Masih ingat kisah Nina pada artikel sebelumnya? Bagi yang belum membaca, sila klik tautan ini
Setelah menyaksikan sendiri pengalaman kebangkrutan orangtuanya, Nina mulai membenahi kondisi finansialnya. Kejadian itu tentunya meninggalkan trauma finansial bagi Nina.
“Kalaupun masa pensiun nanti masih bekerja, itu semata-mata karena aku ingin tetap berkarya. Passion. Bukan lagi mencari sesuap nasi,” tegas Nina memantapkan tujuannya.
Ada beberapa hal yang perlu Nina persiapkan agar masa pensiunnya nanti terhindar dari kebangkrutan. Jelas bahwa Nina sebaiknya mulai membentuk spending money habit yang sehat sejak sekarang.
Apa yang kita dapatkan hari ini adalah hasil kerja keras di masa lalu. Begitu pun tujuan finansial di masa mendatang, adalah akumulasi dari kebiasaan investasi saat kita masih muda.
Berikut ini dapat dijadikan panduan oleh Nina dalam mengelola cashflow bulanannya:
Dana pensiun adalah tujuan yang ingin Nina capai. Tujuan itu perlu diterjemahkan ke dalam langkah konkrit agar dapat tercapai. Tujuan tanpa langkah taktis hanya akan menjadi mimpi tanpa kenyataan. Nah, dalam hal ini, Nina perlu membuat perencanaan dana pensiun.
Langkah praktis yang bisa Nina lakukan:
Pertama, setelah menetapkan tujuan finansial (Tujuan-Lo-Apa) Nina sebaiknya mulai mendaftar seluruh “amunisi” yang dimilikinya dalam 3 dokumen berikut:
Networth statement menggambarkan berapa jumlah kekayaan bersih Nina.
Dengan membuat cashflow statement, Nina bisa mengetahui berapa “amunisi”-nya untuk berinvestasi setiap bulannya. Terkadang kita mengabaikan potensi pendapatan tahunan seperti bonus dan THR. Padahal, dengan mencatatnya dalam cashflow statement tahunan, dapat diketahui potensi investasi tahunan dari sisa arus kas.
Kedua, Nina perlu menghitung apakah kondisi keuangannya sehat atau tidak dengan mendeteksinya melalui 3 rasio ini:
Tujuan finansial dapat dicapai salah satunya melalui kemampuan investasi bulanan, yang tercermin dari rasio menabung.
Jika kemampuan menabung <10% atau bahkan negatif alias defisit, maka Nina perlu mengecek kembali dimana letak “kebocoran” pengeluaran bulanannya.
Hati-hati dengan rasio cicilan utang bulanan. Banyak orang yang merasa diberi lampu hijau untuk berutang ketika menyadari rasio cicilannya 0%. Padahal, dengan berutang akan mengurangi kemampuan kita untuk berinvestasi, lho. Jadi pertimbangkan kembali apakah perlu berhutang atau tidak, terutama untuk jenis pinjaman konsumtif seperti mencicil gadget.
Dana darurat perlu Nina miliki sebagai bumper jika terjadi keperluan yang sifatnya emergency. Besaran dana darurat tercermin dalam angka ideal rasio likuiditas. Untuk single seperti Nina, idealnya memiliki dana darurat minimal 4x jumlah pengeluaran bulanannya. Instrumen dana darurat diutamakan yang menyediakan likuiditas tinggi seperti tabungan, deposito, atau logam mulia.
Ketiga, Nina sebaiknya mulai menghitung berapa keperluan finansialnya (dalam hal ini, dana pensiunnya) di masa mendatang saat dia pensiun dan berapa penghasilan yang harus disisihkan setiap bulan untuk mencapai tujuan tersebut.
Nina berencana pensiun di usia 55 tahun dengan biaya yang setara dengan Rp3juta (nilai sekarang). Jika usianya sekarang 28 tahun dan asumsi inflasi 10% per tahun, maka Nina memerlukan dana sebesar Rp7,8miliar untuk dana pensiunnya.
Dana pensiun Nina sebesar Rp7,8M itu dapat dicapai melalui investasi bulanan sebesar Rp350ribu saja, ditempatkan ke dalam produk investasi yang bisa memberikan imbal hasil rata-rata 25% per tahun.Nina sempat ternganga ketika mengetahui besarnya dana pensiun yang diperlukannya. Kita memang tidak menyadari adanya “perampok” nilai uang bernama inflasi. Ya, biaya hidup Nina saat ini sebesar Rp3juta, akan membengkak nilainya menjadi setara Rp39juta pada saat usianya 55 tahun nanti karena adanya kenaikan harga barang dan jasa rata-rata 10% per tahun.
Keempat, menentukan produk investasi yang tepat untuk mencapai tujuan finansialnya sesuai dengan profil risiko. Berikut ini panduan pemilihan jenis produk investasi berdasarkan jangka waktu pencapaian tujuan finansial untuk mereka yang berprofil risiko moderat seperti Nina.
Dana pensiun yang ingin dicapai oleh Nina dalam waktu 27 tahun lagi, dapat menggunakan produk investasi yang agresif seperti reksadana saham. Meskipun produk ini tergolong berisiko tinggi, namun risiko tersebut dapat diminimalkan dengan panjangnya periode investasi yang dilakukan oleh Nina.
Pemilihan produk investasi yang tepat agar tujuan finansial tercapai sesuai rencana amatlah penting. Layaknya kendaraan, kesalahan memilih produk dapat berisiko tertundanya bahkan tidak tercapainya tujuan finansial. Sebagai investor, Nina pun perlu mulai membekali diri dengan meningkatkan wawasan finansialnya. Walau bagaimanapun, uang akan menjadi tanggung jawabnya dan Nina sepenuhnya akan menanggung segala risiko di samping potensi return atas keputusan investasi yang diambilnya.
Nah, Nina sudah menyiapkan langkah taktis untuk menyiapkan dana pensiunnya dengan cara membuat perencanaan keuangan.
Bagaimana dengan kamu?
Salam,
EkaAgustina| Planner| @clarisa2005