending uangnya ditabung untuk beli rumah dan membiayai pernikahan. Sebagai penulis, penghasilan saya waktu itu tidak pasti, tergantung royalti yang masuk dari penerbit. Jadi kalau ada uang lebih, saya memilih untuk menyimpan dibanding membelanjakannya.
Setelah berkeluarga, saya dan suami sama-sama bekerja kantoran dengan penghasilan yang lebih pasti dari gaji bulanan. Sekarang, keuangannya bisa lebih dipetakan. Gaji bulanan kami kelola untuk pengeluaran bulanan, sementara bonus tahunan kami manfaatkan untuk dana liburan.
Apakah kebiasaan baik ini akan dibawa hingga masa pensiun nanti?
Iya. Mudah-mudahan ya ☺
Kalau boleh tahu, Alanda sudah siap pensiun belum?
Kalau sekarang belum sih. Mungkin kalau ditanya pas usianya udah 40 tahun jawabannya beda ya ☺
Apa saja yang sudah Alanda siapkan untuk menghadapi masa pensiun nanti?
Saya sudah mulai berinvestasi di reksadana saham untuk Dana Pensiun sejak 5 tahun yang lalu. Rutinitas ini sempat terhenti saat saya menemani suami kuliah di Australia dan gantian suami menemani saya kuliah di Inggris. Biaya transfernya bisa lebih mahal dibanding dana yang dialokasikan untuk reksadana, kan sayang ya. Sekarang setelah kembali ke Indonesia, saya mulai kembali rutin berinvestasi di reksadana.
Sejujurnya saya belum terlalu memikirkan pensiun. Sekarang masih fokus mencari uang, mumpung biaya hidup belum terlampau besar. Akan sangat berbeda setelah kehadiran anak kan. Suami selalu mengingatkan saya untuk tidak terlalu pelit. Boleh saja menyiapkan hari tua, tapi jangan sampai kita tidak menikmati masa muda. We’re doing good kok, punya pekerjaan dan sudah DP rumah. Masa muda juga harus dinikmati biar gak stress karena mikirin duit terus. Hidup harus seimbang kan?
Seru sekali mendengar cerita Alanda dan nasihatnya untuk menjadi perempuan yang berdaya. Dana untuk masa tua pun sudah mulai disiapkan sambil tetap menikmati masa muda. Terima kasih sudah berbagi inspirasi Alanda!
QM Admin
***
Apa kebiasaan keuangan baikmu? Ayo bahas bersama di akun media sosial kami dengan tagar #BiasaJadiBaik
Facebook Fanpage QM Financial dan Twitter / Instagram @QM_Financial.
Sebarkan virusnya. Ajak lebih banyak orang tergerak mewujudkan keuangan yang sehat dan kuat.
Perempuan Belajar Menghasilkan Uang
Setiap orang akan melewati tahapan kehidupan seperti lahir, sekolah, bekerja, berkeluarga, menua sampai kemudian meninggal. Sebagian orang mungkin memilih untuk tidak berkeluarga. Kamu sedang ada di tahapan hidup yang mana? Sudah bekerja namun belum menikah atau sudah bekerja dan sudah menikah tapi belum memiliki anak atau sudah bekerja, menikah dan memiliki anak?
Di tahapan hidup apa pun, belajar menghasilkan uang merupakan hal penting. Termasuk untuk perempuan. Mulai dari fresh graduate, ibu rumah tangga, keluarga mapan, hingga pensiunan. Tak ada kata berhenti untuk terus belajar menghasilkan uang. Jangan sampai kamu menutup diri akan berbagai kesempatan yang tersedia. Pintu penghasilan ini sekarang tidak berhenti di satu titik lagi, namun bisa tersedia dalam jumlah banyak.
Jaman dulu, seorang karyawan bank hanya bekerja sebagai karyawan bank. Coba lihat sekarang, banyak perempuan yang bisa sukses menekuni dua profesi sekaligus. Contohnya penulis Ika Natassa sukses menjadi penulis buku sambil tetap bekerja di sebuah bank BUMN.
Contoh lainnya juga ada dr. Grace Judio. Sebagai seorang dokter, Grace adalah orang yang sangat scientific. Tetapi dr. Grace juga memiliki intuisi bisnis yang sangat tajam. Ia mendirikan Lighthouse Clinic, sebuah klinik pelangsingan tubuh. Dulu dr. Grace harus menghadapi semua pasien yang datang. Namun, sekarang ia sudah memiliki tim dengan sistem yang solid, sehingga bisa tetap praktek sebagai dokter, tetapi juga menikmati perkembangan bisnisnya tanpa perlu tenggelam dalam antrean pasien.
Banyak perempuan yang memutuskan untuk mendedikasikan dirinya bagi keluarga setelah menikah dan memiliki anak. Walau begitu, seharusnya tidak ada halangan bagi perempuan untuk menghasilkan uang. Namun kenyataannya, tak sedikit pula perempuan yang tidak memiliki akses keuangan dan tidak bisa menghasilkan uang sendiri.
Pentingnya perempuan untuk menghasilkan uang
Perempuan harus belajar menghasilkan uang agar bisa tetap survive jika terjadi hal yang tidak diinginkan pada suami, si kepala rumah tangga. Perempuan juga harus punya akses keuangan untuk dirinya sendiri dan keluarga. Jangan sampai saat pasangan meninggal, sang istri tidak mempunyai akses pada keuangan keluarga. Bagaimana dia dan anaknya akan melanjutkan hidup kalau tidak punya penghasilan? Anaknya tetap perlu bersekolah kan?
Alternatif cara perempuan menghasilkan uang
Ada beberapa alternatif untuk perempuan yang saat ini menjadi stay-at-home-mom agar bisa menghasilkan uang. Alternatif pertama adalah menjadi pekerja freelance. Salah satu keuntungan jadi freelancer adalah jam kerja yang fleksibel. Mereka bisa mengambil pekerjaan yang disuka dan mengerjakannya dari rumah. Konsekuensinya, fasilitas seperti ruang dan sarana kerja, transportasi, asuransi kesehatan, semuanya serba harus diusahakan sendiri.
Alternatif kedua menjadi pekerja self employed. Buat kamu yang pernah sekolah profesi seperti dokter, pengacara, notaris, guru, mungkin sekarang saatnya mulai mengaplikasikan kembali ilmu yang sudah didapat sekaligus menghasilkan uang.
