Menjadi sandwich generation itu sudah berat, apalagi kalau status kita sudah berpasangan suami istri. Karena itu, tak heran generasi milenial disebut sebagai generasi yang berbeban berat dan rentan stres.
Dan, hal ini akan terasa lebih berat lagi ketika kita sudah berkeluarga.
Ya, wajar sih. Pasalnya, kebutuhan untuk keluarga pastilah akan lebih besar lagi ketimbang saat kira masih single. Ditambah lagi dengan adanya anak.
Tapi, apa sih sandwich generation itu? Siapa saja yang termasuk di dalamnya? Lalu, apa yang menyebabkan suami istri bisa menjadi sandwich generation?
Sebelum lanjut, simak dulu yuk, podcast berikut ini.
Nah, sudah jelas ya, apa itu sandwich generation?
Sandwich generation itu adalah kamu yang hidupnya kejepit, antara menanggung kebutuhan hidupmu sendiri (dan keluargamu), dan juga kebutuhan hidup keluarga besarmu—a.k.a orang tuamu.
Apa Penyebab Sandwich Generation?
Ya, sebenarnya apa sih yang bisa menyebabkan sandwich generation ini? Ada setidaknya beberapa faktor, misalnya seperti usia pernikahan yang mundur, sehingga ketika orang tua sudah masuk masa pensiun, anak-anak masih harus sekolah. Saat anak-anak sudah mandiri, orang tua ternyata sudah gagal pensiun sejahtera.
Tetapi sepertinya faktor terbesarnya adalah kurangnya persiapan untuk pensiun dari generasi sebelumnya.
Nyatanya, ada survei juga yang mengungkap bahwa 73% masyarakat memilih untuk bergantung saja pada orang lain—terutama anak-anak mereka—di masa pensiunnya. Hanya 9% saja loh, yang siap untuk pensiun mandiri.
Beban Berat Para Sandwich Generation
Ada satu fakta yang belum banyak disadari hingga saat ini. Mari kita lihat saja dari tradisi yang sudah ada secara turun temurun.
Dalam konteks sebagai sandwich generation, di zaman sekarang cukup lazim ditemukan kelurga dalam satu rumah terdiri atas 3 generasi, yaitu generasi suami istri, generasi anak, lalu generasi orang tua bapak dan/atau ibu.
Sementara sudah banyak perempuan berkeluarga yang memilih untuk tetap bekerja, tetapi tanggung jawab pengasuhan anak dan perawatan orang tua akan tetap lebih banyak ada di pundak para istri.
Sebenarnya, banyak juga suami yang bersedia kebagian peran di sini, tapi tetap saja porsinya lebih banyak pada istri. Sedangkan para suami akan lebih banyak menghabiskan waktu dengan mencari nafkah bagi keluarga.
Jadi, bisa dibilang nih, istri sudah pasti bertanggung jawab terhadap pengasuhan anak. Namun, dalam rumah yang berisi 3 generasi itu, tak hanya pengasuhan anak, perempuan (baca: istri) jugalah yang akan merawat orang tua.
Beban pada Istri (?)
Ada penelitian yang menyatakan, bahwa beban perempuan yang sudah menikah itu lebih besar ketimbang pria, meski sama-sama sandwich generation dan sama-sama bekerja. Kok bisa?
Hal ini diungkapkan oleh Cara Williams, yang bekerja di Labour and Household Surveys Analysis Division, dalam jurnalnya yang dirilis tahun 2004, yang menyatakan bahwa beban seorang istri lebih besar daripada suami di dalam keluarga, meski dua-duanya merupakan sandwich generation. Dan, masih banyak yang percaya, bahwa kondisi suami istri sandwich generation ini masih relevan sampai sekarang.
Cara Williams, masih dalam jurnalnya, membagi kegiatan merawat dan mengasuh keluarga ini dalam 4 kategori, yaitu:
- Perawatan dalam rumah, misalnya menyiapkan makanan, membersihkan rumah, dan lain sebagainya
- Aktivitas di luar rumah, seperti membersihkan pekarangan, memperbaiki rumah, dan sebagainya.
- Transportasi, seperti mengantar kontrol ke dokter, berbelanja, antar jemput, dan sebagainya.
- Kebutuhan pribadi, seperti memandikan, memakaikan baju, dan lain sebagainya.
Kalau dicermati, para suami akan banyak berperan pada kategori transportasi dan sebagian aktivitas di luar rumah. Sedangkan istri biasanya akan punya peran pada perawatan dalam rumah, sedikit aktivitas di luar rumah, dan kebutuhan pribadi. Ini baik berlaku untuk perawatan anak maupun orang tua. Ditambah lagi juga ada kewajiban untuk merawat suami, betul?
Dengan demikian, istri—baik yang tinggal di rumah maupun yang bekerja di luar rumah—tetap akan menghabiskan waktu mengurus anak dan orang tua dengan jumlah waktu yang dua kali lipat lebih besar daripada suami. Hal ini juga menjadi kesimpulan dari penelitian Cara Williams.
Nah loh, berarti apakah benar beban istri lebih besar dalam keluarga sandwich generation? Bisa jadi.
Meski demikian, tanpa membesarkan peran satu pihak dan mengecilkan peran pihak yang lain, sudah sewajarnya bagi pasangan suami istri untuk bekerja sama memutus mata rantai sandwich generation ini. Jangan korbankan masa depan anak kita, hanya karena kita yang tidak mandiri.
Solusi Menghentikan Sandwich Generation
Lalu, seperti apa solusinya bagi suami istri yang sama-sama sandwich generation ini?
Mempersiapkan masa pensiun dengan baik adalah satu solusi penting yang harus kita lakukan untuk memutus mata rantai sandwich generation ini. Selain itu, komunikasi juga menjadi hal yang penting, apalagi jika pasangan suami istri sama-sama merupakann sandwich generation. Pembagian peran yang jelas dan adil akan membawa beban tanggungan menjadi lebih ringan.
Selain itu, tentunya, meningkatkan keterampilan mengelola keuangan rumah tangga kedua suami istri.
Nah, soal yang terakhir ini, kamu perlu ajak pasangan kamu untuk belajar bareng. Sama-sama sibuk? Tenang, karena QM Financial punya kok cara belajar asyik buat kamu dan pasangan, tanpa terpatok waktu dan bisa dilakukan secara mandiri. Modulnya lengkap, dan mudah diikuti.
Yuk, bergabung dengan kelas QM Financial di Udemy, Journey for Married Couples.
Enaknya belajar di Udemy, kamu enggak terikat oleh waktu. Kamu bisa mempelajari semua materi kapan pun, karena aksesnya lifetime untuk sekali pembayaran saja.
Asyik kan?
Yuk, belajar bareng di Udemy. Tim QM Financial tunggu di sana ya!