Lee Min Ho?
Siapa? Saya gak kenal!
Orang Korea yang saya kenal itu Mr. Hyun, kepala sekolah di sekolah Korea yang jadi tetangga waktu kami tinggal di Cibubur. Mr. Hyun tentu saja jauh dari tampang ganteng artis Korea yang digilai banyak orang.
Ternyata Lee Min Hoo ini aktor ganteng banget. Apa orang Korea banyak yang tampangnya kaya dia? Saya jadi penasaran juga. Lalu tanpa disangka, saya dapat panggilan berkunjung ke negeri Lee Min Hoo. Hore!
Bank Mandiri memiliki program Mandiri Sahabatku dan berkeliling ke beberapa negara untuk memberikan pelatihan kepada Buruh Migran Indonesia (BMI). Pada April 2015, saya berkesempatan untuk terlibat dalam program ke Ansan, Korea Selatan.
Program ini sudah berjalan sebelumnya dan biasanya memberikan pelatihan entrepreneurship. Sekarang giliran saya mengajak para BMI ini melihat dari perspektif financial planning. Pembicara sebelum saya adalah seorang pembicara dari Ciputra University. Beliau mengajak peserta melakukan brainstorming tentang usaha yang ingin mereka buka jika pulang ke kampung halaman nanti.
Tugas saya jadi lebih berat. Mau buka usaha – uangnya dari mana? Modal usaha seharusnya bisa diperoleh dari penghasilan para BMI selama di Korea kan? Ups ternyata tidak selalu seperti itu yang terjadi. Seperti juga kita yang bekerja di Indonesia, BMI di Korea terserang ‘penyakit’ boros. Semakin tinggi penghasilan mereka, semakin tinggi pula pengeluaran mereka. Ini bahkan langsung terlihat dari cara mereka berpakaian, HP yang mereka gunakan dan destinasi liburan mereka! Para BMI ini rajin berlibur lho. Misalnya ke Jeju island, Korea Selatan.
Acara saya awali dengan seminar yang menjelaskan teori-teori dasar financial planning. Bukan cuma seminar biasa, saya juga mengajak para BMI untuk terlibat permainan kartu memilih Needs VS Wants. Cara yang interaktif seperti ini lebih efektif karena peserta terlibat langsung. I hear it so I know. I write it so I remember. I do it so I understand.
Suasana ruangan seminar pun jadi meriah. Saat itu juga para BMI yang menjadi peserta training bisa merasakan bagaimana memilih antara kebutuhan dan keinginan. Sebetulnya semua orang sudah tahu kok. Cuma masalah mau memahami atau tidak. Dan ini soal jujur pada diri sendiri kan?
Di akhir acara saya meminta para BMI untuk fokus pada tujuan finansial mereka. Ingat bahwa datang ke Korea bukan untuk penuh gaya. Tetapi memang ada niat untuk meningkatkan harkat hidup keluarganya. Ada yang punya tujuan mengumpulkan uang agar bisa sekolah lagi. Ada yang ingin menikah. Ada yang berniat mengumpulkan uang untuk modal usaha. Kalau sudah jelas niatnya apa – tujuan finansial pun jelas, maka mudah-mudahan upaya menabungnya jadi lebih serius juga!
Terima kasih Ian dan Juni, dari Indonesian Community Korea Selatan yang menjemput saya di bandara. Terima kasih juga Bu Fitri, Bu Dhita, Pak Widya yang berbaik hati mengantar saya jalan-jalan di Seoul. Semoga program seperti ini bisa berjalan di lebih banyak negara lagi.
Saya percaya buruh migran yang punya keuangan kuat akan turut membantu mewujudkan golongan menengah Indonesia yang kuat juga. Mereka bisa mendukung perbaikan ekonomi di kampung halamannya. Mereka juga bisa membuat hidup dirinya lebih baik lagi.
Seperti pesan Pak Widya di akhir acara training, “Ayo pulang dan jadi majikan di negeri sendiri!”
Ligwina Hananto / @mrshananto / CEO / QMPlanner
Anda juga bisa melaksanakan pelatihan keuangan interaktif seperti ini di kantor Anda. Materi dapat disesuaikan dengan karakteristik peserta buruh maupun karyawan level manajemen.
Hubungi tim QM Financial melalui email:
Artikel terkait:
Related Posts
2 Comments
Leave a Reply Cancel reply
This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.
[…] Cerita tentang kumpul-kumpul orang Indonesia di Korea Selatan, bisa dibaca di link ini ya (http://qmfinancial.com/berkunjung-ke-negeri-lee-min-ho-korea/) […]
[…] baca juga: Berkunjung ke negara Lee Min Ho […]