Biasa Jadi Baik: Menjadi Perempuan Berdaya
Biasa Jadi Baik adalah gerakan untuk mengajak teman-teman menyiapkan kebiasaan baik. Saat kita pensiun nanti, dari kebiasaan-kebiasan baik lah kita bisa punya kualitas hidup lebih baik. Ini perlu dimulai dari sekarang. Ada kebiasaan baik di pagi hari. Ada kebiasaan baik dengan pasangan. Ada juga kebiasaan baik dalam mengelola uang.
read more: #BiasaJadiBaik
Bulan April ini QM mengajak teman-teman menceritakan nasihat terbaik untuk perempuan. Ada Alanda Kariza, penulis buku Sophismata dan Beats Apart yang akan berbagi inspirasi.
Apa nasihat terbaik untuk perempuan versi Alanda?
Nasihat terbaik untuk perempuan yang pernah saya terima: jadi perempuan itu harus berdaya. Kita harus bisa berdiri di kaki sendiri. Berdaya sebelum menikah, sebelum berkeluarga. Banyak kasus perempuan menikah, padahal mereka belum berdaya dari sisi finansial. Saat terjadi perceraian atau suami meninggal, istri pun menjadi terpuruk.
Perempuan harus mampu menghasilkan uang sendiri dan mengatur keuangan dengan baik. Lebih bagus lagi kalau bisa investasi dan bisa punya properti sendiri. Jangan hanya menunggu kedatangan ‘Prince Charming’. Itu hanya ada di negeri dongeng ☺
Dari mana inspirasi tersebut berasal?
Nasihat tersebut saya dapatkan dari Ibu saya. Setelah saya menikah, suami pun menyatakan hal yang sama. Mau jadi ibu rumah tangga atau wanita karir, setiap perempuan harus berdaya. Di rumah pun bisa berkarya kok.
Sudah berapa lama nasihat tersebut diterapkan?
Sudah sejak kecil. Sejak masih SD kali ya.
Apa saja dampak yang dirasakan sejak mengikuti nasihat tersebut?
Saya percaya setiap keluarga punya tantangan finansialnya masing-masing. Sebagai anak pertama dengan dua orang adik yang jarak usianya 11 & 13 tahun lebih muda, saya tak ingin menambah beban orang tua.
Berkat nasihat dari Ibu untuk menjadi perempuan yang berdaya, sejak kecil saya sudah belajar mengusahakan uang jajan sendiri. Saat masih SD saya sudah membuat gelang dan dijual ke teman-taman. Memasuki SMP saya mulai mengirimkan tulisan untuk dimuat di majalah. Fee menulis ini lumayan banget. Bisa dapat uang jajan sampai Rp300.000. Sebuah angka yang cukup besar untuk anak SMP. Selain itu saya juga rajin menawarkan jasa administrasi untuk tetangga saya yang mahasiswa berupa transkrip atau input data.
Jadi saya sudah mulai ‘colong start’ untuk berdaya sejak muda. Ini juga merupakan inspirasi dari idola saya di masa remaja – Britney Spears – yang bilang bahwa ‘Jika kamu tidak bisa menjadi yang terbaik, jadilah yang pertama.’
Dari sisi finansial, bagaimana Alanda mengelola keuangan untuk keluarga muda?
Setelah menikah, saya merasakan banyak penyesuaian. Saya dan suami memiliki latar belakang keluarga yang berbeda. Ibu saya adalah seorang wanita karir. Sedangkan Adit, suami saya, ibunya adalah seorang ibu rumah tangga. Contoh yang berbeda di rumah ini menuntut kami untuk beradaptasi.
Awalnya saya merasa tidak perlu diberi uang oleh suami, lebih baik uangnya ditabung untuk kebutuhan masa depan. Jadi kalau orang lain punya cita-cita punya suami kaya biar gak perlu kerja, nunggu dikasih uang sama suami aja, aku malah nggak. Namun di sisi lain suami punya kewajiban untuk memberi nafkah. Di situ kami membuka ruang untuk diskusi dan adaptasi. Bertahun-bertahun saya bergantung pada diri sendiri. Setelah menikah saya pun belajar bahwa punya teman untuk bergantung bersama itu oke kok.
