Dalam empat minggu terakhir, saya begitu banyak melayani pertanyaan-pertanyaan seperti berikut ini:
- “Apakah investasi yang paling cocok dengan masa krisis seperti sekarang ini?”
- “Apakah saya perlu jual semua reksadana dan ambil aman saja?”
- “Apakah saya perlu beli dolar dan nanti bisa saya jual?”
- “Apakah saya perlu beli emas?”
- “Bagaimana nasib investasi di pasar saham, apakah akan menjadi nol?”
Jawaban saya tentu saja berbeda-beda tergantung kondisi atau kasus yang berlaku. Tapi ada satu hal sama yang saya tanyakan sama pada semua orang: “Tujuan lo apa?”
Sebelum berinvestasi, sudah seharusnya Anda memiliki rencana keuangan yang komprehensif. Mari mengingat kembali langkah-langkah dalam membuat rencana keuangan. Pertama, Anda perlu mencanangkan tujuan finansial, berapa biaya yang dibutuhkan dan berapa jangka waktu pencapaian. Kedua, Anda perlu menghitung nilai masa depan atau future value dari tujuan finansial tersebut. Setelah ini, Anda perlu menghitung berapa hasil investasi yang diperlukan.
Dengan cara seperti ini, Anda akan terhindar dari emosi untuk terjun ke produk yang terlalu agresif atau terkurung pada produk yang terlalu konservatif. Pemilihan produk dilakukan berdasarkan kebutuhan hasil investasi yang disesuaikan dengan target pencapaian tujuan finansial.
Hasilnya adalah krisis atau tidak krisis, Anda tak panik. Tak panik, karena mengerti apa yang sedang terjadi pada uang Anda.
Mengerti yang Terjadi
Yang sedang terjadi saat ini adalah krisis kepercayaan di luar negeri. Semua dimulai dari kehancuran subprime mortgage di Amerika Serikat. Kredit perumahan rakyat dengan bunga tinggi ini mengalami kemacetan. Keterpurukan tak berhenti di sini saja, semakin parah karena subprime mortgage ini dijadikan asset backed securities, surat berharga yang diperdagangkan di seluruh dunia. Gulungan krisis pun semakin berlanjut.
Indonesia memiliki eksposur yang kecil terhadap produk-produk dengan dasar subprime mortgage itu. Tapi, tentu saja jika seluruh dunia mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi, efeknya akan sampai juga ke negara kita. Maka cara paling tepat adalah untuk tetap menjalankan hidup normal. Anda tetap harus membeli bahan pokok untuk kebutuhan keluarga dan tetap harus menjalankan investasi untuk mencapai tujuan finansial.
Mengerti Fungsi Diversifikasi Risiko
Anda tak sertam-merta berinvestasi demi hasil investasi. Karena memiliki rencana keuangan yang komprehensif, Anda mengerti berapa hasil investasi yang Anda perlukan, beserta dengan risiko investasinya. Misalnya, berinvestasi di reksadana saham untuk dana pensiun 30 tahun yang akan datang. Sudah tentu dalam rencana keuangan yang komprehensif, Anda akan mengimbanginya dengan investasi di deposito atau reksadana pasar uang untuk kebutuhan dana darurat.
Sehingga jika kondisi pasar saham sedang turun drastis, Anda tidak panik. Anda mengerti uang di pasar saham harus menghadapi roller coaster yang tajam. Anda pun cukup tenang karena dana darurat Anda berada pada produk dengan risiko investasi terendah.
Mengerti Profil Risiko Sendiri
Anda dengan profil risiko konservatif, silakan minggir dulu untuk sementara waktu. Kita tidak akan tahu kapan pasar modal negeri ini akan mencapai titik terendah. Sebaiknya Anda mencanangkan pencapaian dana darurat sesegera mungkin.
Sedang Anda dengan profil risiko moderat, silakan melanjutkan investasi sesuai dengan rekomendasi rencana keuangan. Jika ragu-ragu menambahkan investasi pada produk agresif, Anda bisa saja mengalihkannya ke produk moderat. Tapi, Anda juga perlu menyadari bahwa jika menarik semua uang dari reksadana, maka Anda akan kehilangan momentum untuk memulai investasi lagi pada saat pasar mulai naik nanti.
Jika Anda berprofil agresif, sekarang waktunya belanja. Anda dapat menoleransi risiko investasi yang terjadi di produk-produk agresif. Anda pun paham bawa kondisi keuangan Anda sangat stabil. Anda juga mengerti jika tidak berinvestasi, maka perlu menabung dalam jumlah yang sangat besar. Untuk ini, Anda belum rela berhemat dan mengorbankan lifestyle yang sedang dinikmati.
Sudah selesai membaca? Jadi apakah yang akan Anda lakukan pada uang Anda? Inilah yang saya lakukan untuk memastikan rencana keuangan yang komprehensif keluarga kami. Saya tetap melaksanakan pembelian reksadana, mulai dari reksadana pasar uang hingga reksadana saham untuk mencapai tujuan-tujuan finansial keluarga.
Saya juga tetap melanjutkan cicilan kas bertahap untuk membeli properti kami. Saya menambahkan pula dana pada portfolio saham langsung, mumpung harga saham perusahaan-perusahaan terbaik negeri ini sedang berada pada titik yang lebih rendah.
Lalu, bagaimana jika kondisi perekonomian Indonesia terkena dampak dari krisis global yang sedang terjadi? Jangan lupa bahwa keluarga kami juga sudah memiliki dana darurat sebesar 12 kali biaya rutin bulanan. Maka, jika sampai terjadi krisis yang menyebabkan turunnya nilai investasi, dana darurat ini akan menjadi “bumper” yang menahan penurunan total portfolio kami.
Jangan lupa, rencana keuangan komprehensif kami ini tidak hadir tiba-tiba begitu saja. Rencana keuangan ini adalah hasil memperjuangkan perubahan gaya hidup, perubahan cara mengelola uang, dan cara berinvestasi selama bertahun-tahun. Jangan mengharapkan jalan pintas, supaya Anda tidak serbapanik.
Mari membuat keputusan investasi yang baik. Hadapi konsekuensi dari keputusan yang Anda lakukan terhadap uang Anda. Risiko nilai uang Anda berkurang adalah bagian yang harus diahadapi dari berinvestasi. Sebaliknya, jika Anda memutuskan untuk menghindari investasi, maka Anda perlu menabung dalam jumlah yang sangat besar.
Sekali lagi, Anda tak panik karena mengerti apa yang sedang terjadi pada uang Anda.