Boneka Labubu yang banyak diburu akhir-akhir ini sebenarnya bukanlah barang FOMO pertama. Pada dasarnya, kita memang selalu punya kehebohan sesaat di waktu-waktu tertentu. Ketika semua orang ngomongin, ada sebagian dari kita yang enggak rela banget kalau enggak ikutan tren.
Apakah kamu salah satunya?
FOMO, itu dia. Fear of Missing Out, ketakutan yang kita rasakan ketika orang lain pada ramai ngomongin, sementara kita enggak update apa-apa. Didukung oleh media sosial yang memang cepat banget kalau soal penularan “virus” semacam ini, jadi deh, ribut di mana-mana.
Sebenarnya FOMO ini—kalau dirasa-rasakan—adalah dorongan dari dalam diri kita agar bisa diterima oleh lingkungan sekitar. Bener enggak sih? Agar kita sama dengan teman-teman, supaya kalau ngobrol nyambung, dan seterusnya.
Table of Contents
Barang FOMO yang Dulu Menghebohkan Banget, Sekarang Masih Adakah yang Menyimpannya?
So, mungkin kamu ada yang pernah punya berbagai barang FOMO ini. Pertanyaannya, apakah kamu sekarang masih punya minat yang sama kayak dulu?
1. Spinner Fidget
Ada yang pernah suka mainin ini? Mainan ini booming di tahun 2017. Konon, bisa jadi alat penghilang stres. Enggak cuma di Indonesia, spinner fidget menjadi tren global yang dibicarakan di media sosial dan banyak dijual di toko-toko dengan berbagai desain dan warna. Bahkan, muncul versi premium berbahan logam dan edisi kolektor dengan harga tinggi, yang justru membuatnya semakin diburu.
Namun, popularitasnya enggak bertahan lama. Setelah beberapa waktu, minat terhadap spinner fidget meredup. Kini, mainan ini jarang kelihatan dan hanya sesekali ditemukan sebagai barang nostalgia atau barang koleksi bagi penggemar lama.
2. Sepeda Brompton
Nah, inget kan, dulu barang FOMO satu ini sempat menghebohkan. Di awal pandemi, sepeda ini menjadi simbol tren gaya hidup sehat dan alternatif transportasi yang praktis. Desainnya yang ringkas dan kemudahan dilipat membuat Brompton menjadi pilihan favorit banyak orang.
Harganya sempat menembus ratusan juta, karena permintaan meningkat tajam. Sudah mahal, kalau mau beli masih kudu indent pula. Sampai berbulan-bulan daftar tunggunya. Bisa dibilang, Brompton adalah simbol status sosial.
Seiring dengan kembalinya mobilitas normal dan berkurangnya minat terhadap tren sepeda, popularitas Brompton juga meredup. Sekarang, sejauh pengamatan dari marketplace-marketplace terkemuka, harganya sudah kembali ke kisaran normal, yakni Rp30 – 40 juta. Ya, tetep masih mahal sih.
Baca juga: Cara Mengelola Pengeluaran untuk Hobi Koleksi Boneka Labubu agar Keuangan Tetap Stabil
3. Funko Pop! Figures
Dulu kurang lebih barang FOMO ini kayak demam boneka Labubu sekarang. Dengan bentuk kepala besar dan mata khas, Funko Pop! menawarkan karakter-karakter dari berbagai film, serial, video game, hingga tokoh ikonik.
Edisi-edisi langka, termasuk yang dirilis dalam jumlah terbatas atau hanya tersedia di acara tertentu, menjadi incaran kolektor dan sering kali dijual kembali dengan harga tinggi. Namun, karena terus diproduksi massal dan ada figur-figur baru hampir setiap bulan, eksklusivitas dan daya tariknya mulai berkurang.
Sekarang, Funko Pop! Masih tetap populer sih di kalangan penggemar setia. Tapi enggak yang bikin demam kayak dulu. Bahkan, beberapa kali menemukan figur-figur yang dulunya dicari dan konon langka, sekarang gampang ditemukan dengan harga miring.