Dari sisi pengelolaan keuangan, saya pribadi merasa sekarang gak sepelit dulu. Sebelumnya saya sangat membatasi budget beli baju atau sepatu dan budget jalan-jalan. Mending uangnya ditabung untuk beli rumah dan membiayai pernikahan. Sebagai penulis, penghasilan saya waktu itu tidak pasti, tergantung royalti yang masuk dari penerbit. Jadi kalau ada uang lebih, saya memilih untuk menyimpan dibanding membelanjakannya.
Setelah berkeluarga, saya dan suami sama-sama bekerja kantoran dengan penghasilan yang lebih pasti dari gaji bulanan. Sekarang, keuangannya bisa lebih dipetakan. Gaji bulanan kami kelola untuk pengeluaran bulanan, sementara bonus tahunan kami manfaatkan untuk dana liburan.
Apakah kebiasaan baik ini akan dibawa hingga masa pensiun nanti?
Iya. Mudah-mudahan ya ☺
Kalau boleh tahu, Alanda sudah siap pensiun belum?
Kalau sekarang belum sih. Mungkin kalau ditanya pas usianya udah 40 tahun jawabannya beda ya ☺
Apa saja yang sudah Alanda siapkan untuk menghadapi masa pensiun nanti?
Saya sudah mulai berinvestasi di reksadana saham untuk Dana Pensiun sejak 5 tahun yang lalu. Rutinitas ini sempat terhenti saat saya menemani suami kuliah di Australia dan gantian suami menemani saya kuliah di Inggris. Biaya transfernya bisa lebih mahal dibanding dana yang dialokasikan untuk reksadana, kan sayang ya. Sekarang setelah kembali ke Indonesia, saya mulai kembali rutin berinvestasi di reksadana.
Sejujurnya saya belum terlalu memikirkan pensiun. Sekarang masih fokus mencari uang, mumpung biaya hidup belum terlampau besar. Akan sangat berbeda setelah kehadiran anak kan. Suami selalu mengingatkan saya untuk tidak terlalu pelit. Boleh saja menyiapkan hari tua, tapi jangan sampai kita tidak menikmati masa muda. We’re doing good kok, punya pekerjaan dan sudah DP rumah. Masa muda juga harus dinikmati biar gak stress karena mikirin duit terus. Hidup harus seimbang kan?
Seru sekali mendengar cerita Alanda dan nasihatnya untuk menjadi perempuan yang berdaya. Dana untuk masa tua pun sudah mulai disiapkan sambil tetap menikmati masa muda. Terima kasih sudah berbagi inspirasi Alanda!
QM Admin
***
Apa kebiasaan keuangan baikmu? Ayo bahas bersama di akun media sosial kami dengan tagar #BiasaJadiBaik
Facebook Fanpage QM Financial dan Twitter / Instagram @QM_Financial.
Sebarkan virusnya. Ajak lebih banyak orang tergerak mewujudkan keuangan yang sehat dan kuat.
Biasa Jadi Baik: Fokus Pada Apa Yang Baik
Biasa Jadi Baik adalah gerakan untuk mengajak teman-teman menyiapkan kebiasaan baik. Saat kita pensiun nanti, dari kebiasaan-kebiasan baik lah kita bisa punya kualitas hidup lebih baik. Ini perlu dimulai dari sekarang. Ada kebiasaan baik di pagi hari. Ada kebiasaan baik dengan pasangan. Ada juga kebiasaan baik dalam mengelola uang.
read more: #BiasaJadiBaik
Bulan April ini QM mengajak teman-teman menceritakan nasihat terbaik untuk perempuan. Nasihat pertama datang dari Yulia Astuti, pemilik Moz5 Salon – salon khusus muslimah, dan juga Ibu dari anak berkebutuhan khusus. Yulia mengajak kita semua untuk berfokus pada apa yang baik yang sudah diberikan oleh Tuhan.
Apa nasihat terbaik untuk perempuan versi Yulia Astuti?
Apa pun yang diberikan oleh Tuhan, pastilah yang terbaik dan paling kita butuhkan. Karena DIA yang menciptakan kita paling tahu tentang kita.
Dari mana inspirasi tersebut berasal?
