Dunia modern sudah berubah begitu cepat, segala sesuatu yang dahulu dianggap tabu sekarang menjadi lebih buka-bukaan. Bukan hanya gaya berpakaian yang terbuka, bahkan isi dompet pun dibuka habis ketika Anda bertemu perencana keuangan atau financial planner. Profesi ini bisa dianggap imut bagi kalangan warga Indonesia, selain jumlahnya yang masih terbatas, usianya pun masih bayi.
Nyatanya banyak orang yang membutuhkan bantuan para financial planner. Coba simak statement dari Mark Zuckerberg, si pendiri Facebook:
“In a world that’s changing really quickly, the only strategy that is guaranteed to fail is not taking risks.”
Pernyataan Mark Zuckerberg mengindikasikan untuk tidak mengambil risiko, padahal jelas tidak mungkin apabila Anda ingin berkembang. Yang paling mungkin dilakukan adalah dengan meminimalisir risiko yang dihadapi, termasuk risiko keuangan pribadi. Di sinilah peranan profesi financial planner, melakukan mitigasi risiko yang mengancam keuangan Anda. Apabila ada di antara Anda memiliki sifat-sifat berikut ini, itu merupakan suatu pertanda untuk segera menghubungi perencana keuangan yang terpercaya.
1. Terburu-buru dalam berinvestasi
Biasanya sifat terburu-buru ini dimiliki pemula yang belum pernah berinvestasi. Pada dasarnya bagus, menunjukkan semangat si pemilik modal. Namun terburu-buru membuat Anda ceroboh dalam menghitung untung rugi suatu produk investasi. Oleh karena itu, layaknya Anda meminta rekomendasi dari seorang perencana keuangan sebelum memutuskan berinvestasi.
2. Besar Pasak daripada Tiang
Bayangkan gaji per bulan 20 juta rupiah tetapi belanjanya 25 juta rupiah, dan kekurangannya ditutup menggunakan kartu kredit. Wow, jelas Anda membutuhkan bantuan seorang perencana keuangan. Dengan demikian Anda bisa menganalisa dan mengetahui, pos belanja mana saja yang bisa ditutup, untuk kemudian dialokasikan dalam bentuk investasi yang memberi hasil lebih baik.
3. Gagap Investasi
Masih banyak warga Indonesia yang memiliki uang lebih, tapi tidak paham investasi. Akhirnya mereka hanya menaruh uangnya di Bank atau dalam bentuk emas, yang tumbuhnya tidak optimal karena tidak sebanding dengan laju inflasi. Apabila Anda mendatangi perencana keuangan, maka setelah melakukan financial check up, berbagai opsi investasi akan dikaji sesuai kebutuhan. Bisa saja Anda akan mulai belajar mengenai reksadana (http://diskartes.com/2016/04/enam-cara-investasi-reksadana-untuk-profit-maksimal/), saham, atau bahkan investasi derivatif lainnya. Dengan demikian, diharapkan tingkat imbal hasilnya mampu melebihi nilai inflasi.
4. Suka berhutang untuk berinvestasi
Ada beberapa orang yang hobi meminjam uang baik dari rekan atau Bank dan menggunakannya untuk investasi saham atau lainnya. Perilaku ini sudah menjauhi prinsip dasar investasi, yaitu untuk menjaga kekayaan bahkan jika perlu meningkatkannya. Sedangkan, hutang bukanlah bagian dari kekayaan, sehingga tidak wajar jika Anda menggunakan hutang untuk berinvestasi. Namun demikian, Anda bisa saja meminjam sejumlah uang untuk memulai atau memperluas bisnis Anda. Ingat kawan, bisnis itu berbeda dengan investasi.
5. Belum memiliki dana cadangan atau dana pensiun
Tidak ada yang mengetahui nasib seseorang, seberapa lama bakal hidup di dunia ini, kelangsungan karirnya, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, sejumlah dana memang harus disiapkan untuk bekal pensiun, terutama apabila tidak disiapkan oleh perusahaan tempat bekerja. Sedangkan untuk dana cadangan, idealnya Anda menyimpan 6 kali gaji per bulan di rekening khusus. Dana ini bisa digunakan ketika terjadi hal darurat, atau apabila Anda sedang dalam kondisi mencari pekerjaan baru. Butuh perencanaan yang matang untuk mengalokasikan pos-pos ini, sehingga tidak ada salahnya jika berkonsultasi ke perencana keuangan.
Related Posts
1 Comment
Leave a Reply Cancel reply
This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.
setuju, masih minimnya pengetahuan tentang perencanaan keuangan di indonesia bikin masyarakat banyak keteteran ketika udh bertambah umur, apalagi di usia pensiun. mereka perlu persiapan dari usia muda. seneng baca post ini bikin tambah semangat untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya perencanaan keuangan.
Apalagi yang poin besar pasak daripada tiang. hampir mayoritas orang punya sifat kaya gitu. banyak tergiur dengan barang atau segala sesuatu yang belum tentu mereka butuhkan