Alternatif ketiga adalah membuat bisnis. Kalau ingin berbisnis, siapkan dulu rencana bisnis yng terdiri dari APA, SIAPA, dan BAGAIMANA. Ada banyak sekali pekerjaan rumah menanti jika kamu ingin serius menekuni bisnis. Satu hal lagi, kamu juga harus siap untuk segera gagal dan segera bangkit.
Baca juga: Rencana Bisnis (APA – SIAPA – BAGAIMANA)
Yuk! Pastikan kamu jadi perempuan mandiri yang bisa menghasilkan uang sendiri. Mau pilih alternatif cara menghasilkan uang yang mana nih? Atau mau mencoba kombinasi dari berbagai cara? Silakan saja! Tapi, pastikan juga bahwa Anda pandai mengatur energi untuk berkembang optimal di bidang apa pun yang dipilih.
Ingin mendapatkan informasi seputar pengelolaan keuangan lebih lanjut? Kamu bisa dengerin Financial Talk bersama QM Trainer Titis Syahluddin di Move On Pagi Radio DFM Jakarta 103.4 FM setiap Kamis jam 8 pagi.
– Honey Josep / Social Media –
Menjadi Pembelajar Sejati ala Rahmi Salviviani
Bagi Anda yang tinggal di Pekanbaru, tentu sudah tidak asing lagi dengan Taman Kanak-Kanak (TK) Alifa Kids. TK besutan Rahmi Salviviani ini awalnya didirikan untuk kembali berkegiatan setelah tidak lagi bekerja dan melahirkan anak pertamanya yang bernama Alifa. Bisa ditebak, nama TK ini diambil dari nama anak pertamanya.
Di tahun 2008, Vivi – panggilan akrabnya – mendirikan cabang pertama TK Alifa Kids di Pekanbaru. Kini sudah ada 12 cabang TK Alifa Kids yang tersebar di tiga kota besar. Penasaran bagaimana Vivi membesarkan bisnisnya? Kita ikuti ceritanya yuk!
Hai Vivi, bisa diceritakan bagaimana kisah awal mula TK Alifa Kids berdiri?
Setelah tidak bekerja lagi dan anak pertama lahir, di usia 3 bulan, saya berpikir untuk kembali punya kegiatan. Pendidikan adalah kecintaan saya sejak SMU. Kala itu ada kesan bahwa menjadi pendidik itu ga keren. Tapi saya tetap mengikuti kata hati.
Tak pernah terbayangkan membuka usaha pendidikan usia dini akan seperti ini hasilnya. Ternyata banyak hal berbeda yang saya temukan dalam pengelolaan dan cara pandang ddalam pendidikan ketimbang apa yang saya dapat ketika dahulu bekerja. Seolah pendidikan usia dini itu boleh ala kadarnya dan pelayanan terhadap anak dan orang tua cukup biasa-biasa saja.
Dari sini saya semakin menyadari banyak hal yang perlu diurus dalam pengelolaan pendidikan. Meski pendidikan sangat kental dengan nilai sosial namun bukan berarti boleh diurus ala kadarnya.
Apa kekhasan dan keunggulan TK Alifa Kids?
Alifa Kids menjadi sekolah pendidikan usia dini yang fokus dan percaya pada pentingnya pertumbuhan karakter dari dalam diri anak. Bukan digegas dengan berbagai kepentingan dan selera orang dewasa.
Karakter yang ingin dibangun di Alifa Kids adalah A.L.I.F.A (Amanah, Loyal pada Allah, Inisiatif, Fathonah, Adil). Semua rangkaian pembelajaran adalah dalam rangka menumbuhkan karakter diri ALIFA pada anak.
Keberadaan Alifa Kids sebagian besar hadir untuk para orang tua yang aktif berkegiatan. Daripada menghakimi para orang tua, Alifa Kids memilih untuk menjadi solusi atas kebutuhan mereka yang pastinya menginginkan tumbuh kembang anak mereka terjaga selama mereka berkegiatan.
Bagaimana perkembangan TK Alifa Kids hingga kini?
Hingga saat ini Alifa Kids sudah berjumlah 12 cabang yang tersebar di 3 kota: Pekanbaru, Palembang dan Bandung. Model pengembangan sebelumnya masih dalam manajemen kami. InsyaAllah 2018 ini Alifa Kids mulai melangkah membuka kerjasama dengan para mitra dalam bentuk franchise dengan standar internasional, bukan sekedar menjual merek. Kita ingin hal-hal baik yang sudah dilakukan 10 tahun ini diduplikasi di berbagai kota di Indonesia.
Bentuk kerjasama ini membantu calon mitra yang mempunyai minat dalam bidang pendidikan dan ingin memulainya secara profesional tanpa perlu melangkah dari nol dengan sistem dan pendampingan penuh yang telah kami siapkan.
Strategi marketing apa yang digunakan untuk mengembangkan Alifa Kids?
Kekuatan di jasa pendidikan adalah kepuasan pelanggan dan pemenuhan atas janji yang diberikan. Demikian juga dengan apa yang Alifa Kids rasakan di 10 tahun ini. Siswa datang dari referensi para orang tua yang telah menjadi bagian dari Alifa Kids.
Alifa Kids juga memanfaatkan media online berupa website dan media sosial dalam berinteraksi dengan calon konsumen. Teknologi sangat membantu menyebarkan apa saja yang Alifa Kids miliki dan yakini, sehingga dapat menjangkau orang tua yang sudah merasa satu visi dengan Alifa Kids.
Kisah suka dan duka apa yang Mba Vivi alami selama membangun bisnis?
Hal yang paling menantang adalah pengelolaan SDM, terutama guru. Ini saya temukan sejak pertama kali menjalankan usaha ini. Saya menemukan bahwa kesadaran pendidik untuk bekerja profesional itu masih perlu ditumbuhkan. Menjadi seorang pendidik artinya adalah pilihan untuk belajar seumur hidup. Menjadi pendidik bukanlah pihak yang sudah tahu segalanya.