Nasihat tersebut saya dapatkan dari guru mengaji.
Sudah berapa lama nasihat tersebut diterapkan?
Sudah sejak sekitar 4 empat tahun yang lalu.
Apa saja dampak yang dirasakan sejak mengikuti nasihat tersebut?
Saya belajar untuk tidak menyalahkan keadaan. Stop wondering why, why me, why not them. Saya diingatkan untuk fokus pada yang baik. Because you get what you focus on. Begitu kita fokus pada yang baik maka kita akan semakin menemukan hal baik lainnya. Semakin bersyukur semakin kita bahagia. Dia Yang Maha Sempurna tidak pernah salah dalam ketetapanNya.
Apakah nasihat untuk perempuan ini akan dibawa hingga masa pensiun nanti?
Tentu saja. Nasihat yang baik sudah selayaknya dijalankan, meski sudah pensiun.
Dari sisi finansial, bagaimana Yulia mengelola keuangan untuk anak berkebutuhan khusus?
Memiliki anak berkebutuhan khusus membuat dana kebutuhan untuk anak menjadi lebih besar. Mereka akrab dengan fisioterapi, terapi wicara, dan terapi okupasional yang tentunya membutuhkan dana lebih. Saya merasa perlu menyiapkan masa depan mereka dengan lebih cermat. Oleh karena itu, setiap bulan saya menyisihkan penghasilan untuk menabung, membeli emas, dan juga reksa dana untuk memastikan kebutuhan mereka di masa depan terpenuhi.
Kalau boleh tahu, Yulia sudah siap pensiun belum?
Belum sih ☺
Apa saja yang sudah Yulia siapkan untuk menghadapi masa pensiun nanti?
Untuk saat ini saya masih terus mempersiapkan bisnis yang bisa terus berjalan dan menghasilkan walaupun saya sudah pensiun. Selain itu saya juga sudah menyiapkan tabungan, berinvestasi di reksa dana dan emas, serta memiliki properti yang disewakan.
Terima kasih untuk cerita inspiratifnya Yulia. Kita perlu belajar untuk fokus pada yang baik dan selalu bersyukur. Seperti kata Yulia, “semakin bersyukur kita akan semakin bahagia”.
Walaupun menyatakan belum siap pensiun, Yulia sudah menyiapkan berbagai jenis aset aktif berupa bisnis, property, dan surat berharga.
Kamu sendiri gimana? Sudah siap pensiun belum? ☺
@QM_Financial
***
Apa kebiasaan keuangan baikmu? Ayo bahas bersama di akun media sosial kami dengan tagar #BiasaJadiBaik
Facebook Fanpage QM Financial dan Twitter / Instagram @QM_Financial.
Sebarkan virusnya. Ajak lebih banyak orang tergerak mewujudkan keuangan yang sehat dan kuat.
Perempuan dan Tujuan Finansial: Tujuan Lo Apa?
Berhubung bulan ini kita memperingati hari lahir Kartini, tepatnya pada tanggal 21 April, kita bahas segala yang perempuan yuk. Setelah minggu lalu kita membahas tentang pentingnya perempuan belajar mengelola uang, kali ini kita akan bahas tentang perempuan dan tujuan finansial.
Definisi tujuan finansial
Apa sih tujuan finansial itu? Tujuan finansial itu berawal dari mimpi. Supaya mimpi jadi kenyataan nih perlu target yang jelas. Dalam perencanaan keuangan, ini berarti kita perlu menentukan dulu mimpi apa yang ingin dicapai. Bukan sekedar ‘ingin menabung atau ‘ingin kaya’ saja.
Seperti konsep ‘Tujuan Lo Apa’ yang didengungkan oleh lead QM Trainer Ligwina Hananto, tujuan finansial ini tidak bisa dibuat abu-abu. Setiap tujuan finansial harus punya ‘muatan’, sebuah judul agar uang yang sedang kita upayakan bermanfaat untuk hidup kita. Selain harus memiliki makna dalam hidup kita, tujuan finansial juga erat kaitannya dengan nilai di masa depan. Karena itu, tujuan finansial juga memiliki jangka waktu.
