Bagi Anda yang tinggal di Pekanbaru, tentu sudah tidak asing lagi dengan Taman Kanak-Kanak (TK) Alifa Kids. TK besutan Rahmi Salviviani ini awalnya didirikan untuk kembali berkegiatan setelah tidak lagi bekerja dan melahirkan anak pertamanya yang bernama Alifa. Bisa ditebak, nama TK ini diambil dari nama anak pertamanya.
Di tahun 2008, Vivi – panggilan akrabnya – mendirikan cabang pertama TK Alifa Kids di Pekanbaru. Kini sudah ada 12 cabang TK Alifa Kids yang tersebar di tiga kota besar. Penasaran bagaimana Vivi membesarkan bisnisnya? Kita ikuti ceritanya yuk!
Hai Vivi, bisa diceritakan bagaimana kisah awal mula TK Alifa Kids berdiri?
Setelah tidak bekerja lagi dan anak pertama lahir, di usia 3 bulan, saya berpikir untuk kembali punya kegiatan. Pendidikan adalah kecintaan saya sejak SMU. Kala itu ada kesan bahwa menjadi pendidik itu ga keren. Tapi saya tetap mengikuti kata hati.
Tak pernah terbayangkan membuka usaha pendidikan usia dini akan seperti ini hasilnya. Ternyata banyak hal berbeda yang saya temukan dalam pengelolaan dan cara pandang ddalam pendidikan ketimbang apa yang saya dapat ketika dahulu bekerja. Seolah pendidikan usia dini itu boleh ala kadarnya dan pelayanan terhadap anak dan orang tua cukup biasa-biasa saja.
Dari sini saya semakin menyadari banyak hal yang perlu diurus dalam pengelolaan pendidikan. Meski pendidikan sangat kental dengan nilai sosial namun bukan berarti boleh diurus ala kadarnya.
Apa kekhasan dan keunggulan TK Alifa Kids?
Alifa Kids menjadi sekolah pendidikan usia dini yang fokus dan percaya pada pentingnya pertumbuhan karakter dari dalam diri anak. Bukan digegas dengan berbagai kepentingan dan selera orang dewasa.
Karakter yang ingin dibangun di Alifa Kids adalah A.L.I.F.A (Amanah, Loyal pada Allah, Inisiatif, Fathonah, Adil). Semua rangkaian pembelajaran adalah dalam rangka menumbuhkan karakter diri ALIFA pada anak.
Keberadaan Alifa Kids sebagian besar hadir untuk para orang tua yang aktif berkegiatan. Daripada menghakimi para orang tua, Alifa Kids memilih untuk menjadi solusi atas kebutuhan mereka yang pastinya menginginkan tumbuh kembang anak mereka terjaga selama mereka berkegiatan.
Bagaimana perkembangan TK Alifa Kids hingga kini?
Hingga saat ini Alifa Kids sudah berjumlah 12 cabang yang tersebar di 3 kota: Pekanbaru, Palembang dan Bandung. Model pengembangan sebelumnya masih dalam manajemen kami. InsyaAllah 2018 ini Alifa Kids mulai melangkah membuka kerjasama dengan para mitra dalam bentuk franchise dengan standar internasional, bukan sekedar menjual merek. Kita ingin hal-hal baik yang sudah dilakukan 10 tahun ini diduplikasi di berbagai kota di Indonesia.
Bentuk kerjasama ini membantu calon mitra yang mempunyai minat dalam bidang pendidikan dan ingin memulainya secara profesional tanpa perlu melangkah dari nol dengan sistem dan pendampingan penuh yang telah kami siapkan.
Strategi marketing apa yang digunakan untuk mengembangkan Alifa Kids?
Kekuatan di jasa pendidikan adalah kepuasan pelanggan dan pemenuhan atas janji yang diberikan. Demikian juga dengan apa yang Alifa Kids rasakan di 10 tahun ini. Siswa datang dari referensi para orang tua yang telah menjadi bagian dari Alifa Kids.
Alifa Kids juga memanfaatkan media online berupa website dan media sosial dalam berinteraksi dengan calon konsumen. Teknologi sangat membantu menyebarkan apa saja yang Alifa Kids miliki dan yakini, sehingga dapat menjangkau orang tua yang sudah merasa satu visi dengan Alifa Kids.
Kisah suka dan duka apa yang Mba Vivi alami selama membangun bisnis?
