Secara kultur, orang Indonesia seperti kita adalah masyarakat kolektif yang cukup erat hubungan kekerabatannya. Selain itu, bangsa Indonesia juga terkenal dengan keragaman, mulai dari agama, suku bangsa dan budaya. Kedua hal ini, mau nggak mau, berpengaruh juga terhadap cara kita mengatur keuangan, lho!
Pertama, ini berarti ada berbagai acara keluarga, baik yang berhubungan dengan ritual keagamaan atau tradisi. Baik acara yang bersifat perayaan universal misalnya hari besar keagamaan maupun acara adat, ataupun ritual khusus bersifat personal yang menandai setiap tahapan hidup manusia, mulai dari kelahiran, memasuki masa dewasa, pernikahan, hingga kematian.
Coba deh, pikir-pikir, seberapa sering kamu menghadiri undangan akikah, khitanan, resepsi pernikahan, hingga melayat kerabat dan relasi yang mengalami musibah kematian? Belum lagi, acara rutin semacam arisan atau pengajian keluarga besar atau teman-teman dekat.
Kedua, hubungan kekeluargaan yang dekat ini seringkali berakibat ikut terlibatnya kita dalam urusan keuangan. Di masyarakat kita, sangatlah lazim untuk memberikan bantuan keluarga, baik untuk orangtua, adik atau keponakan yang masih sekolah, ataupun saudara yang sedang mengalami kesulitan. Bahkan di beberapa suku tertentu, bantuan ini bersifat wajib, artinya jika tidak dilakukan, akan ada risiko ‘disingkirkan’ dari pergaulan keluarga.
Nah, dengan sendirinya, pos pengeluaran sosial (bantuan keluarga) ini harus direncanakan dengan baik, agar tidak mengganggu keuangan keluargamu. Ini dia tipsnya!
1. Diskusikan dengan pasangan
Ini yang pertama dan utama! Nggak perlu sembunyi-sembunyi atau sok ‘rahasia’, deh! Uang adalah masalah yang sensitif. Pertimbangkan agar adil, baik keluargamu maupun keluarga pasangan, diberikan alokasi. Adil nggak berarti selalu sama, lho ya! Adil artinya sesuai pada tempatnya, sesuai kebutuhan. Jangan sampai niat baik kalian untuk membantu keluarga malah memicu pertengkaran.
2. Buat komitmen untuk dana sosial
Masukkan pos pengeluaran sosial ini ke dalam rencana anggaran keluarga. Sisihkan dana ini secara rutin setiap bulannya, walaupun mungkin belum digunakan saat ini juga. Kalau perlu, gunakan rekening terpisah, agar jelas pengelolaan dan alokasinya.
3. Pastikan dana ini cukup likuid
Seringkali, kebutuhan untuk dana bantuan ini bersifat tidak pasti (mendadak), karenanya upayakan agar cukup likuid (mudah diakses), misalnya dalam bentuk tabungan, yang bisa diambil melalui ATM kapan pun diperlukan. Kalau jumlahnya cukup besar, bisa juga sebagian disimpan di reksadana pasar uang (yang dapat dicairkan dalam waktu seminggu) ataupun logam mulia.
Memberikan bantuan pada yang membutuhkan adalah bagian dari peran kita sebagai makhluk sosial. Bisa jadi, di waktu lain, kita yang mengalami kesulitan dan akan membutuhkan bantuan orang lain, termasuk keluarga kita. Satu hal yang pasti, kita akan bisa lebih banyak membantu orang lain, kalau keuangan kita dalam keadaan yang sehat.
“When we are stronger, we can help others to become stronger for longer period of time” (100 Langkah Untuk Tidak Miskin, Untuk Indonesia Yang Kuat – Ligwina Hananto)
Semoga bermanfaat!
Aay Marhaini / Finance
1 Comment
Leave a Reply Cancel reply
This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.
[…] hanya di dalam kota, kamu hanya perlu membawakan buah-buahan untuk yang empunya rumah. baca juga: 3 Tips Atur Dana Sosial Agar Tidak Memberatkan Keuanganmu dan Kenali 5 Masalah Keuangan di […]