Tujuan finansial=judul+nilai masa depan+jangka waktu
Contohnya mau beli rumah dengan cara kredit. Berarti ada sejumlah tertentu DP yang harus dikumpulkan untuk jangka waktu tertentu. Nah ini bisa disebut Tujuan Finansial Dana DP Rumah Baru.
Sayangnya belum semua orang menyadari pentingnya menetapkan tujuan finansial. Alhasil sudah bertahun-tahun bekerja tapi belum punya aset. Rasanya sudah bekerja keras tapi kok tabungan enggak nambah-nambah. Pasti deh itu karena enggak ada tujuan finansial yang jelas.
Kenapa perempuan perlu punya tujuan finansial?
Pernahkah kita membayangkan kehilangan pekerjaan? Di dunia ini enggak ada yang pasti lho! Kalau tidak punya penghasilan, apa yang akan dilakukan untuk bertahan hidup sampai mendapatkan pekerjaan baru? Atau ingin punya rumah sendiri gak sih? Emang betah terus-terusan tinggal di Pondok Mertua Indah? Udah siap pensiun belum? Pertanyaan-pertanyaan ini bisa dijawab dengan tujuan finansial lho!
Supaya tetap bisa bertahan hidup jika terjadi hilangnya penghasilan atau keadaan darurat lain, ada tujuan finansial berupa Dana Darurat. Dana ini dipakai untuk hal-hal yang sifatnya darurat seperti plafond rumah rubuh, mobil mogok harus masuk bengkel, resign dari kantor lama dan belum mendapatkan pekerjaan baru. Tujuan finansial Dana Darurat merupakan tujuan finansial paling dasar yang wajib dimiliki semua orang. Besaran Dana Darurat dihitung berdasarkan pengeluaran bulanan. Untuk lajang jumlahnya 3-4x, menikah belum punya anak 6x, menikah dengan 1 anak 9x, menikah dengan 2 anak atau lebih 12x. Untuk freelancer yang penghasilan per bulannya tidak pasti disarankan punya Dana Darurat sebesar 12x pengeluaran bulanan.
Tak perlu khawatir dengan besarnya Dana Darurat yang harus disiapkan. Kembali lagi ke konsep tujuan finansial = judul + nilai masa depan + jangka waktu.
Misalnya Dana Darurat untuk keluarga dengan 2 anak sebesar 12x pengeluaran bulanan. Katakanlah pengeluarannya Rp5.000.000 per bulan. Maka Dana Darurat yang perlu dikumpulkan sebesar Rp60.000.000. Tinggal ditarget saja mau dicapai kapan, apakah dalam 1,2, atau 3 tahun? Kemudian, cara mencapainya bisa dengan menabung atau berinvestasi.
Dengan adanya tujuan finansial yang jelas, mengatur keuangan jadi lebih gampang. Perempuan juga jadi lebih disiplin karena ada mimpi yang mau diraih. Tujuan finansial lainnya seperti Dana Liburan misalnya, bisa banget! Tentukan dulu mau kemana, anggarannya berapa, dan kapan berangkat. Dari situ kita bisa hitung berapa jumlah uang yang harus ditabung atau diinvestaikan per bulannya.
Selain itu yang enggak kalah penting juga adalah Dana Pensiun. Kelihatannya sih masih lama tapi jumlahnya raksasa lho kalau enggak dipersiapkan dari sekarang! Dengan jumlah yang raksasa sulit sekali untuk di-cover dengan tabungan pensiun dari kantor. Padahal kalau mulai investasi dari sekarang untuk Dana Pensiun hanya sebesar setengah harga sepatu lho!
Dengan punya tujuan finansial, keuangan kita juga semakin kuat sehingga bisa juga membantu orang lain lebih banyak dan lebih lama. Selain itu, kita akan berpikir ulang kalau mau menyabotase dana untuk tujuan finansial tertentu yang sudah terkumpul. “Wah, kalau uang ini dipake, enggak jadi jalan-jalan dong atau wah kalau dana ini dipake, siap-siap enggak pensiun nih!”
Yuk! Pastikan kamu jadi perempuan yang bisa mengatur keuangan dan punya tujuan finansial yang jelas.
QM Admin –
Beli Rumah VS Traveling: Pilih Mana?
