Hello, newlyweds and old-married-couples! Ehm, saya termasuk yang mana yaaa, the in-betweens deh, haha… Anyway, mumpung masih di awal tahun nih, mari kita wujudkan kondisi keuangan keluarga yang lebih sehat!
Langkah pertamanya sebenarnya sangat sederhana, lho. Apa itu? Ngobrol keuangan, buka-bukaan dengan pasangan! Mudah kan? Tapiii… ehm, sudah dijalankan belum?
Mungkin akan ada sebagian yang menjawab SUDAH dengan lantang, ada yang menjawab BELUM juga sambil meringis (hehe), dan ada yang menjawab sudah kok, TAPIII…
Nah, tapinya ini lho yang perlu dituntaskan.
Misalnya yaaa, sudah ngobrol kok, saya tahu gaji pasangan saya tapiii… ada insentif bulanan atau tahunan yang saya gak tahu.
Atau, sudah diskusi panjang lebar di awal menikah dan menetapkan alokasi budget, tapiii… kok tetap gak bisa nabung ya.
Atau, saya tahu sih detil gaji pasangan dan segala bonus-bonusnya yang cukup besar, tapiii… kok tetap saja tiap bayar uang pangkal sekolah anak, rasanya ngos-ngosan, ya.
Atau, Alhamdulillah penghasilan kami cukup sehingga bisa membeli tanah dan properti untuk disewakan, tapiii… kok saat orang tua sakit, kami tetap harus pinjam uang ke sana sini ya. Dan pasti masih banyak kisah ‘tapi’ lainnya.
Nah, bisa jadi hal-hal di atas terjadi karena ngobrolnya kurang tuntas dan nggak rutin. Jadi ya, tidak cukup lho hanya tahu gaji bulanan pasangan, karena banyak perusahaan yang memberikan tunjangan rutin atau insentif bulanan pada karyawannya. Perlu lho, tahu take home pay keseluruhan supaya bisa menetapkan alokasi pengeluaran dengan lebih cermat.
Diskusikan dengan pasangan yaa, dan coba baca artikel ini ya untuk tahu 5 tips jitunya.
Lalu, jika budget sudah ada dan seharusnya bisa menabung, tapi ternyata tetap tidak ada sisa di akhir bulan, bagaimana dong?
Kalau ini terjadi, coba deh ikuti tips @mrshananto yang biasa dibagikan di awal tahun, yaitu #30haricatatpengeluaran. Dari situ kita bisa tahu, ‘bocor halus’nya di mana nih? Jangan-jangan kita terlalu mudah menuruti permintaan anak atau mungkin terlalu sering ngopi pagi/sore bareng teman kantor atau mudah tergoda untuk belanja?
Kalau sudah tahu bocor halusnya, seharusnya kita bisa lebih realistis dalam menetapkan budget tapi juga punya siasat sendiri untuk mengatasinya. Misalnya isi celengan untuk beli mainan anak tiap bulan dan libatkan anak untuk memutuskan setiap dia ingin beli mainan. Kalau uangnya tidak cukup, ajari anak untuk menunda keinginan atau mencari uang tambahan dengan berjualan, misalnya. Sepakati hal ini dengan pasangan dan cobalah konsisten dengan aturan yang sudah ditetapkan bersama!
Nah, kalau tetap kesulitan saat bayar uang pangkal sekolah anak walau penghasilan cukup besar, bagaimana ya?
Coba ngobrol sama pasangan dan tetapkan tujuan finansial keluarga, misalnya dana pendidikan anak, dana pensiun, dana menikahkan anak, dan lainnya. Jika sudah ada tujuan, silakan mulai investasinya di produk yang sesuai, ya!
Jika penghasilan memadai dan sudah punya beberapa properti namun tetap kesulitan saat perlu dana kas dalam jumlah besar (seperti jika orang tua sakit, misalnya), apa yang harus dilakukan?
Coba cek proporsi aset lancar dan aset tidak lancar keluarga kamu, deh. Jangan-jangan hampir semua aset keluarga kamu dalam bentuk tanah, rumah, kendaraan, bisnis, dan aset lain yang tidak mudah dicairkan saat keadaan darurat. Penting lho, tetap punya aset lancar dalam jumlah memadai (minimal 15% deh, dari total aset), untuk memudahkan kita saat kondisi darurat. Aset lancar itu apa saja? Tabungan, deposito, reksadana, logam mulia, adalah beberapa contoh yang bisa dikategorikan sebagai aset lancar.
Jadii, ayo ngobrol keuangan dengan pasanganmu, ya! Cari waktu yang tepat (jangan pas pulang kantor dan sama-sama lelah, misalnya), duduk bareng, siapkan catatan, dan diskusikan dengan kepala dingin –tetapi dengan hati yang hangat karena penuh cinta :)
Selamat mencoba!
FDV Wulansari / QM Planner
Sudahkah Anda dan pasangan berdiskusi tentang rencana keuangan keluarga? Dapatkan penawaran spesial selama bulan Februari 2016, diskon 20% untuk KONSULTASI (FinCheckUp, Asuransi, Bisnis) dan Paket PLAN.
Hubungi [email protected] atau melalui laman Kontak