Mengajak rekan-rekan pendidik agar menjadi sosok yang terus relevan di mata anak didik dan orang tua benar-benar menantang. Ini sekaligus menjadi misi penting yang membuat Alifa Kids ingin menjadi bagian dari penggerak perubahan di pendidikan Indonesia.
Tantangan lainnya adalah mengajak orang tua untuk mengembalikan apa esensi pendidikan usia dini. Hal ini jadi penting di tengah tekanan orang tua untuk memiliki anak yang berprestasi secara akademis. Kita harus sama-sama sepakat bahwa prestasi bukan sebatas menang lombang, banyak piala, dan berada di panggung.
Ke depan, apa rencana Vivi untuk Alifa Kids?
InsyaAllah dengan hadir di Pulau Jawa, terbuka kesempatan untuk lebih mudah mengakses ilmu dan sumberdaya agar Alifa Kids bisa terus berbenah. Kami juga mengembangkan model kerjasama kemitraan franchise ini di beberapa kota sembari menemukan mitra-mitra yang bersedia bekerjasama jangka panjang dan menjalankan sistem yang sudah kami siapkan. Develop the new educationpreneur, InsyaAllah.
Selain mengelola Alifa Kids, Mba Vivi saat ini tergabung dalam tim business coach juga ya?
Saya banyak dibantu dan belajar dari berbagai komunitas. Salah satu yang saya dapatkan adalah kemampuan coaching membuat saya percaya bahwa manusia berdaya. Kemampuan yang juga dengan serius saya pelajari dan mendapat sertifikasi dari salah satu lembaga coaching yang besar di Indonesia. Dalam kelompok/ komunitas bisnis, kemampuan ini menjadi modal untuk sesama UKM saling memberdayakan dan sangat menyenangkan.
Dengan kesibukan mengurus bisnis, bagaimana Mba Vivi membagi waktu dengan suami dan dua orang anak Alifa Taqiya (10) & M. Faiq Alfatih (5)?
Suami saya, Satria Putra, turut aktif dalam usaha ini. Kami berdua ada dalam struktur tim kerja Alifa Kids. Kami bekerja dan digaji secara profesional. Di satu sisi, seru ketika suami menjadi partner kerja. Namun di sisi lain, kadang di rumah pun kami masih berdiskusi soal pekerjaan. Status sebagai partner kerja dan partner hidup pun kadang rancu. ☺
Saya percaya bahwa tak ada hidup yang seimbang, melainkan hidup dengan berbagai pilihan serta bertanggungjawab dengan pilihan tersebut. Akan ada sesi yang menjadi haknya keluarga, maka pekerjaan menunggu. Sebaliknya ada sesi di mana fokus saya di pekerjaan maka keluarga yang menunggu.
Anak-anak juga diberikan penjelasan tentang hal ini agar mereka tetap sadar bahwa kami mencintai mereka di tengah tanggung jawab menjalankan pekerjaan. Saya percaya bahwa apapun jenis pekerjaannya, kita hanya akan tampil terbaik jika pekerjaan tersebut dikerjakan dengan kehadiran lahir batin dan tanpa rasa bersalah.
Apa pesan Vivi untuk pembaca QM yang ingin membangun bisnis?
Membangun bisnis adalah sebuah pilihan. Di belakang pilihan, ada tanggung jawab yang melekat. Berbisnislah bukan karena tren ataupun merasa berada di posisi yang lebih berharga ketimbang peran lainnya. Peran terbaik adalah peran yang dilakukan dengan tanggung jawab 100%.
Siapapun yang memilih menjadi pebisnis sejatinya sedang memutuskan menjadi “pelayan” bagi orang lain: bagi tim, konsumen, dan negara. Ada kondisi mental dan kesadaran yang perlu dipersiapkan dengan rasional. Menjadi pebisnis juga merupakan peran dengan tanggung jawab untuk mau belajar berkali-kali lipat dibanding peran lain, menjadi pembelajar sejati. Karena kesalahan kecil bisa berdampak besar.
Inspiratif sekali cerita Vivi dalam membangun dan membesarkan TK Alifa Kids. Ternyata jadi pebisnis itu menuntut kita untuk terus belajar, menjadi pembelajar sejati. Terima kasih sudah berbagi inspirasi Vivi!
Fransisca Emi | Financial Trainer
***
Biasa Jadi Baik: Fokus Pada Apa Yang Baik
Biasa Jadi Baik adalah gerakan untuk mengajak teman-teman menyiapkan kebiasaan baik. Saat kita pensiun nanti, dari kebiasaan-kebiasan baik lah kita bisa punya kualitas hidup lebih baik. Ini perlu dimulai dari sekarang. Ada kebiasaan baik di pagi hari. Ada kebiasaan baik dengan pasangan. Ada juga kebiasaan baik dalam mengelola uang.
read more: #BiasaJadiBaik
Bulan April ini QM mengajak teman-teman menceritakan nasihat terbaik untuk perempuan. Nasihat pertama datang dari Yulia Astuti, pemilik Moz5 Salon – salon khusus muslimah, dan juga Ibu dari anak berkebutuhan khusus. Yulia mengajak kita semua untuk berfokus pada apa yang baik yang sudah diberikan oleh Tuhan.
Apa nasihat terbaik untuk perempuan versi Yulia Astuti?
Apa pun yang diberikan oleh Tuhan, pastilah yang terbaik dan paling kita butuhkan. Karena DIA yang menciptakan kita paling tahu tentang kita.
Dari mana inspirasi tersebut berasal?
Nasihat tersebut saya dapatkan dari guru mengaji.
Sudah berapa lama nasihat tersebut diterapkan?
Sudah sejak sekitar 4 empat tahun yang lalu.
Apa saja dampak yang dirasakan sejak mengikuti nasihat tersebut?
Saya belajar untuk tidak menyalahkan keadaan. Stop wondering why, why me, why not them. Saya diingatkan untuk fokus pada yang baik. Because you get what you focus on. Begitu kita fokus pada yang baik maka kita akan semakin menemukan hal baik lainnya. Semakin bersyukur semakin kita bahagia. Dia Yang Maha Sempurna tidak pernah salah dalam ketetapanNya.
Apakah nasihat untuk perempuan ini akan dibawa hingga masa pensiun nanti?
Tentu saja. Nasihat yang baik sudah selayaknya dijalankan, meski sudah pensiun.
