Liputan Mommies Daily Lunch #MDLunch Februari 2016.
Mungkin banyak di antara para ibu yang gamang dan ingin resign setelah memiliki anak. Atau karena menghadapi kendala klasik ibu masa kini, yaitu kesulitan memperoleh asisten rumah tangga yang andal? Kesibukan bekerja yang menyita waktu atau pun tekanan pekerjaan?
Tentu saja, keinginan untuk berhenti bekerja ini sah saja untuk dilakukan, apalagi jika tak ada alasan finansial yang mengharuskan istri terus bekerja di luar rumah. Namun, apa yang harus dicermati saat memutuskan resign?
Simak 3 hal penting yang disampaikan oleh Ligwina Hananto ketika mendapatkan kesempatan untuk menjadi narasumber di acara Mommies Daily Lunch, 18 Februari 2016 lalu.
1. Setelah resign, mau ngapain?
Siapkan diri dan buatlah rencana aktivitas setelah resign. Mengapa hal ini perlu? Sebenarnya alasannya sederhana, supaya tidak bosan, hehe… Pastikan ada aktivitas yang membuatmu tetap semangat.
Nah, jika ingin tetap memiliki penghasilan, mari mencoba berdagang. Bisa dimulai secara kecil-kecilan, cari tahu minat ibu-ibu lain, apa yang sedang happening, dan coba cari supplier barang tersebut. Atau, menjadi reseller produk yang memang kamu pakai dan sukai. Bisa juga, coba produksi sendiri suatu produk, lalu dijual. Nah, kalau sudah produksi sendiri sih, sudah berbisnis ya namanya!
Tentu saja, pilihannya bukan hanya berbisnis atau berdagang. Bisa juga memilih untuk melanjutkan sekolah lagi atau meng-upgrade diri dengan mengikuti beragam kursus keterampilan.
Bisa juga, kamu menyalurkan hobi yang selama ini tertunda karena kesibukan kantor. Misalnya, menata ulang dekorasi rumah dan melakukan DIY (do it yourself) projects. Atau, belajar tentang urban farming dan mulai berkebun di rumah. Atau, mulai menulis lagi di blog kesayangan yang selama ini terbengkalai. Bisa juga, menuntaskan rasa penasaran untuk menonton drama Korea atau Turki yang dihebohkan banyak teman selama ini, hehe…
Bisa jadi nantinya, hal-hal sederhana yang berawal dari hobi bisa menjadi sumber penghasilan baru, lho!
2. Cek cash flow keluarga
Pengeluaran terdiri dari 4 kategori, yaitu menabung, pengeluaran pribadi, pengeluaran rutin, dan cicilan. Umumnya, komposisi terbesar adalah pengeluaran rutin, yang bisa mencapai 40-60% dari total. Berhenti bekerja tentunya berpengaruh terhadap penghasilan keluarga, sehingga tentu harus ada penyesuaian.
Nah, beberapa tips berhemat diantaraya:
- Potong Pengeluaran, misalnya dengan mengurangi jatah nonton di bioskop dari seminggu sekali menjadi sebulan sekali.
- Cari Barang Substitusi, misalnya mengganti selai impor dengan merek lokal yang juga tak kalah enak atau cari alternatif buah yang harganya lebih murah.
- Ubah Kebiasaan, misalnya biasakan mematikan lampu setiap keluar ruangan , set timer supaya AC hanya menyala sekian jam per malam, bawa bekal ke kantor dan sebagainya.
Satu lagi, pastikan bahwa hutang, terutama yang terkait kantor, dilunasi dulu. Misal, car loan atau house loan berbunga rendah dari kantor. Jika ada hutang lainnya dan selama ini mengandalkan penghasilan istri untuk pembayaran cicilan, apakah nantinya akan bisa dilunasi atau dicicil dengan penghasilan suami?
3. Asuransi apa kabar?
Cek proteksi yang dimiliki keluarga, dalam hal ini adalah asuransi jiwa untuk suami dan asuransi kesehatan untuk keluarga.
Saat resign dan belum ada penghasilan dari bekerja di rumah, berarti sumber nafkah utama adalah penghasilan suami. Jadi, penting sekali memastikan ada asuransi jiwa untuk sang suami sebagai tertanggung, dengan Uang Pertanggungan yang memadai.
Selain itu, perlu dicek juga apakah kantor suami memiliki benefit asuransi kesehatan. Jika tidak dan sebelumnya mengandalkan fasilitas dari kantor istri, berarti harus menyiapkan asuransi pengganti, atau setidaknya BPJS.
Nah, itulah 3 langkah keuangan yang perlu dilakukan sebelum memutuskan resign. Sudah tidak ragu lagi kan, sekarang? Semoga bermanfaat!
FDV Wulansari / QM Planner