4. Tanaman Hias Monstera Variegata
Di masa pandemi, Monstera Variegata menjadi salah satu tanaman hias yang paling dicari, terutama oleh kalangan urban yang menghabiskan lebih banyak waktu di rumah. Daunnya yang besar dengan lubang artistik di sana sini, bikin Monstera Variegata kelihatan eksotis.
Permintaan yang tinggi dan pasokan yang terbatas menyebabkan harga tanaman ini melonjak drastis. Pernah ada yang sampai ratusan juta per pot untuk varietas tertentu. Ibarat simbol gaya hidup dan status sosial, pemiliknya sering dengan bangga memamerkan tanaman langka ini di akun media sosialnya.
Namun, seiring dengan berakhirnya tren tanaman hias yang membara di masa pandemi, minat terhadap Monstera Variegata dan tanaman hias lainnya juga mulai mereda. Harga tanaman ini kini jauh lebih terjangkau. Ada yang masih jutaan, tapi lebih banyak lagi yang ratusan ribu. Meski demikian, Monstera Variegata tetap punya penggemar setia, terutama di kalangan kolektor.
5. NFT
Di puncak tren kripto, NFT atau Non-Fungible Token sempat merevolusi dunia seni digital dan koleksi virtual. NFT memungkinkan seseorang memiliki karya seni, musik, atau objek digital lainnya secara unik, karena kepemilikannya tercatat dalam blockchain. Kesannya eksklusif banget.
Semua-mua jadi ada NFT-nya. Mulai dari karya seni digital oleh seniman terkenal, koleksi kartu digital, hingga aset virtual dalam game dan metaverse. Ingat kan, dengan NFT fenomenal foto selfie Ghozali? Salah satu versinya bahkan dilelang dengan harga mencapai triliunan rupiah saat itu.
Di fase bear market pasar kripto circa 2022-an, penjualan NFT Ghozali juga ikut meredup. Namun, kabarnya di awal tahun 2024, Ghozali kembali menawarkan seri NFT selfie terbaru. Konon, NFT selfie terbarunya ini ditawarkan dengan harga tertinggi Rp3 triliun. Akankah masa kejayaan NFT Ghozali kembali?
6. Lato-Lato
Nah, barang FOMO yang satu ini belum lama banget nih, dan trennya di kalangan anak-anak—meski kadang juga lihat orang dewasa memainkannya. Harganya juga enggak sampai mencapai jutaan atau triliunan kayak NFT. Tapi, pas lagi tren di akhir tahun 2022-awal tahun 2023, kita bisa menemukan semua anak memainkannya, bahkan sampai ke lorong-lorong sempit di kampung.
Sebenarnya permainan ini hanya terdiri atas dua bola plastik yang digantungkan pada tali. Dengan diayunkan kencang-kencang, kedua bola itu saling bertabrakan, menghasilkan suara “klak-klak” yang khas. Simpel banget maininnya, tapi butuh keahlian. Bahkan sampai banyak kompetisi lo. Lagi-lagi media sosial pun turut berperan dalam meramaikan tren ini, dengan banyaknya video tutorial dan tantangan lato-lato yang viral.
Namun, seperti banyak tren permainan lainnya, popularitas lato-lato pun meredup. Minat untuk memainkannya sudah menurun, terutama karena permainan ini dianggap repetitif dan enggak variatif. Apalagi—yang banyak dikeluhkan—berisik.
Baca juga: Tas Branded sebagai Instrumen Investasi: Yay or Nay?
Yah, begitulah. Barang FOMO datang dan pergi mengikuti tren yang cepat berubah. Meski sempat populer, banyak barang FOMO kini ditinggalkan dan hanya dikenang sebagai bagian dari euforia sesaat. Boneka Labubu bisa jadi akan berakhir sama. Pertanyaan besarnya, setelah beli barang yang hype tersebut–dan ternyata kemudian enggak ngetren lagi–apakah kamu akan menyesal? Apalagi kalau tadinya sampai beli dengan harga mahal.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!