Hari Raya Lebaran sudah berlalu. Salah satu yang sangat dinantikan anak-anak tentu hadirnya angpau / salam tempel /amplop uang. Tapi… ada beberapa keluarga yang mempraktekkan ‘perampokan’ uang anak-anak ini!
“Mama, jangan ambil uang lebaranku!”
Mungkin Anda pernah mendengar rengekan seroang anak seperti ini dalam pertemuan keluarga Lebaran lalu. Bisa jadi sang ibu hanya menyimpan untuk anaknya. Atau memang takut uang ini hilang jika disimpan oleh anak kecil. Mudah-mudahan ini bukan ibu yang menggunakan uang anaknya sendiri – tanpa ijin.
Yuk! Pastikan kita bukanlah orang tua yang melakukan praktik ‘perampokan’ ini ya!
- Uang Lebaran = milik anak? Jika anak berusia di bawah 3 tahun, dia belum mengerti tentang uang sama sekali, maka tugas orang tua adalah menyimpannya 100%. Tentu saja tetap tidak berhak menggunakannya.
- Uang Lebaran = boleh dipakai untuk apa? Diskusikan dengan anak tentang cara membelanjakan sebagian uang ini. Anak tentu perlu belajar menabung. Tetapi anak juga penting untuk belajar berbelanja.
- Uang Lebaran = untuk uang sekolah? Kecuali memang dalam kondisi sangat sulit, seharusnya anak tidak membayarkan uang sekolahnya sendiri. Bukankah itu tanggung jawab dan tugas orang tua?
- Uang Lebaran = dipakai berinvestasi? Saya kurang setuju. Investasi ini mengandung risiko dan anak belum paham tentang risiko tersebut. Hingga anak sudah cukup umur, sebaiknya penyimpanan tetap dilakukan dengan menyimpan di bank. Dengan mudah kita bisa membuat rekening atas nama anak atau QQ dengan orang tua.
- Uang Lebaran = untuk orang lain juga? Selain menabung dan berbelanja, jangan sampai lupa mengajak anak untuk juga berbagi. Dalam setiap Rupiah ada hak orang lain yang sedang kesusahan. Dengan mengajak anak berbagi uangnya sendiri, kita mengajak anak untuk tidak egois dan lebih peka terhadap sekitarnya.
Ada banyak hal yang kita bisa pelajar bersama hanya dari hal sederhana seperti Uang Lebaran! Jangan ambil uang anakmu ya! :)