Dari sisi finansial, bagaimana Yulia mengelola keuangan untuk anak berkebutuhan khusus?
Memiliki anak berkebutuhan khusus membuat dana kebutuhan untuk anak menjadi lebih besar. Mereka akrab dengan fisioterapi, terapi wicara, dan terapi okupasional yang tentunya membutuhkan dana lebih. Saya merasa perlu menyiapkan masa depan mereka dengan lebih cermat. Oleh karena itu, setiap bulan saya menyisihkan penghasilan untuk menabung, membeli emas, dan juga reksa dana untuk memastikan kebutuhan mereka di masa depan terpenuhi.
Kalau boleh tahu, Yulia sudah siap pensiun belum?
Belum sih ☺
Apa saja yang sudah Yulia siapkan untuk menghadapi masa pensiun nanti?
Untuk saat ini saya masih terus mempersiapkan bisnis yang bisa terus berjalan dan menghasilkan walaupun saya sudah pensiun. Selain itu saya juga sudah menyiapkan tabungan, berinvestasi di reksa dana dan emas, serta memiliki properti yang disewakan.
Terima kasih untuk cerita inspiratifnya Yulia. Kita perlu belajar untuk fokus pada yang baik dan selalu bersyukur. Seperti kata Yulia, “semakin bersyukur kita akan semakin bahagia”.
Walaupun menyatakan belum siap pensiun, Yulia sudah menyiapkan berbagai jenis aset aktif berupa bisnis, property, dan surat berharga.
Kamu sendiri gimana? Sudah siap pensiun belum? ☺
@QM_Financial
***
Apa kebiasaan keuangan baikmu? Ayo bahas bersama di akun media sosial kami dengan tagar #BiasaJadiBaik
Facebook Fanpage QM Financial dan Twitter / Instagram @QM_Financial.
Sebarkan virusnya. Ajak lebih banyak orang tergerak mewujudkan keuangan yang sehat dan kuat.
Inspirasi Kartini: Sebuah Perjuangan Kemandirian
Siapa yang tak kenal Kartini? Setiap tanggal 21 April kita memperingati hari lahir Raden Ajeng Kartini atau yang lebih dikenal dengan Kartini. Kartini merupakan salah satu inspirasi perjuangan kemandirian. Kartini berjuang agar perempuan bisa mandiri dan sejajar dengan laki-laki. Pertanyaannya, sudahkah kita perempuan menjadi mandiri, termasuk mandiri secara finansial?
Perempuan yang mandiri secara finansial ini diwujudkan dalam dua hal: bisa menghasilkan uang sendiri dan punya kebiasaan mengatur uang dengan baik. Dalam kehidupan kita akan melewati tiga fase: muda, mapan, dan pensiun. Di tahapan mana pun kita saat ini, kita harus bisa mengurus uang. Kebiasaan baik mengurus uang seperti apa sih yang sebaiknya kita lakukan di tiga tahap kehidupan tersebut?
MUDA
Masa muda adalah masa yang paling tepat untuk memulai kebiasaan keuangan yang baik. Enggak perlu ribet. Buat kamu yang berusia kurang dari 30 tahun, mulai dari yang basic dulu seperti:
- Memilih mau mulai membangun karir, kuliah lagi, atau mulai bisnis? Pilihan hidup mana yang kamu pilih? Mau mulai membangun karir di perusahaan top? Mau kuliah lagi? Atau mau mulai bisnis sendiri? Pilihannya terserah kamu. Setiap pilihan disertai konsekuensi, termasuk konsekuensi keuangan.
- Biasakan menabung minimal 10% dari penghasilan. Menabung minimal 10% dari penghasilan ini kelihatannya sepele, padahal kenyataannya enggak. Jangan nunggu sisa kalau mau nabung. Aktifkan fasilitas auto debet dari rekeningmu setiap bulan sehabis gajian. Sebelum kamu sempat berkedip, sebagian penghasilan sudah berhasil disisihkan untuk masa depan.
- Kumpulin DP untuk rumah. Memiliki properti sendiri adalah sebuah perjalanan yang menghangatkan hati. Tak perlu buru-buru, yang penting mulai aja dulu. Kumpulkan dana down payment senilai 30% harga rumah.
- Investasi senilai 1/2 pasang sepatu untuk Dana Pensiun. Kebutuhan dana pensiun kita itu besar. Dengan berinvestasi sejak muda, dana yang kamu investasikan bisa lebih kecil. Read more: Investasi Dana Pensiun Mulai Dari Setengah Harga Sepatumu!
- Liburan vs shopping tolong dijaga! Untuk kategori lifestyle ini, kamu boleh alokasikan maksimal 20% dari penghasilan bulanan. Kalau belum punya cukup dana untuk liburan, nabung dulu lah. Jangan sampai kamu utang buat Dana Liburan.
MAPAN
Di usia mapan – biasanya kepala empat – kita sudah harus melangkah lebih lanjut ke fase akumulasi aset. Di usia ini biasanya penghasilan sedang tinggi-tingginya. Sebagian penghasilan sebaiknya diubah menjadi aset. Aset yang dikumpulkan adalah aset aktif yang terdiri dari kombinasi bisnis, properti, dan surat berharga. Kebiasaan keuangan di tahap ini antara lain:
- Memiliki penghasilan dari banyak pintu. Di tahap ini penghasilan tidak hanya dari gaji saja, tapi juga dari aset aktif yang sudah mulai memberikan penghasilan pasif.
- Menjaga porsi cicilan max 30%. Jumlah cicilan, termasuk rumah, mobil, dan cicilan lain harus dijaga maksimal 30% dari penghasilan bulanan keluarga.
- Sudah punya properti sendiri. Kalau di usia muda memiliki properti sendiri masih merupakan opsi. Saat mapan, kita sudah harus punya properti sendiri. Bahkan perlu ditanya, punya properti berapa? ☺
- Membeli aset aktif. Dengan tingkat penghasilan yang tinggi, usia mapan adalah usia yang tepat untuk membeli aset aktif. Aset aktif inilah yang akan memberikan penghasilan pasif saat masa pensiun nanti.
- Menjaga pengeluaran lifestyle.Penghasilan naik, gaya hidup naik? Tetap dijaga maksimal 20% saja ya.
