Halo planners!
Apakah kamu sudah rutin berinvestasi di reksa dana? Apakah kamu pernah melakukan review atas reksa dana yang kamu miliki? Apa yang kamu lihat dari definisi reksa dana terbaik? Kebanyakan orang menilai sebuah reksa dana kinerjanya baik hanya berdasarkan besaran tingkat keuntungan (return) yang diberikan. Mungkin sebagian besar dari kalian yang sudah mulai berinvestasi di reksa dana tapi kesulitan untuk mengukur kinerja reksa dana.
Untuk menentukan bagus atau tidaknya kinerja sebuah reksa dana, kita memerlukan pembanding. Dengan adanya pembanding, tinggi rendahnya return dan risiko dari sebuah reksa dana dapat diketahui. Pembanding ini biasa dikenal dengan instilah benchmark. Pemilihan benchmark pun harus tepat karena bila tidak dapat memberikan penilaian yang salah terhadap kinerja sebuah reksa dana sehingga keputusan investasi yang diambil juga menjadi tidak tepat.
2 kategori indikator dalam mengukur kinerja reksa dana, yaitu
Sharpe Ratio
Return reksa dana sering kali menjadi indikator yang paling banyak digunakan secara umum untuk mengukur kinerja reksa dana. Walau sering digunakan, pengukuran berdasarkan return dinilai kurang tepat. Mengapa demikian? Bila mengukur kinerja suatu reksa dana hanya berdasarkan return tanpa melihat fluktuasi jenis reksa dana yang bersangkutan (standar deviasi), hal ini dapat membuat pengambilan keputusan untuk memilih produk menjadi kurang sesuai dengan profil risiko. Walau pun angka return yang tinggi pada suatu reksa dana dengan diiringi standar deviasi yang tinggi pula menunjukkan bahwa produk tersebut sesungguhnya juga berisiko tinggi.
Maka, muncullah indikator Sharpe Ratio (SR) yang diciptakan oleh William Sharpe dan menghantarkannya menerima hadiah Nobel di bidang ekonomi pada tahun 1990 atas penciptaan formula indikator tersebut. SR menghitung besarnya kelebihan return dari suatu produk yang dibandingkan dengan investasi bebas risiko (risk free) yaitu Surat Utang Negara atas setiap risiko yang diambil.
Secara umum fungsi Sharpe Ratio adalah sebagai berikut,
- Menunjukkan suatu perbandingan antara return terhadap risiko dalam periode tertentu
- Sharpe Ratio dihitung dengan cara membagi antara selisih return reksa dana dan risk fee dengan standar deviasi
- Makin besar nilai sharpe ratio 🡺 Makin baik
Misalnya, reksa dana X memiliki angka SR sebesar 0,23 maka dapat diinterpretasikan bahwa atas stiap 1% risiko yang diambil investor, maka produk tersebut memberikan tambahan imbal hasil 0,23%.
Apabila pasar modal sedang bearish, maka angka SR menjadi minus. Ketika seluruh instrumen investasi memberikan angka SR negatif maka semakin kecil angka negatif-nya, semakin baik kinerjanya.
Keterangan | 1 tahun | 3 tahun |
Indeks Harga Saham Gabungan | -1,04 | -0,16 |
Infovesta Equity Fund Index | -1,05 | -0,14 |
Reksa Dana X | -0,79 | -0,12 |
Reksa Dana Y | -0,77 | -0,12 |
Reksa Dana Z | -0,59 | -0,10 |
(Sumber: Infovesta data per akhir Desember 2015)
Karena pasar saham mengalami penurunan pada tahun 2015, maka angka SR menjadi negatif. Reksa dana X memiliki angka SR dengan -0,79 sedangkan SR IHSG menunjukkan -1,04, itu artinya reksa dana X kinerjanya melampaui IHSG.
Maximum Drawdown
Indikator kedua dalam mengukur kinerja reksa dana adalah maximum drawdown. Indikator ini mengukur tingkat kerugian maksimum yang dapat dialami oleh kamu saat berinvestasi di produk investasi selama periode tertentu. Semakin kecil nilai maximum drawdown maka semakin baik produk investasi yang kamu pilih.
Hi – Lo Performance
Indikator Hi – Lo Performance menentukan grafik Nilai Aktiva Bersih (NAV) dalam suatu periode 3 bulan, 6 bulan, 9 bulan, 1 tahun, 2 tahun, 3 tahun di mana penutupan NAV berada berapa persen dari titik terendah suatu reksa dana dalam suatu periode. Semakin besar Hi – Lo Performance, semakin baik reksa dana yang kamu miliki.
Apakah kamu mulai pusing dengan banyaknya istilah dalam mengukur kinerja suatu reksa dana? Jangan khawatir, ada cara sederhana lainnya dalam mengukur kinerja reksa dana , sebagai berikut
Risiko
Investasi selalu memiliki risiko sehingga dalam menilai kinerja reksa dana, kamu juga perlu memperhatikan keuntungan reksa dana dan disesuaikan dengan risiko yang diambil (risk adjusted risk).
Likuiditas
Jenis investasi yang dilakukan suatu reksa dana mempengaruhi tingkat likuiditas dan kemudahan pencairan. Semakin banyak porsi investasi dimasukkan ke dalam saham blue chip atau obligasi dengan rating baik, likuiditas reksa dana tersebut semakin baik.
Usia
Semakin lama usia reksa dana maka kinerjanya sudah melewati masa saat perekonomian sedang turun maupun saat sedang bagus.
Dana Kelolaan
Besarnya dana kelolaan menunjukkan kepercayaan investor terhadap reksa dana. Semakin besar dana kelolaan suatu reksa dana maka semakin baik kinerja reksa dana tersebut.
Obyektivitas
Review kinerja reksa dna harus dilakukan secara obyektif yaitu pada periode yang sama. Perhitungan return suatu reksa dana dilakukan oleh pihak independen, bukan afiliasi manajer investasi bersangkutan agar hasilnya dapat dipertanggungjawabkan.
Ternyata, bayak faktor untuk mengukur kinerja reksa dana yang kamu miliki dan beberapa indikator yang disarankan di atas, informasinya masih belum tersedia secara mudah. Kalau kamu ingin belajar bagaimana melakukan review atas kinerja reksa dana yang kamu miliki, kuti saja kelas finansial online FCOS yang membahas Review Reksa Dana pada Selasa, 23 Juli 2019 jam 20:00 – 21:00 melalui aplikasi zoom. Pendaftaran melalui event.qmfinancial.com atau WA ke 0811 1500 688.
-Honey Josep-
1 Comment
Leave a Reply Cancel reply
This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.
[…] Baca juga: Mengukur Kinerja Reksa Dana […]