Menurut kamu mending beli rumah dulu atau mendingan traveling dulu? Bagi para anak lama, jawaban dari pertanyaan ini akan sangat telak: ‘Ya rumah dulu lah’. Tapi bisa berbeda untuk millenials. Untuk millenials, beli rumah itu bisa jadi sesuatu yang menakutkan. Apalagi standar sekarang, beli rumah itu enggak dapat banyak likes di Instagram. Kalau travelling kan dapat konten menarik untuk masuk medsos. Kamu berpendapat yang sama kah?
Padahal punya rumah sendiri itu adalah bagian penting dalam sebuah financial plan. Mempunyai rumah sendiri adalah simbol kemandirian. Dengan mempunyai rumah sendiri, kita juga bisa mendukung perekonomian negeri. Karena dari setiap rumah yang terjual, banyak lapangan pekerjaan terbuka, banyak bahan bangunan yang digunakan, dan ada kredit rumah yang tersalurkan.
Yang perlu diwaspadai, harga rumah ini makin lama makin mencekik loh. Kenaikannya jauh lebih tinggi daripada harga tiket pesawat ☺ . Gak mau kan nanti pas udah berumur 40-an masih ngontrak?
Boleh kok traveling. Tapi travelingnya pake PLAN ya. Jalan-jalannya yang terencana dan sudah disiapkan dananya. Jangan sampai feed Instagram bisa jadi keren karena jalan-jalan terus tapi saldo rekening tergerus.
Coba, kamu pengen liburan kemana dan kapan? Kita buat tujuan finansial dana liburan. Misalnya tahun depan mau liburan ke Bangkok, butuh dana Rp12.000.000. Kamu punya waktu setahun untuk mengumpulkan dananya. Kalau periodenya hanya setahun, nabung aja cukup sih. Untuk mendapatkan dana liburan sebesar Rp12.000.000, kamu bisa menabung Rp1.000.000 per bulan selama 12 bulan.
Jadi, kalau kamu sekarang belum berminat membeli rumah dan masih ingin jalan-jalan, silakan. Tapi mulai nabung dulu ya. Siapa tahu dalam 1 tahun atau lebih kamu berubah pikiran. Tahun berikut mungkin sudah tertarik untuk beli rumah. Nah uang hasil nabung untuk liburan ini bisa dialihkan jadi DP rumah!
Dan ini kejadian beneran ya. Dalam salah satu studi kasus yang dibahas Ligwina Hananto, dana liburan ini bisa beralih jadi DP apartmen loh!
Sebut saja namanya Ayu. Setelah setahun mengumpulkan dana liburan, Ayu merasa udah kebanyakan jalan-jalan. Setahun kemudian Ayu merasa lebih berani untuk punya rumah pertamanya!
Mulainya hanya dari niat mau liburan, tapi nabung dulu. Buat si Ayu, malah berbuah bisa beli apartemen. Bahkan sekarang Ayu mau beli apartemen lebih besar. Apartemen lamanya dijual dan dijadikan DP untuk apartemen kedua.
Kamu pengen seperti Ayu? Yang penting adalah mulai nabung aja dulu. Mulai dengan tujuan yang kamu suka; nanti kalau berubah pikiran dan sudah berani uang ini bisa dialihkan jadi DP. Jadi, liburan jalan terus, rumah pun tetap terbeli. Seru kan!
Mau tau lebih banyak pembahasan tentang topik-topik finansial? Yuk ikutan, Financial Clinic Online Series. – kelas finansial online yang memungkinkanmu belajar finansial di mana saja. Cek jadwalnya di event.qmfinancial.com dan ikuti terus updatenya di IG @qm_financial.
QM Admin –
Pentingnya Perempuan Belajar Mengelola Keuangan
Setelah seorang perempuan menikah dan mempunyai anak, biasanya akan timbul kegalauan. Apakah dia akan terus bekerja atau menjadi ibu rumah tangga dan mendedikasikan dirinya bagi keluarga. Kedua hal ini mestinya menjadi alternatif pilihan untuk perempuan, bukan paksaan. Namun, apa pun pilihannya setiap perempuan harus punya kemampuan mengelola keuangan.