Hal yang paling menantang adalah pengelolaan SDM, terutama guru. Ini saya temukan sejak pertama kali menjalankan usaha ini. Saya menemukan bahwa kesadaran pendidik untuk bekerja profesional itu masih perlu ditumbuhkan. Menjadi seorang pendidik artinya adalah pilihan untuk belajar seumur hidup. Menjadi pendidik bukanlah pihak yang sudah tahu segalanya.
Mengajak rekan-rekan pendidik agar menjadi sosok yang terus relevan di mata anak didik dan orang tua benar-benar menantang. Ini sekaligus menjadi misi penting yang membuat Alifa Kids ingin menjadi bagian dari penggerak perubahan di pendidikan Indonesia.
Tantangan lainnya adalah mengajak orang tua untuk mengembalikan apa esensi pendidikan usia dini. Hal ini jadi penting di tengah tekanan orang tua untuk memiliki anak yang berprestasi secara akademis. Kita harus sama-sama sepakat bahwa prestasi bukan sebatas menang lombang, banyak piala, dan berada di panggung.
Ke depan, apa rencana Vivi untuk Alifa Kids?
InsyaAllah dengan hadir di Pulau Jawa, terbuka kesempatan untuk lebih mudah mengakses ilmu dan sumberdaya agar Alifa Kids bisa terus berbenah. Kami juga mengembangkan model kerjasama kemitraan franchise ini di beberapa kota sembari menemukan mitra-mitra yang bersedia bekerjasama jangka panjang dan menjalankan sistem yang sudah kami siapkan. Develop the new educationpreneur, InsyaAllah.
Selain mengelola Alifa Kids, Mba Vivi saat ini tergabung dalam tim business coach juga ya?
Saya banyak dibantu dan belajar dari berbagai komunitas. Salah satu yang saya dapatkan adalah kemampuan coaching membuat saya percaya bahwa manusia berdaya. Kemampuan yang juga dengan serius saya pelajari dan mendapat sertifikasi dari salah satu lembaga coaching yang besar di Indonesia. Dalam kelompok/ komunitas bisnis, kemampuan ini menjadi modal untuk sesama UKM saling memberdayakan dan sangat menyenangkan.
Dengan kesibukan mengurus bisnis, bagaimana Mba Vivi membagi waktu dengan suami dan dua orang anak Alifa Taqiya (10) & M. Faiq Alfatih (5)?
Suami saya, Satria Putra, turut aktif dalam usaha ini. Kami berdua ada dalam struktur tim kerja Alifa Kids. Kami bekerja dan digaji secara profesional. Di satu sisi, seru ketika suami menjadi partner kerja. Namun di sisi lain, kadang di rumah pun kami masih berdiskusi soal pekerjaan. Status sebagai partner kerja dan partner hidup pun kadang rancu. ☺
Saya percaya bahwa tak ada hidup yang seimbang, melainkan hidup dengan berbagai pilihan serta bertanggungjawab dengan pilihan tersebut. Akan ada sesi yang menjadi haknya keluarga, maka pekerjaan menunggu. Sebaliknya ada sesi di mana fokus saya di pekerjaan maka keluarga yang menunggu.
Anak-anak juga diberikan penjelasan tentang hal ini agar mereka tetap sadar bahwa kami mencintai mereka di tengah tanggung jawab menjalankan pekerjaan. Saya percaya bahwa apapun jenis pekerjaannya, kita hanya akan tampil terbaik jika pekerjaan tersebut dikerjakan dengan kehadiran lahir batin dan tanpa rasa bersalah.
Apa pesan Vivi untuk pembaca QM yang ingin membangun bisnis?
Membangun bisnis adalah sebuah pilihan. Di belakang pilihan, ada tanggung jawab yang melekat. Berbisnislah bukan karena tren ataupun merasa berada di posisi yang lebih berharga ketimbang peran lainnya. Peran terbaik adalah peran yang dilakukan dengan tanggung jawab 100%.
Siapapun yang memilih menjadi pebisnis sejatinya sedang memutuskan menjadi “pelayan” bagi orang lain: bagi tim, konsumen, dan negara. Ada kondisi mental dan kesadaran yang perlu dipersiapkan dengan rasional. Menjadi pebisnis juga merupakan peran dengan tanggung jawab untuk mau belajar berkali-kali lipat dibanding peran lain, menjadi pembelajar sejati. Karena kesalahan kecil bisa berdampak besar.
Inspiratif sekali cerita Vivi dalam membangun dan membesarkan TK Alifa Kids. Ternyata jadi pebisnis itu menuntut kita untuk terus belajar, menjadi pembelajar sejati. Terima kasih sudah berbagi inspirasi Vivi!
Fransisca Emi | Financial Trainer
***