PENSIUN
Pensiun tidak selalu berarti berhenti bekerja loh. Bisa jadi ini kesempatan karir kedua. Tapi di usia ini kita tak lagi bekerja demi sesuap nasi. Kita bekerja karena kecintaan pada apa yang kita kerjakan. Kebiasaan keuangan di tahap ini antara lain:
- Terima uang pensiun. Di usia pensiun saatnya kita menerima uang pensiun. Uang pensiun bisa berasal dari beberapa sumber antara lain, dana pensiun dari kantor, dana pensiun lembaga keuangan, BPJS Ketenagakerjaan, atau dana pensiun yang disiapkan sendiri.
- Bebas utang. Seharusnya di usia ini kita tak lagi mempunyai utang. Semua utang sudah dilunasi di fase mapan. Kita pun bisa menjalani masa pensiun tanpa beban.
- Memiliki rumah pensiun. Setelah berlelah-lelah bekerja di masa produktif, mungkin ada keinginan untuk menjalani masa pensiun di daerah yang lebih tenang, bebas dari keruwetan lalu lintas. Ini harus dipikirkan sejak awal.
- Punya aset yang menghasilkan. Di fase ini sebaiknya kita sudah mencapai fase kebebasan finansial, di mana penghasilan pasif sudah melebihi pengeluaran bulanan. Penghasilan pasif didapat dari kombinasi kepemilikan aset aktif.
- Menjalani lifestyle pensiun yang diinginkan. Lifestyle pensiun seperti apa yang ingin Anda jalani? Tinggal di kota kecil yang tenang, menghabiskan waktu dengan cucu tercinta, atau berlibur keliling dunia? Setiap pilihan membawa konsekuensi finansial. Pastikan dana pensiunmu cukup untuk membiayaai pilihan lifestyle ini ya!
Ada di fase manakah kamu sekarang? Di fase mana pun, miliki kebiasaan keuangan yang baik. Kita bisa kok jadi perempuan yang mandiri secara finansial!
– QM Admin –
Perempuan dan Tujuan Finansial: Tujuan Lo Apa?
Berhubung bulan ini kita memperingati hari lahir Kartini, tepatnya pada tanggal 21 April, kita bahas segala yang perempuan yuk. Setelah minggu lalu kita membahas tentang pentingnya perempuan belajar mengelola uang, kali ini kita akan bahas tentang perempuan dan tujuan finansial.
Definisi tujuan finansial
Apa sih tujuan finansial itu? Tujuan finansial itu berawal dari mimpi. Supaya mimpi jadi kenyataan nih perlu target yang jelas. Dalam perencanaan keuangan, ini berarti kita perlu menentukan dulu mimpi apa yang ingin dicapai. Bukan sekedar ‘ingin menabung atau ‘ingin kaya’ saja.
Seperti konsep ‘Tujuan Lo Apa’ yang didengungkan oleh lead QM Trainer Ligwina Hananto, tujuan finansial ini tidak bisa dibuat abu-abu. Setiap tujuan finansial harus punya ‘muatan’, sebuah judul agar uang yang sedang kita upayakan bermanfaat untuk hidup kita. Selain harus memiliki makna dalam hidup kita, tujuan finansial juga erat kaitannya dengan nilai di masa depan. Karena itu, tujuan finansial juga memiliki jangka waktu.
Tujuan finansial=judul+nilai masa depan+jangka waktu
Contohnya mau beli rumah dengan cara kredit. Berarti ada sejumlah tertentu DP yang harus dikumpulkan untuk jangka waktu tertentu. Nah ini bisa disebut Tujuan Finansial Dana DP Rumah Baru.
Sayangnya belum semua orang menyadari pentingnya menetapkan tujuan finansial. Alhasil sudah bertahun-tahun bekerja tapi belum punya aset. Rasanya sudah bekerja keras tapi kok tabungan enggak nambah-nambah. Pasti deh itu karena enggak ada tujuan finansial yang jelas.
Kenapa perempuan perlu punya tujuan finansial?
Pernahkah kita membayangkan kehilangan pekerjaan? Di dunia ini enggak ada yang pasti lho! Kalau tidak punya penghasilan, apa yang akan dilakukan untuk bertahan hidup sampai mendapatkan pekerjaan baru? Atau ingin punya rumah sendiri gak sih? Emang betah terus-terusan tinggal di Pondok Mertua Indah? Udah siap pensiun belum? Pertanyaan-pertanyaan ini bisa dijawab dengan tujuan finansial lho!
Supaya tetap bisa bertahan hidup jika terjadi hilangnya penghasilan atau keadaan darurat lain, ada tujuan finansial berupa Dana Darurat. Dana ini dipakai untuk hal-hal yang sifatnya darurat seperti plafond rumah rubuh, mobil mogok harus masuk bengkel, resign dari kantor lama dan belum mendapatkan pekerjaan baru. Tujuan finansial Dana Darurat merupakan tujuan finansial paling dasar yang wajib dimiliki semua orang. Besaran Dana Darurat dihitung berdasarkan pengeluaran bulanan. Untuk lajang jumlahnya 3-4x, menikah belum punya anak 6x, menikah dengan 1 anak 9x, menikah dengan 2 anak atau lebih 12x. Untuk freelancer yang penghasilan per bulannya tidak pasti disarankan punya Dana Darurat sebesar 12x pengeluaran bulanan.
Tak perlu khawatir dengan besarnya Dana Darurat yang harus disiapkan. Kembali lagi ke konsep tujuan finansial = judul + nilai masa depan + jangka waktu.
Misalnya Dana Darurat untuk keluarga dengan 2 anak sebesar 12x pengeluaran bulanan. Katakanlah pengeluarannya Rp5.000.000 per bulan. Maka Dana Darurat yang perlu dikumpulkan sebesar Rp60.000.000. Tinggal ditarget saja mau dicapai kapan, apakah dalam 1,2, atau 3 tahun? Kemudian, cara mencapainya bisa dengan menabung atau berinvestasi.
Dengan adanya tujuan finansial yang jelas, mengatur keuangan jadi lebih gampang. Perempuan juga jadi lebih disiplin karena ada mimpi yang mau diraih. Tujuan finansial lainnya seperti Dana Liburan misalnya, bisa banget! Tentukan dulu mau kemana, anggarannya berapa, dan kapan berangkat. Dari situ kita bisa hitung berapa jumlah uang yang harus ditabung atau diinvestaikan per bulannya.