Alasan Pentingnya Perempuan Belajar Mengelola Keuangan
Perempuan yang dapat mengelola keuangan bisa menjadi perempuan yang mandiri, tidak tergantung pada orang lain. Bahkan mampu memberdayakan orang lain. Tentunya kalau punya penghasilan sendiri, perempuan memang bisa ikut berkontribusi ke keuangan keluarga. Tapi sebagai ibu rumah tangga pun, seorang perempuan harus dibekali dengan kemampuan mengelola keuangan. Seharusnya tidak ada halangan bagi perempuan untuk mengelola keuangan walaupun penghasilannya dari pasangan. Faktanya, dari pelatihan finansial yang dilakukan QM Financial, tidak sedikit perempuan yang tidak memiliki akses keuangan dan tidak bisa menghasilkan uang sendiri.
Mengapa penting bagi perempuan untuk belajar mengelola keuangan?
Salah satunya agar bisa tetap survive kalau terjadi hal yang tidak diinginkan kepada suami sebagai pencari nafkah utama. Sebagai pencari nafkah utama keluarga, suami wajib memiliki proteksi berupa asuransi jiwa. Jika pencari nafkah utama meninggal, sang istri akan menerima sejumlah uang pertanggungan yang bisa digunakan untuk melanjutkan hidup dan merencanakan dana pendidikan untuk anaknya. Kebayang gak kalau perempuan tidak mampu mengelola uang? Tanpa pengetahuan tentang pengelolaan keuangan, sejumlah besar uang yang diterima bisa langsung habis dalam sekejap.
Apa yang Harus Dilakukan Perempuan?
Jika seorang perempuan memilih untuk menjadi ibu rumah tangga, dia bisa mulai mengelola penghasilan pasangan. Hal pertama yang perlu dilakukan adalah menyisihkan minimal 10% untuk ditabung atau diinvestasikan. Akan lebih keren lagi kalau sudah punya tujuan keuangan misalnya Dana Darurat, Dana pendidikan Anak, Dana DP Rumah.
Sisihkan sesuai pos
Jadi, hal pertama yang dilakukan saat terima “jatah” dari pasangan adalah menyisihkannya ya, bukan menunggu sisa. Biasanya kalau kita menunggu pemenuhan kebutuhan dulu baru sisanya ditabung, gak akan ada sisa ☺.
Setelah menyisihkan 10% di depan untuk ditabung, jaga juga cicilan utang maksimal 30% dari penghasilan. Ini termasuk cicilan KPR, cicilan mobil, sampai cicilan Kredit Tanpa Agunan. Kalau masih punya cicilan kartu kredit segera lunasi! Kartu kredit itu banyak gunanya dengan satu syarat bayar lunas setiap bulan. Kalau berani gesek kartu kredit, pastikan uangnya memang ada di rekening, jangan halu! Bukan berarti tidak boleh bersenang-senang. Boleh-boleh aja kok punya anggaran maksimal 20% untuk pengeluaran lifestyle dari jumlah penghasilan yang diberikan pasangan.
Setelah 10% penghasilan ditabung/diinvestasikan, 30% cicilan, 20% untuk pengeluaran gaya hidup, sisanya sekitar kurang lebih 40% digunakan untuk pengeluaran rumah tangga.
Lengkapi dengan proteksi
Jangan lupa perencanaan keuangan tak lengkap tanpa proteksi. Proteksi umumnya berupa asuransi. Ibaratkan kita punya rumah, asuransi ini atapnya. Kalau kita berhadapan dengan musim hujan, asuransi itu payungnya. Proteksi berupa asuransi kesehatan wajib dimiliki semua orang tanpa terkecuali mulai dari bayi sampai orang dewasa. Semua perlu perlindungan kesehatan karena kalau sakit, bisa menimbulkan biaya yang besarnya tidak terduga dan menggerus uang kita. Kalau punya asuransi, kita jadi bisa punya perlindungan. Kalau sampai harus diopname, ada yang bayarin. Kalau kecelakaan, ada yang bayarin. Sedangkan untuk penghasil nafkah utama keluarga harus dilindungi dengan asuransi jiwa.
Yuk, pastikan kamu jadi perempuan yang bisa mengatur keuangan!
