Investasi Gak YA?
Belakangan ini gue sering banget dapat pertanyaan :
Dengan naiknya BBM, pasar kondisinya jelek, investasi apa yang harus kita lakukan?
Gue, Ajo, Teja dan QM Planner lain selalu bingung kalau ketemu orang dengan pertanyaan di atas.
What do you mean – investasi apa yang harus kita lakukan??? You’re supposed to invest. Period.
Kelihatannya, orang dengan pertanyaan seperti di atas mencoba berpikir seperti Fund Manager. Seorang Fund Manager pasti dengan giat memonitor kondisi pasar dan kemudian merealokasikan dana kelolaannya agar dapat ’melawan’ pergerakan negatif yang terjadi di pasar.
Makanya banyak orang yang merasa sudah ’pintar’ kalau keluar masuk produk investasi ketika pasar sedang bergerak. Gak ada yang melarang kok, silahkan saja. Tapi itu artinya kita jadi Fund Managernya lho.
Nah… yuk berpikir dari kerangka pikiran seorang Financial Planner.
By all means, gue, Ajo, Teja dan QM Planner lain sama sekali tidak memiliki kemampuan seperti seorang Fund Manager. Boleh tanya-tanya deh sana sama Mas Herbi di Samuel, Mas Sol di PNM, Mas Jos di Syailendra atau Pak John di Danareksa yang memang sehari-hari jagoan mengurus dana kelolaannya.
Tugas seorang Financial Planner adalah memastikan dana yang akan diinvestasikan ke dalam Fund – yang dikelola Fund Manager – adalah dana yang siap bertemu risiko. Risiko ini termasuk risiko pasar yang naik turun, risiko inflasi karena BBM naik dan risiko-risiko lain yang terjadi sebagai akibar dari kegiatan berinvestasi.
PLAN yang komprehensif akan memperhitungkan semua tujuan finansial yang kita inginkan. Kita sudah membuat berbagai macam asumsi agar terlihat apa konsekuensi dari tidak berinvestasi dan apa konsekuensi dari berinvestasi itu sendiri.
Reksadana yang sering digunakan sebagai alat untuk berinvestasi dalam Financial Plan, sudah ada yang mengelola. Jadi biarkan para Fund Manager mengelolanya. Gak perlu kita direcokin lagi dengan keluar masuk Reksadananya.
Kalau uang kita berkurang karena kondisi pasar yang sedang turun? Lho, itu bagian dari risiko dong. Jangan cuma mau investasi saat hasilnya positif, sisi negatif juga harus dihadapi sebagai bagian dari investasi.
Jadi, waktu pasar sedang turun… apa yang harus kita lakukan?
Punya PLAN dong.
Dengan PLAN yang komprehensif, kita bisa sudah memiliki blue print akan ke mana uang kita dari sekarang sampai 30 tahun ke depan. Kita sudah memperhitungkan target hasil investasi rata-rata dalam jangka waktu pendek, menengah maupun panjang. Kita sudah mengerti bahwa kondisi pasar yang turun adalah bagian dari risiko yang harus dihadapi. Kita juga mengerti bahwa hasil investasi yang negatif hanya akan bertahan dalam jangka waktu pendek, dan akan dapat ditutupi dengan hasil positif di masa depan. Karena itu jugalah, saat memiliki tujuan jangka pendek, kita tidak perlu masuk ke Reksadana Saham yang berisiko tinggi. Kita cukup menyimpannya di Reksadana Pasar Uang yang berisiko lebih rendah dan hasil investasinya justru lebih stabil saat pasar saham gonjang ganjing.
Jadi, waktu harga-harga sedang naik… apa yang harus kita lakukan?
Punya PLAN dong.
Dengan PLAN, kita sudah memperhitungkan bahwa inflasi itu diasumsikan 10% per tahun. Jadi saat BBM naik dan harga-harga meningkat, kebutuhkan kita di masa depan pun sudah memperhitungkan segala kenaikan ini. Kita juga sudah memikirkan investasi jangka pendek yang target hasil investasinya diperhitungkan agar dapat paling tidak menghambat inflasi. Untuk investasi jangka menengah dan panjang, target hasil investasi kita sudah dibuat paling tidak menyamai bahkan jauh di atas asumsi inflasi. Hal ini membuat kita lebih tenang karena saat harga naik, investasi secara matematis sudah melampaui kenaikan harga itu.
Masih bisa gagal juga? Tentu saja. Tidak ada sesuatu pun di dunia ini yang pasti terjadi tanpa syarat. Semua ada kondisinya masing-masing.
