Bulan lalu, saya dan suami akhirnya sampai juga pada diskusi yang sangat berat. Tentang family survival, yang akhirnya berujung pada pentingnya memiliki asuransi jiwa.
Diskusi berat ini muncul saat kami sedang banyak sekali mendapatkan berita duka. Ada rasa khawatir berlebih tentang apa yang perlu kami persiapkan jika sampai salah satu dari kami sakit berat, bahkan meninggal dunia. Ini sungguh bukan topik yang ringan, bahkan untuk pasangan yang sudah cukup lama menikah dan sering berdiskusi soal finansial. Rasanya gak enak banget. Tapi ternyata setelah membahas ini, kami jadi punya level pengertian yang lebih dalam soal family survival.
Asuransi jiwa ini adalah produk asuransi yang akan memberikan manfaat–biasanya dana tunai—jika seseorang meninggal dunia. Mari kita bahas bersama dengan lebih rinci beberapa istilah di dalamnya yang kita perlu kenali.
Istilah dalam Asuransi Jiwa yang Perlu Dikenali
1. Tertanggung
Hati-hati beli asuransi dengan niat “buat anak”. Ada saja agen dan nasabah yang kurang paham dan kemudian menyiapkan asuransi jiwa atas nama anak. Padahal konteks di sini adalah melindungi si anak dari kejadian meninggalnya orang tua si anak.
Tolong periksa dan pastikan ya.
Suami atau bapaknya anak-anak, sering kali menjadi pemberi nafkah utama dalam sebuah keluarga. Dengan demikian, coba periksa apakah polis asuransimu memuat nama bapaknya anak-anak sebagai tertanggung. Jika kamu adalah seorang ibu rumah tangga, coba diskusikan soal posisi asuransi jiwa ini bersama suami–demi family survival.
Istri atau ibu, apakah juga perlu punya asuransi jiwa? Ya tentu saja – terutama jika punya kontribusi finansial yang dominan dalam keuangan keluarga. Ada banyak keluarga yang posisi pemberi nafkahnya justru ada pada pihak perempuan.
Bagaimana dengan anak? Saat kamu adalah anak yang menyokong hidup banyak orang, bagian dari sandwich generation, harus membiayai sekolah adik, dan lain-lain–artinya kamu adalah pemberi nafkah utama keluarga. Anak di sini maksudnya bukan anak di bawah umur, tapi posisi anak dewasa dalam keluarga.
Ayo punya asuransi jiwa. Lalu cek siapa nama yang tertera sebagai tertanggung pada polisnya.
2. Uang Pertanggungan
Uang pertanggungan adalah dana tunai yang cair saat terjadi meninggal dunia pada tertanggung. Besaran uang pertanggungan ini perlu kita hitung. Ada beberapa rumus cara hitung finansial. Di QM Financial ada template Excel THE FORMULA – untuk menghitung besaran Uang Pertanggungan ini.
Salah satu cara cepat menghitung besaran Uang Pertanggungan adalah sebagai berikut.
Uang Pertanggungan = besaran Rupiah biaya hidup x 12 bulan x tahun membutuhkan dana.
Misalnya.
Uang Pertanggungan = Rp10 juta x 12 bulan x 10 tahun.
Kecukupan nilai Uang Pertanggungan ini tentu saja akan sangat bergantung pada asumsi biaya hidup dan berapa lama kita butuh bertahan. Angka ini terserah kita lho. Jadi bisa lebih besar atau lebih kecil. Silakan cek dengan angkamu sendiri.
3. Premi
“Lagi pandemi, banyak orang susah kayak gini, apa tetap perlu beli asuransi jiwa?”
“Duitnya lagi seret. Mending dana darurat aja gak sih?”
Mari cek dulu preminya dengan uang pertanggungan yang tadi kita sudah hitung. Apakah kita mampu membayarkan premi ideal?
Membandingkan dana darurat dengan asuransi jiwa ini sebetulnya tidak apple to apple. Premi asuransi jiwa cenderung rendah dengan manfaat yang besar. Sedangkan dana darurat adalah dana kas yang terus perlu diupayakan dalam jangka waktu tertentu. Untuk kamu yang masih berpenghasilan tetap dan dalam kondisi keuangan yang sehat, asuransi dan dana darurat perlu mendapat prioritas yang sama tinggi.
Setelah tahu 3 hal penting ini, kamu bisa mulai melakukan review pada pilihan produk asuransinya. Ada jenis asuransi jiwa Term Life atau Whole Life. Ini adalah asuransi murni yang tersedia luas dan dijual oleh banyak agen asuransi jiwa. Biasanya jenis asuransi jiwa ini juga bisa kamu dapatkan dalam produk paket seperti unitlink.
Apa pun pilihan produknya–pastikan kamu mengerti betul struktur produk yang dimaksud, sesuaikan dengan kebutuhan rencana keuanganmu. Tentu saja yang juga penting adalah memastikan kemampuan membayarkan premi agar tidak terjadi lapse di kemudian hari.
Semoga artikel tentang Asuransi Jiwa dan Family Survival ini bisa bantu kamu semua lebih tentang melalui pandemi yang belum berakhir juga.
Silakan mendaftarkan diri untuk kelas-kelas Asuransi Jiwa, yang terdiri atas Kelas Asuransi Jiwa dan Kelas Bedah Polis. Yuk, cek jadwalnya dan segera daftarkan dirimu!
Tidak ketinggalan, cek juga konten terbaru dari QM Financial. Podcast series bertajuk Financial Clinic Podcast: Yakin Enggak Butuh Asuransi Jiwa?
Mari terus belajar bareng – supaya kita bisa meningkatkan family survival dan melalui pandemi ini bersama-sama.
Akhir kata, tentu saja saya mengharapkan kamu semua dalam keadaan sehat.
Sehat fisik, sehat mental, sehat finansial.
Salam hangat,
Ligwina Hananto
Lead Financial Trainer
CEO QM Financial
Ligwina Hananto
Related Posts
1 Comment
Leave a Reply Cancel reply
This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.
[…] memang mampu, belilah asuransi jiwa untuk ayah yang menjadi tulang punggung […]