Beberapa minggu lalu, media ramai memberitakan tentang vaksin palsu yang beredar di sejumlah rumah sakit swasta di Indonesia.
Mendengar berita tersebut, saya sebagai seorang ibu tentunya kaget lalu was-was. Kaget, kok bisa ya ada vaksin palsu yang dijual di rumah sakit yang seharusnya, was-was jangan jangan anak saya juga disuntik vaksin palsu!
Vaksin palsu ini komposisinya adalah antibiotik dan cairan infus yang ternyata cukup merugikan, dapat menyebabkan demam dan infeksi berat karena bakteri yang terkandung dalam larutannya.
Lantas saya bertanya-tanya apa penyebab terjadinya kasus vaksin palsu. Menurut dr. Dirga Sakti Rambe, MSc-VPCD karena vaksin yang dipalsukan merupakan vaksin yang demand-nya tinggi dan harganya mahal, maka pembuat vaksin palsu mengambil keuntungan yang cukup besar dari penjualan vaksin palsu.
Memang saya akui kalau biaya vaksinasi bayi di rumah sakit cukup menguras kantong dan jarang disadari para calon orangtua bahwa ternyata setelah biaya kehamilan dan persalinan ada biaya lain yang perlu diperhitungkan dalam cashflow bulanan yaitu biaya vaksinasi anak.
Memang sih saya akui kalau biaya vaksinasi bayi di rumah sakit cukup menguras kantong dan jarang disadari para calon orangtua bahwa ternyata setelah biaya kehamilan dan persalinan, ada biaya lain yang perlu diperhitungkan dalam cashflow bulanan yaitu biaya vaksinasi anak.
Sebagai contoh, berikut biaya vaksin campak di sebuah RS swasta nasional yang berlokasi di Jakarta Pusat.
No |
Keterangan |
Harga |
1 |
Administrasi Rawat Jalan |
35.000 |
2 |
Konsultasi dokter SpA |
230.000 |
3 |
Tindakan dokter dan perawat |
78.000 |
4 |
Vaksin campak |
143.600 |
TOTAL |
486.600 |
Terlihat ya bahwa Dana Vaksinasi Anak cukup besar setiap bulannya apalagi untuk kategori vaksin yang dianjurkan, nilainya bisa mencapai jutaan rupiah.
Tapi, jangan kuatir karena imunisasi wajib yang bisa didapatkan secara gratis di posyandu atau puskesmas dekat rumah.
Sesuai dengan program organisasi kesehatan dunia World Health Organization (WHO) yang merupakan Badan Kesehatan Dunia, pemerintah mewajibkan 5 jenis imunisasi wajib bagi anak-anak, yang disebut Program Pengembangan Imunisasi (PPI). Sedangkan 7 jenis lainnya dianjurkan untuk menambah daya tahan tubuh terhadap beberapa jenis penyakit.
Imunisasi wajib terdiri atas:
BCG
Vaksin BCG diberikan pada bayi sejak lahir, untuk mencegah penyakit TBC. Jika bayi sudah berumur lebih dari 3 bulan, harus dilakukan uji tuberkulin terlebih dulu. BCG dapat diberikan apabila hasil uji tuberkulin negatif.
Hepatitis B
Hepatitis B diberikan tiga kali. Yang pertama dalam waktu 12 jam setelah lahir. Imunisasi ini dilanjutkan saat bayi berumur 1 bulan, kemudian diberikan lagi saat 3-6 bulan.
Polio
Imunisasi yang satu ini belakangan sering didengung-dengungkan pemerintah karena telah memakan korban cukup banyak. Target pemerintah membebaskan anak-anak Indonesia dari penyakit polio. Polio pertama kali diberikan saat kunjungan pertama setelah lahir. Selanjutnya vaksin ini diberikan 3 kali, saat bayi berumur 2, 4, dan 6 bulan. Pemberian vaksin ini diulang pada usia 18 bulan dan 5 tahun.
DTP
DTP diberikan untuk mencegah tiga macam penyakit sekaligus, yaitu Difteri, Tetanus, dan Pertusis. Vaksin ini diberikan pertama kali saat bayi berumur lebih dari 6 minggu. Lalu saat bayi berumur 4 dan 6 bulan. Ulangan DTP diberikan saat anak berumur 18 bulan dan 5 tahun. Pada anak umur 12 tahun, imunisasi ini diberikan saat SD kelas VI.
Campak
Campak pertama kali diberikan saat anak umur 9 bulan. Campak ke-2 diberikan saat SD kelas 1, atau umur 6 tahun.
Selain penyakit-penyakit di atas yang wajib dicegah, ada beberapa vaksin yang tidak wajib seperti Hib, Pneunomokokus (PCV), Influenz, MMR, Tifoid, Hepatitis A dan Varisela.
Hib dan Pneumokokus (PCV) mencegah penyakit paru-paru dan radang otak. Vaksin diberikan mulai umur 2 bulan dengan interval dua bulan, sebanyak 3 kali. Imunisasi Hib kemudian diulang saat anak berumur 15-18 bulan, sedangkan PCV diulang saat anak berusia 12-15 bulan.
Vaksin Influenza dapat diberikan setahun sekali sejak umur 6 bulan. Vaksin ini dapat terus diberikan hingga dewasa.
MMR merupakan pengulangan vaksin campak, ditambah dengan Gondongan dan Rubela (Campak Jerman). Diberikan saat anak usia 15 bulan dan diulang saat anak berusia 6 tahun.
Tiga vaksin lain yang dianjurkan adalah Tifoid untuk mencegah Typus, Hepatitis A, dan Varisela untuk mencegah penyakit cacar air. Tifoid dan Hepatitis A diberikan pada anak usia di atas 2 tahun. Tifoid dapat diulang setiap 3 tahun, sedangkan Hepatitis A hanya diberikan dua kali dengan interval 6-12 bulan. Varisela mulai diberikan saat anak berusia di atas 10 tahun.
Apa yang perlu dipersiapkan saat bayi dan anak akan menerima imunisasi?
Bayi dan anak yang akan mendapat imunisasi harus dalam kondisi sehat. Imunisasi diberikan dengan memasukkan virus, bakteri, atau bagian dari bakteri ke dalam tubuh, dan kemudian menimbulkan antibodi (kekebalan). Untuk membentuk kekebalan yang tinggi, bayi dan anak harus dalam kondisi fit. Bayi dan anak yang sedang sakit, misalnya diare atau demam berdarah, badannya sedang memerangi penyakit. Jika dimasukkan kuman atau virus lain dalam imunisasi, maka tubuhnya akan bekerja sangat berat, sehingga kekebalan yang terbentuk tidak tinggi.
Semoga bermanfaat!
Honnie Joseph / Digital & Social Media