Selain itu yang enggak kalah penting juga adalah Dana Pensiun. Kelihatannya sih masih lama tapi jumlahnya raksasa lho kalau enggak dipersiapkan dari sekarang! Dengan jumlah yang raksasa sulit sekali untuk di-cover dengan tabungan pensiun dari kantor. Padahal kalau mulai investasi dari sekarang untuk Dana Pensiun hanya sebesar setengah harga sepatu lho!
Dengan punya tujuan finansial, keuangan kita juga semakin kuat sehingga bisa juga membantu orang lain lebih banyak dan lebih lama. Selain itu, kita akan berpikir ulang kalau mau menyabotase dana untuk tujuan finansial tertentu yang sudah terkumpul. “Wah, kalau uang ini dipake, enggak jadi jalan-jalan dong atau wah kalau dana ini dipake, siap-siap enggak pensiun nih!”
Yuk! Pastikan kamu jadi perempuan yang bisa mengatur keuangan dan punya tujuan finansial yang jelas.
QM Admin –
Tujuan Bisnis: BE+DO=HAVE
Dalam pelatihan-pelatihan bisnis yang dilakukan oleh QM Financial, seringkali kami menjumpai pemilik bisnis yang tidak mengerti arah tujuan bisnisnya sendiri. Padahal, pemilik bisnis adalah orang yang paling bertanggungjawab atas kesuksesan bisnis tersebut. Jadi pemilik bisnis perlu menentukan tujuan bisnis agar seluruh tim mengerti arah perjalanan bisnis itu sendiri.
Dalam perencanaan keuangan pribadi, lead trainer Ligwina Hananto dikenal dengan konsep ‘Tujuan Lo Apa’ untuk menetapkan tujuan finansial spesifik yang ingin dicapai seseorang. Dalam perencanaan bisnis, Ligwina Hananto mengenalkan konsep BE + DO = HAVE.
BE DO HAVE adalah sebuah konsep yang dikembangkan oleh Erich Fromm, seorang psikolog yang berasal dari Jerman. Sebetulnya konsep ini tidak berhubungan langsung dengan penyusunan rencana bisnis. Dalam bukunya yang diterbitkan tahun 1976, “To Have or To Be?” – Fromm menuliskan bagaimana manusia cenderung berkonsentrasi pada kebendaan (HAVE), sayangnya melupakan kondisi diri sendiri (BE). Pengertian kebendaan, upaya mencapai kebendaan, dan kondisi jiwa manusia ini dapat kita terjemahkan kembali menjadi logika yang runut sehingga mudah dipahami pemilik bisnis saat menyusun rencana bisnisnya.
HAVE
Have atau kebendaan dapat kita artikan sebagai TARGET. Target adalah hasil yang ingin dicapai dalam bisnis. Bisnis tak boleh dibiarkan ‘mengalir’ begitu saja. Harus ada target yang jelas, spesifik, dan bisa diukur.
Misalnya sebuah bisnis cookies premium home made ingin meningkatkan penjualan cookiesnya dari Rp10.000.000 per bulan menjadi Rp100.000.000 per bulan atau naik 10x lipat dalam jangka waktu 6 bulan. Dari pemaparan target ini, ada ukuran yang jelas berupa nilai omzet dan jangka waktu.
DO
Do atau upaya mencapai kebendaan dapat kita artikan sebagai STRATEGI. Apa yang akan kita lakukan untuk mencapai target yang sudah ditetapkan? Strategi baru bisa kita susun jika ada target yang jelas, ada ukuran yang hendak dicapai.
Bagaimana cara mencapai target kenaikan omzet sebesar 10 kali lipat dalam jangka waktu 6 bulan? Misalnya pemiliki bisnis berencana memasang iklan di instagram dan menggunakan endorse selebgram.
BE
Be ini tentang kondisi diri si pemilik bisnis beserta karyawannya. Seperti apa kondisi diri pemilik bisnis dan karyawannya saat omzet naik 10 kali lipat? Selanjutnya, kira-kira seperti apa kondisi diri yang dibutuhkan untuk bisa mencapai nilai omzet tersebut?
Untuk memasang iklan di instagram dibutuhkan pengetahuan digital marketing. Untuk bisa menggunakan jasa selebgram pun kita harus punya koneksi. Jangan lupa ada faktor biaya yang cukup besar untuk menjalankan strategi ini. Apakah para karyawannya sudah memiliki kompetensi dan perilaku yang sesuai untuk mencapai target yang besar tersebut?
Dari penjelasan di atas, terlihat pentingnya memiliki ketiga elemen saat menyusun rencana bisnis. Ketiadaan salah satu elemen bisa menyebabkan ketidakseimbangan pengelolaan bisnis.
BE+DO=HAVE
KONDISI DIRI+STRATEGI=TARGET
Sudahkah bisnismu memiliki ketiga elemen tersebut? Mari mulai dengan mencari tahu kondisi diri seperti apa yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan bisnis!
QM Admin –
Beli Rumah VS Traveling: Pilih Mana?
Menurut kamu mending beli rumah dulu atau mendingan traveling dulu? Bagi para anak lama, jawaban dari pertanyaan ini akan sangat telak: ‘Ya rumah dulu lah’. Tapi bisa berbeda untuk millenials. Untuk millenials, beli rumah itu bisa jadi sesuatu yang menakutkan. Apalagi standar sekarang, beli rumah itu enggak dapat banyak likes di Instagram. Kalau travelling kan dapat konten menarik untuk masuk medsos. Kamu berpendapat yang sama kah?
Padahal punya rumah sendiri itu adalah bagian penting dalam sebuah financial plan. Mempunyai rumah sendiri adalah simbol kemandirian. Dengan mempunyai rumah sendiri, kita juga bisa mendukung perekonomian negeri. Karena dari setiap rumah yang terjual, banyak lapangan pekerjaan terbuka, banyak bahan bangunan yang digunakan, dan ada kredit rumah yang tersalurkan.
Yang perlu diwaspadai, harga rumah ini makin lama makin mencekik loh. Kenaikannya jauh lebih tinggi daripada harga tiket pesawat ☺ . Gak mau kan nanti pas udah berumur 40-an masih ngontrak?
