Hai QM readers! 13 Mei lalu, Ligwina Hananto, founder sekaligus CEO QM Financial diwawancarai oleh stasiun Net TV mengenai manfaat mengajarkankan bisnis sejak dini kepada anak.
Sebelum mengajarkan bisnis kepada anak, tahap awal yang perlu kita kenalkan kepada anak adalah mengenai konsep uang, bukan hanya dari bentuk dan nilainya saja, tetapi juga bagaimana cara menghargai dan bagaimana cara menggunakan uang tersebut sesuai dengan kebutuhan.
Ada 3 fungsi uang yang perlu kita share dengan anak-anak yaitu Berbelanja, Berbagi dan Menabung. Jika anak sudah tahu 3 fungsi uang tersebut, mereka dapat mulai membuat beberapa keputusan mengenai keuangannya. Apakah mereka akan menyisihkan uang sakunya untuk ditabung, dihabiskan untuk jajan atau beli mainan, atau bahkan bertindak bijaksana dengan menyumbangkan sebagian uang sakunya di sekolah, misalnya setiap hari Jumat di sekolah ada kotak amal yang keliling masuk ke semua kelas.
Seringkali, sebagai orang tua kita hanya mengajarkan kepada anak tentang Menabung demi masa depan, dan Berbagi kepada sesama yang membutuhkan/kekurangan. Nggak banyak orang tua yang mengajarkan anaknya Berbelanja sejak dini, karena kata “berbelanja” biasanya sering dikonotasikan negatif. Padahal, berbelanja itu artinya mengeluarkan uang untuk sesuatu yang kita butuhkan/inginkan. Sedangkan dalam bisnis, berbelanja akan menjadi proses penting, karena bisa jadi, kita harus membeli bahan-bahan produksi yang akan dijual.
Mengajarkan berbisnis sejak dini kepada anak akan sangat bermanfaat untuk bekal hidupnya nanti. Sebagai orang tua tentunya kita harus mempunyai wawasan finansial, setidaknya harus memahami mengenai perhitungan keuangan dan konsep-konsep sederhana dalam berbisnis, seperti modal, harga jual dan keuntungan/kerugian. Yang juga nggak boleh dilupakan, kita harus mengajarkan etika dalam berbisnis, yaitu harus jujur dan selalu menghargai pelanggan.
Banyak nilai positif yang dapat diperoleh oleh anak saat mereka belajar berbisnis. Mereka akan bisa belajar menghargai uang sejak dini, mengelola keuangan, mengatur dan me-manage orang lain, mengambil keputusan, serta konsep untung rugi suatu bisnis. Dalam berbisnis, anak juga akan dikenalkan dengan kesulitan-kesulitan baru dalam hidup, termasuk belajar menerima kegagalan jika bisnisnya mengalami kerugian/tidak berjalan sesuai keinginannya serta mencari solusi untuk menghadapi kegagalan tersebut.
Ketika anak belajar berbisnis, orang tua dapat membantu mengarahkan anak mengenai bisnis apa yang tepat untuk mereka, yang sesuai dengan bakat, minat dan hobi. Bukan bisnis yang bagus dan tidak bagus, karena setiap anak unik dan memiliki potensinya masing-masing. Usahakan untuk tidak mendominasi dalam proses pengambilan keputusan, biarkanlah mereka berkreasi. Sebagai orang tua, tugas dan tanggung jawab kita adalah sebagai ‘Penjaga Gawang’, yang memberikan pendampingan dan dukungan secara konsisten.
Ligwina juga berpesan, “Jika anak Anda mempunyai bisnis, jangan jadikan mereka sebagai penopang keluarga untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Tugas anak adalah Belajar, Bermain dan Bersenang-senang. Jika bisnisnya memperoleh keuntungan, anggaplah itu sebagai penghasilan anak, sehingga anak boleh menggunakannya untuk Berbelanja, Berbagi dan Menabung sesuai keinginannya. Anak perlu memahami karena ia yang melakukan proses bisnisnya, maka ia dapat merasakan hasilnya.
Sementara jika bisnisnya mengalami kerugian, kita harus memberi dukungan dan mengelola emosi mereka agar tidak sedih berkepanjangan, Anda justru bisa menyemangati mereka agar mampu untuk bangkit lagi.
Nita Kurniawati – Client Relations Officer