Apa sih yang membuat kita melek setiap pagi?
Adzan subuh dari mesjid sebelah?
Tangisan bayi yang minta minum?
Suami yang berisik karena koneksi internet bego banget hari ini? (Seriously, that’s what I found Don doing at 5 am in the morning hehehe real geeky eh?)
Yuk tanya pada diri masing-masing apa yang bisa kita jadikan pemicu untuk memulai hidup setiap hari. Lalu tanyakan apa yang bisa menjadi motivasi kita agar dapat memperbaiki kondisi keuangan di tahun 2008.
Mumpung baru bulan Januari. Awal bulan pula. Jalan rasanya masih panjang banget kan? Supaya lebih ingat untuk terus bersyukur, biasanya saya pulang kandang ke Bandung.
Dunia di Bandung beda banget dengan di Jakarta. Rasanya lebih membumi dan gak perlu ngegas terus menerus. Di Bandung juga saya bisa ketemu lebih banyak teman lama dan saudara yang mungkin akan sebel kalau tahu billing kartu kredit suami yang Rp 600ribu sebulan hanya untuk entertain teman ngopi di Starbucks. (Gak kok, 3 bulan terakhir < Rp 150ribu lho!) Buat teman-teman ini, Zara sale gak terlalu penting. Yang menarik, beberapa dari mereka bisa menyisihkan uang lebih banyak dibandingkan kita di Jakarta. Yah, lebih tahu diri deh karena puas diketawain teman-teman telah terkontaminasi hawa kosmopolit Jakarta.
Ada banyak orang di sekitar kita yang kondisi keuangannya mungkin gak terlalu mengkilap. Hidup mereka baik-baik saja. Gak kekurangan, berlebihan juga gak. Tapi hal-hal penting dalam hidupnya tercapai semua. Mulai dari punya tabungan (baca : Dana Darurat), menyekolahkan anaknya, dan persiapan untuk pensiun.
Untuk Dondi dan saya, anak-anak adalah faktor terbesar dalam hidup kami. Saya selalu termotivasi untuk dapat memberikan pendidikan terbaik untuk mereka. Orang tua mana sih yang gak?
Ini ada sejarahnya. Masih ingat kan, saldo rekening kami yang Rp 119.200 di tahun 2001. Jadi saat Azra lahir di tahun 2002, nangis deh pokoknya. Rasanya bodoh sekali. S1 S2 finance, kerja di bank, kok gak punya tabungan? Sementara rencana sekolah yang kami pilih memerlukan biaya yang sangat tinggi.
Jadi janji kami berdua adalah memastikan kondisi keuangan kami terus membaik seiring berjalannya waktu. Gak boleh lagi kejadian cuma punya total saldo tabungan di bawah Rp 200.000. Semua karena motivasi kami adalah : menyekolahkan anak-anak sebaik mungkin.
Tanya lagi pada diri sendiri… what’s my motivation?
Find one that’s close to your heart…
You ARE Responsible For Your Own Finances!
Ligwina Hananto