Boleh kok traveling. Tapi travelingnya pake PLAN ya. Jalan-jalannya yang terencana dan sudah disiapkan dananya. Jangan sampai feed Instagram bisa jadi keren karena jalan-jalan terus tapi saldo rekening tergerus.
Coba, kamu pengen liburan kemana dan kapan? Kita buat tujuan finansial dana liburan. Misalnya tahun depan mau liburan ke Bangkok, butuh dana Rp12.000.000. Kamu punya waktu setahun untuk mengumpulkan dananya. Kalau periodenya hanya setahun, nabung aja cukup sih. Untuk mendapatkan dana liburan sebesar Rp12.000.000, kamu bisa menabung Rp1.000.000 per bulan selama 12 bulan.
Jadi, kalau kamu sekarang belum berminat membeli rumah dan masih ingin jalan-jalan, silakan. Tapi mulai nabung dulu ya. Siapa tahu dalam 1 tahun atau lebih kamu berubah pikiran. Tahun berikut mungkin sudah tertarik untuk beli rumah. Nah uang hasil nabung untuk liburan ini bisa dialihkan jadi DP rumah!
Dan ini kejadian beneran ya. Dalam salah satu studi kasus yang dibahas Ligwina Hananto, dana liburan ini bisa beralih jadi DP apartmen loh!
Sebut saja namanya Ayu. Setelah setahun mengumpulkan dana liburan, Ayu merasa udah kebanyakan jalan-jalan. Setahun kemudian Ayu merasa lebih berani untuk punya rumah pertamanya!
Mulainya hanya dari niat mau liburan, tapi nabung dulu. Buat si Ayu, malah berbuah bisa beli apartemen. Bahkan sekarang Ayu mau beli apartemen lebih besar. Apartemen lamanya dijual dan dijadikan DP untuk apartemen kedua.
Kamu pengen seperti Ayu? Yang penting adalah mulai nabung aja dulu. Mulai dengan tujuan yang kamu suka; nanti kalau berubah pikiran dan sudah berani uang ini bisa dialihkan jadi DP. Jadi, liburan jalan terus, rumah pun tetap terbeli. Seru kan!
Mau tau lebih banyak pembahasan tentang topik-topik finansial? Yuk ikutan, Financial Clinic Online Series. – kelas finansial online yang memungkinkanmu belajar finansial di mana saja. Cek jadwalnya di event.qmfinancial.com dan ikuti terus updatenya di IG @qm_financial.
QM Admin –
Pentingnya Perempuan Belajar Mengelola Keuangan
Setelah seorang perempuan menikah dan mempunyai anak, biasanya akan timbul kegalauan. Apakah dia akan terus bekerja atau menjadi ibu rumah tangga dan mendedikasikan dirinya bagi keluarga. Kedua hal ini mestinya menjadi alternatif pilihan untuk perempuan, bukan paksaan. Namun, apa pun pilihannya setiap perempuan harus punya kemampuan mengelola keuangan.
Alasan Pentingnya Perempuan Belajar Mengelola Keuangan
Perempuan yang dapat mengelola keuangan bisa menjadi perempuan yang mandiri, tidak tergantung pada orang lain. Bahkan mampu memberdayakan orang lain. Tentunya kalau punya penghasilan sendiri, perempuan memang bisa ikut berkontribusi ke keuangan keluarga. Tapi sebagai ibu rumah tangga pun, seorang perempuan harus dibekali dengan kemampuan mengelola keuangan. Seharusnya tidak ada halangan bagi perempuan untuk mengelola keuangan walaupun penghasilannya dari pasangan. Faktanya, dari pelatihan finansial yang dilakukan QM Financial, tidak sedikit perempuan yang tidak memiliki akses keuangan dan tidak bisa menghasilkan uang sendiri.
Mengapa penting bagi perempuan untuk belajar mengelola keuangan?
Salah satunya agar bisa tetap survive kalau terjadi hal yang tidak diinginkan kepada suami sebagai pencari nafkah utama. Sebagai pencari nafkah utama keluarga, suami wajib memiliki proteksi berupa asuransi jiwa. Jika pencari nafkah utama meninggal, sang istri akan menerima sejumlah uang pertanggungan yang bisa digunakan untuk melanjutkan hidup dan merencanakan dana pendidikan untuk anaknya. Kebayang gak kalau perempuan tidak mampu mengelola uang? Tanpa pengetahuan tentang pengelolaan keuangan, sejumlah besar uang yang diterima bisa langsung habis dalam sekejap.
Apa yang Harus Dilakukan Perempuan?
Jika seorang perempuan memilih untuk menjadi ibu rumah tangga, dia bisa mulai mengelola penghasilan pasangan. Hal pertama yang perlu dilakukan adalah menyisihkan minimal 10% untuk ditabung atau diinvestasikan. Akan lebih keren lagi kalau sudah punya tujuan keuangan misalnya Dana Darurat, Dana pendidikan Anak, Dana DP Rumah.
Sisihkan sesuai pos
Jadi, hal pertama yang dilakukan saat terima “jatah” dari pasangan adalah menyisihkannya ya, bukan menunggu sisa. Biasanya kalau kita menunggu pemenuhan kebutuhan dulu baru sisanya ditabung, gak akan ada sisa ☺.
Setelah menyisihkan 10% di depan untuk ditabung, jaga juga cicilan utang maksimal 30% dari penghasilan. Ini termasuk cicilan KPR, cicilan mobil, sampai cicilan Kredit Tanpa Agunan. Kalau masih punya cicilan kartu kredit segera lunasi! Kartu kredit itu banyak gunanya dengan satu syarat bayar lunas setiap bulan. Kalau berani gesek kartu kredit, pastikan uangnya memang ada di rekening, jangan halu! Bukan berarti tidak boleh bersenang-senang. Boleh-boleh aja kok punya anggaran maksimal 20% untuk pengeluaran lifestyle dari jumlah penghasilan yang diberikan pasangan.
Setelah 10% penghasilan ditabung/diinvestasikan, 30% cicilan, 20% untuk pengeluaran gaya hidup, sisanya sekitar kurang lebih 40% digunakan untuk pengeluaran rumah tangga.
