Anak-anak sekolah sudah hampir menyelesaikan semester pertamanya. Sebentar lagi semester kedua dimulai, dan ini berarti buat yang sudah tingkat akhir–kelas 6, kelas 9, dan kelas 12–harus juga segera bersiap untuk kelulusan. Mau nggak mau nih, ujung-ujungnya akan berakhir pada pertanyaan: Dana Pendidikan, apa kabar?
Yes, dana pendidikan bisa dibilang sebagai “proyek” panjang para orang tua. Jangka waktunya bisa mencapai puluhan tahun, kalau dihitung mulai dari playgroup sampai strata-2 atau bahkan strata-3. Berbeda dengan gaya hidup di Amerika Serikat, yang para orang tua rata-rata hanya menyediakan dana untuk pendidikan anak hingga setara SMA alias high school, dan ketika harus kuliah atau masuk college, remajanya harus bekerja paruh waktu atau mengambil student loan, orang tua Indonesia “cukup bertanggung jawab” dan mau membiayai pendidikan anaknya bahkan sampai ke strata 3.
Karenanya, dana pendidikan menjadi salah satu tujuan keuangan terbesar yang dimiliki oleh sebagian besar keluarga.
Lalu, kapan sih sebaiknya mulai menyiapkan dana pendidikan yang paling pas, supaya kalau investasi juga nggak terlalu membebani, jangka waktu juga bisa pas gitu–pas mau dipakai pas sudah terpenuhi target nominalnya?
Jawabannya simpel sebenarnya: sedini mungkin. Semakin cepat semakin baik.
Tapi ya, bagi sebagian orang tua, urgensi dana pendidikan ini kadang kalah dengan yang lain–apalagi kalau si kecil belum usia sekolah. Banyak yang baru kepikiran untuk membuat tabungan khusus dana pendidikan setelah anak-anak mulai sekolah–which is sudah agak terlambat.
Akan tetapi, terlambat itu masih lebih baik ketimbang enggak sama sekali bukan? Jadi, meski terlambat, ayo siapkan dana pendidikan sekarang, dengan memperhatikan beberapa hal berikut.
3 Hal untuk Mempersiapkan Dana Pendidikan Anak
1. Jangka waktu
Kita sebenarnya bisa membuat planning dana pendidikan ini sesuai kemampuan kita. Memang paling baik adalah memperhitungkan total keseluruhan kebutuhan dana, mulai dari masuk playgroup sampai target pendidikan tertinggi yang bisa dicapai.
Namun kadang, ini bisa membuat orang tua menjadi overwhelming. So, it’s ok kalau misalnya membuat rencana per jenjang pendidikan. Intinya, sesuaikan dengan kemampuan dan kondisi masing-masing.
Jika hendak langsung merencanakan kebutuhan total, maka hitung kapan anak mulai start sekolah dan berapa lama ia menempuh pendidikan. Misalnya, si kecil sekarang usia 2 tahun, maka mungkin 2 tahun lagi, kita harus menyiapkan dana untuk masuk TK. Dua tahun kemudian, harus siap untuk masuk SD, 6 tahun kemudian, siap untuk masuk SMP, dan seterusnya.
Kalau mau menyiapkan per jenjang, hati-hati, di sini kadang orang tua salah hitung. Misalnya, anak tahun ini masuk SD. Berarti bukan berarti 6 tahun lagi dia akan lulus loh, tetapi 5 tahun lagi. Dananya kan harus benar-benar sudah siap ketika si kecil nanti naik kelas 6 SD. Kalau 6 tahun lagi, itu artinya dia sudah harus daftar SMP. Terlambat dong, berarti?
2. Jenis dan lokasi sekolah
Terkadang, di sinilah letak masalah dana pendidikan yang paling krusial, yaitu ketika orang tua menentukan jenis sekolah untuk anaknya.
Yah, maklum sih. Namanya orang tua, pasti pengin yang terbaik untuk anaknya. Sayangnya, kadang di sini mereka lupa, bahwa nantinya yang akan bersekolah itu si kecil, dan bukan mereka. Sehingga seharusnya kebutuhan si kecillah yang seharusnya diutamakan.
Banyak kasus anak-anak yang dipaksa di suatu sekolah kurang cocok dengan metode ajar maupun lingkungan sekolah, sehingga si anak menjadi stres. Hal ini tentu saja akan berefek pada hasil belajarnya.
So, lebih baik sesuaikan dengan kebutuhan anak. Apa sih yang bisa memaksimalkan potensi mereka? Lingkungan apa yang paling baik bagi mereka untuk belajar? Metode ajar seperti apa yang cocok?
Setelah kebutuhan anak ketemu, barulah kita screening sekolah yang sesuai–tentunya dengan memperhatikan kemampuan finansial kita juga.
Lokasi sekolah juga menjadi pertimbangan penting loh. Ada yang memang merasa lebih baik menyekolahkan anak di sekolah yang jauh dari rumah, tetapi lebih dekat ke kantor, biar lebih praktis menjemputnya. Ada yang lebih nyaman menyekolahkan si kecil di sekolah yang dekat rumah.
Yang pasti, soal lokasi ini nanti berkaitan erat dengan transportasi. Meski jauh dari rumah, tapi kalau memang transportasinya memungkinkan dan lebih praktis–karena dekat dengan kantor tempat kita bekerja, misalnya–ya kenapa enggak? Kalau dekat dengan rumah, malah repot. Nggak ada yang antar dan jemput, pun juga tak ada siapa pun di rumah kalau si kecil pulang lantaran suami dan istri sama-sama bekerja?
Berbagai pertimbangan seperti ini patut dipikirkan dengan baik, sesuai kondisi masing-masing.
3. Kebutuhan
Biasanya yang dibutuhkan adalah uang pangkal, uang gedung, biaya seragam, uang SPP pertama, dan berbagai kebutuhan lain. Ini berlaku untuk yang hendak bersekolah di sekolah swasta ya.
Untuk yang bersekolah negeri, kebutuhannya pasti berbeda. Kita tinggal menyesuaikan saja. Tetapi, meski sekolah di negeri jauh lebih ringan, bukan berarti juga kita lantas tak menyiapkan dana pendidikan si kecil juga.
Carilah informasi sebanyak-banyaknya terkait kebutuhan dana ini. Setelah ketemu total nominalnya, dengan memperhitunkan future value, kita pun dapat menghitung kebutuhan dana pendidikan secara keseluruhan ketika nanti waktunya sudah tiba.
Karena uang pangkal sekolah yang tahun ini sebesar Rp1 juta, misalnya, dalam waktu 6 tahun lagi, pasti sudah berubah.
Setelah mengantongi nominal kebutuhan, rencana sekolah, dan juga jangka waktu, maka selanjutnya kita bisa mulai membuat rencana yang realistis untuk mulai membangun dana pendidikan anak.
Pertanyaan terbesarnya adalah, dengan kebutuhan yang sebesar itu, bisa enggak kita kumpulkan dengan penghasilan kita yang sekarang–sedangkan kebutuhan lain yang penting juga tak kalah banyaknya?
Bisa saja, dengan investasi.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Related Posts
1 Comment
Leave a Reply Cancel reply
This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.
[…] perlu perencanaan dana pendidikan anak yang matang dan komprehensif. Karena seperti halnya dana rumah dengan skema KPR, mengumpulkan dana […]
[…] perlu perencanaan dana pendidikan anak yang matang dan komprehensif. Karena seperti halnya dana rumah dengan skema KPR, mengumpulkan dana […]