Supaya tidur tenang, gak kebakaran jenggot, gak marah-marah atau malah stres berat karena melihat nilai investasi yang turun terus… lakukan langkah-langkah berikut :
1. TUJUAN LO APA?
Yes, hate me or love me but you cannot ignore me!
Sebelum berinvestasi, TUJUAN LO harus jelas. Ini bukan main-main atau spekulasi. Kalau mau main-main atau spekulasi jangan digunakan untuk tujuan finansial. Bikin aja untuk Aset Aktif. Kapan mau mencapai tujuan ini? Berapa nilainya nanti?
Ehem…
Dana Pendidikan S1 (termasuk biaya hidup) Azra di Australia sekarang senilai Rp 1,2 M. 13 tahun lagi saat Azra umur 18, kira-kira naik menjadi Rp 4,2 M.
(Revisi plan dibuat saat Azra umur 5 tahun)
Gue gak yakin rumah di Cibubur yang mungil itu dijual bisa untuk mencapai Rp 4,2 M…
2. INVESTASI! ATAU ANAK GAK JADI KE AUSTRALIA!
Sebetulnya gak usah ke Australia juga gak apa sih. Gue cuma gerah aja kalo gue sampe gak bisa memberikan apa yang sudah diberikan oleh orang tua gue. Sekalian mau nunjukin sama Papa kalau dia dulu hemat-hemat luar biasa demi menabung dan bisa sekolahin gue ke Australia, gue akan hidup dengan riang gembira makan di luar setiap hari dan investasi untuk bisa sekolahin anak gue ke Australia juga. Urusan nanti Azra taunya mau ke Jakarta aja sih urusan nanti… heheheeh
So how much to invest?
Rp 4,2 M dapat dicapai dengan MENABUNG Rp 26,9 juta per bulan!
Dena gimana dong? Terus Rumah Idaman gue gimana? Dondi musti kerja sampe umur berapa? Gak boleh liburan dong?
Kalau gue menabung aja, gak jadi nih anak-anak sekolah ke Australia seperti ibu bapaknya (hehehe. Hellow, this is ‘ego’ talking…)
Kalau investasi?
Rp 3,7 juta per bulan selama 13 tahun dengan target hasil investasi 25 % per tahun di Reksadana Saham, secara matematis bisa mencapai Rp 4,2 M.
3. RISIKONYA APA? KALAU GAGAL GIMANA?
Rp 3,7 juta per bulan dalam 13 tahun = Rp 577 juta.
Ini masih bisa untuk sekolah Azra S1 di Indonesia nantinya. Tapi gak jadi ke Australia. Jangan lupa ya masih ada si Dena menyusul 2 tahun di belakang kakaknya. Dan untuk Azra bisa masuk S1, dia harus lulus SD dulu, SMP baru SMA…
Kalau Rp 3,7 juta per bulan ini diinvestasikan… bisa mencapai Rp 4,2 M, bisa juga gak sampai. Separah-parahnya kondisi, gue masih ada Dana Darurat yang ditambah terus kok. Jadi kalau hasil investasi Dana S1 ini gagal total pun, Dana Darurat gue yang segendut gajah ini bisa langsung diturunkan untuk menutupinya – paling gak untuk sekolah di Jakarta.
Lo boleh percaya atau gak. Tapi PLAN keluarga gue sudah jalan lebih dari 3 tahun. Artinya investasi kita memang belum di atas 10 tahun. And still there’s no guarantee it’s going to work out according to plan. Tapi kita betul-betul menjalankan investasi regular mulai dulu dari Rp 100ribu/ bulan sampai nilainya bertambah terus. Sepanjang 3 tahun terakhir ini, hasil investasi yang actual jauh di atas target hasil investasi. Jadi hasilnya sekarang untuk pendidikan anak-anak keluarga gue tinggal mengejar untuk SMA & S1nya saja.
Dana Dena SD 2 tahun lagi sudah standby. Dana Azra & Dena SMP sudah terkumpul sebagian dan secara matematis tidak perlu ditambahkan lagi, tinggal diperiksa saja dalam Review untuk memastikan hasilnya sesuai dengan PLAN.
So now we’re literally running towards our children education fund. AYO! Jangan malu-maluin deh. Masak masuk tahun ajaran baru lo sibuk cari pinjaman? Get real!!!
Think of the consequences.
If you’re so afraid your money goes down due to market downturn, think of what happens when you don’t invest. Your money DOES NOT GROW at all! It’s eaten alive by INFLATION!
So start that FINANCIAL PLAN NOW!
We Are Responsible For Our Own Finances
Ligwina Hananto