Lengkapi dengan proteksi
Jangan lupa perencanaan keuangan tak lengkap tanpa proteksi. Proteksi umumnya berupa asuransi. Ibaratkan kita punya rumah, asuransi ini atapnya. Kalau kita berhadapan dengan musim hujan, asuransi itu payungnya. Proteksi berupa asuransi kesehatan wajib dimiliki semua orang tanpa terkecuali mulai dari bayi sampai orang dewasa. Semua perlu perlindungan kesehatan karena kalau sakit, bisa menimbulkan biaya yang besarnya tidak terduga dan menggerus uang kita. Kalau punya asuransi, kita jadi bisa punya perlindungan. Kalau sampai harus diopname, ada yang bayarin. Kalau kecelakaan, ada yang bayarin. Sedangkan untuk penghasil nafkah utama keluarga harus dilindungi dengan asuransi jiwa.
Yuk, pastikan kamu jadi perempuan yang bisa mengatur keuangan!
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
– QM Admin –
Cara Praktis Mengatur Keuangan Keluarga
Edukasi keuangan, khususnya bagi mereka yang memasuki dunia kerja sangatlah penting. Ada perubahan fase dari mengelola uang saku menjadi mengelola penghasilan sendiri. Dengan mengetahui ilmu perencanaan keuangan sejak dini, mereka dapat pula mengatur penghasilan agar dapat dimanfaatkan untuk pencapaian tujuan keuangan.
Bulan Maret yang lalu, QM Financial berkesempatan memberikan edukasi keuangan bagi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) Badan Informasi Geospasial (BIG) di Cibinong.
Peserta yang berjumlah 70 orang sebagian besar belum menikah. Untuk para CPNS yang belum menikah dan berusia di bawah 30 tahun, Ligwina Hananto – lead trainer QM Financial menyarankan untuk segera menginvestasikan minimal setengah dari harga sepatu untuk kebutuhan masa depan. Tak perlu khawatir hilang atau rugi. Tanpa diinvestasikan pun, uang sejumlah itu akan dengan mudah terkonversi menjadi makanan atau barang lain yang tidak jelas fungsinya.
read more: Investasi untuk Dana Pensiun: Mulai Dengan Setengah Harga Sepatumu
Bagi mereka yang sudah berkeluarga atau berencana menikah dalam waktu dekat, Ligwina memberikan 5 cara praktis untuk mengatur keuangan keluarga.
1. Mengatur Cashflow.
Untuk mengatur cashflow bulanan keluarga, rasio yang disarankan adalah menabung minimal 10% dari penghasilan, cicilan maksimal 30%, dan lifestyle maksimal 20%. Dalam hal ini harus ada pembicaraan dan kesepakatan yang baik antar pasangan dalam hal mengatur keuangan. Apakah semua penghasilan dikelola salah satu pihak atau ada pembagian tugas, misal suami mengatur dana untuk menabung atau berinvestasi sedangkan istri mengatur dana untuk pengeluaran bulanan.
2. Menyiapkan Dana Darurat.
Dana darurat adalah dana yang diparkir dan hanya digunakan dalam keadaan darurat, misal kehilangan pekerjaan. Dana darurat dihitung berdasarkan pengeluaran bulanan. Nilai ini menyatakan berapa bulan keluarga sanggup bertahap hidup jika terjadi keadaan darurat. Besaran dana darurat yang disarankan adalah sebagai berikut:
STATUS |
BESARAN |
Menikah belum memiliki anak |
6x Pengeluaran Bulanan |
Menikah dengan satu orang anak |
9x Pengeluaran Bulanan |
Menikah dengan dua orang anak atau lebih |
12x Pengeluaran Bulanan |
Bagi yang masih lajang juga disarankan mempunyai dana darurat sebesar 4x Pengeluaran Bulanan.
3. Mempersiapkan Dana Pendidikan Anak
Biaya pendidikan semakin lama semakin mahal. Inflasi biaya pendidikan bisa mencapai 10% hingga 16% per tahun. Biasanya untuk jenjang PG-SD kita masih bisa mencapai target dana pendidikan dengan menabung. Namun untuk jenjang selanjutnya menabung saja tidak cukup. Kita perlu mengambil risiko dengan berinvestasi.
4. Mempersiapkan Dana Pensiun
Dana Pensiun ini terlihat sepele karena jangka waktunya masih sangat panjang. Kadang kita berasumsi bahwa pengeluaran saat pensiun akan lebih kecil dari pengeluaran sekarang. Pada saat kita pensiun, seharusnya semua cicilan sudah lunas, sehingga beban pengeluaran lebih ringan. Namun, jangan salah, pengeluaran saat pensiun bisa lebih besar karena faktor kesehatan dan kenaikan harga bahan pokok setiap tahunnya. Kebutuhan dana pensiun ini bisa sangat besar loh. Siapkan sejak dini agar kita bisa pensiun dengan sejahtera.
read more: Dana Pensiun Dari Kantor Bukan Jaminan Pensiun Sejahtera
5. Memiliki Asuransi
Perencanaan keuangan tidak lengkap tanpa proteksi. Di masa produktif, saat kita berjuang mencapai berbagai tujuan finansial, bisa terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti sakit dan kematian. Risiko inilah yang kita alihkan ke perusahaan asuransi. Setiap orang wajib memiliki asuransi kesehatan. Apabila kantor tempat kita bekerja saat ini tidak memberikan fasilitas asuransi kesehatan, cari lah asuransi kesehatan swasta yang sesuai dengan kebutuhan. Jika, asuransi kesehatan swasta dirasa mahal, maka asuransi pemerintah seperti BPJS kesehatan bisa dipertimbangkan. Sedangkan fungsi asuransi jiwa adalah untuk menggantikan penghasilan yang hilang jika tertanggung meninggal, sehingga keluarga yang ditinggalkan bisa tetap melanjutkan hidup. Jadi, asuransi jiwa penting untuk mereka yang menjadi pencari nafkah utama keluarga.
Nah! Itu tadi 5 cara mengatur keuangan keluarga bagi para CPNS Badan Informasi Geospasial.
Ingin kantormu didatangi tim QM Finansial juga? Hubungi QM Training di 0811 1500 688 untuk berdiskusi tentang kebutuhan pelatihan keuangan!
Mia Damayanti / Financial Trainer