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
– QM Admin –
Cara Praktis Mengatur Keuangan Keluarga
Edukasi keuangan, khususnya bagi mereka yang memasuki dunia kerja sangatlah penting. Ada perubahan fase dari mengelola uang saku menjadi mengelola penghasilan sendiri. Dengan mengetahui ilmu perencanaan keuangan sejak dini, mereka dapat pula mengatur penghasilan agar dapat dimanfaatkan untuk pencapaian tujuan keuangan.
Bulan Maret yang lalu, QM Financial berkesempatan memberikan edukasi keuangan bagi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) Badan Informasi Geospasial (BIG) di Cibinong.
Peserta yang berjumlah 70 orang sebagian besar belum menikah. Untuk para CPNS yang belum menikah dan berusia di bawah 30 tahun, Ligwina Hananto – lead trainer QM Financial menyarankan untuk segera menginvestasikan minimal setengah dari harga sepatu untuk kebutuhan masa depan. Tak perlu khawatir hilang atau rugi. Tanpa diinvestasikan pun, uang sejumlah itu akan dengan mudah terkonversi menjadi makanan atau barang lain yang tidak jelas fungsinya.
read more: Investasi untuk Dana Pensiun: Mulai Dengan Setengah Harga Sepatumu
Bagi mereka yang sudah berkeluarga atau berencana menikah dalam waktu dekat, Ligwina memberikan 5 cara praktis untuk mengatur keuangan keluarga.
1. Mengatur Cashflow.
Untuk mengatur cashflow bulanan keluarga, rasio yang disarankan adalah menabung minimal 10% dari penghasilan, cicilan maksimal 30%, dan lifestyle maksimal 20%. Dalam hal ini harus ada pembicaraan dan kesepakatan yang baik antar pasangan dalam hal mengatur keuangan. Apakah semua penghasilan dikelola salah satu pihak atau ada pembagian tugas, misal suami mengatur dana untuk menabung atau berinvestasi sedangkan istri mengatur dana untuk pengeluaran bulanan.
2. Menyiapkan Dana Darurat.
Dana darurat adalah dana yang diparkir dan hanya digunakan dalam keadaan darurat, misal kehilangan pekerjaan. Dana darurat dihitung berdasarkan pengeluaran bulanan. Nilai ini menyatakan berapa bulan keluarga sanggup bertahap hidup jika terjadi keadaan darurat. Besaran dana darurat yang disarankan adalah sebagai berikut:
STATUS |
BESARAN |
Menikah belum memiliki anak |
6x Pengeluaran Bulanan |
Menikah dengan satu orang anak |
9x Pengeluaran Bulanan |
Menikah dengan dua orang anak atau lebih |
12x Pengeluaran Bulanan |
Bagi yang masih lajang juga disarankan mempunyai dana darurat sebesar 4x Pengeluaran Bulanan.
3. Mempersiapkan Dana Pendidikan Anak
Biaya pendidikan semakin lama semakin mahal. Inflasi biaya pendidikan bisa mencapai 10% hingga 16% per tahun. Biasanya untuk jenjang PG-SD kita masih bisa mencapai target dana pendidikan dengan menabung. Namun untuk jenjang selanjutnya menabung saja tidak cukup. Kita perlu mengambil risiko dengan berinvestasi.
4. Mempersiapkan Dana Pensiun
Dana Pensiun ini terlihat sepele karena jangka waktunya masih sangat panjang. Kadang kita berasumsi bahwa pengeluaran saat pensiun akan lebih kecil dari pengeluaran sekarang. Pada saat kita pensiun, seharusnya semua cicilan sudah lunas, sehingga beban pengeluaran lebih ringan. Namun, jangan salah, pengeluaran saat pensiun bisa lebih besar karena faktor kesehatan dan kenaikan harga bahan pokok setiap tahunnya. Kebutuhan dana pensiun ini bisa sangat besar loh. Siapkan sejak dini agar kita bisa pensiun dengan sejahtera.
read more: Dana Pensiun Dari Kantor Bukan Jaminan Pensiun Sejahtera
5. Memiliki Asuransi
Perencanaan keuangan tidak lengkap tanpa proteksi. Di masa produktif, saat kita berjuang mencapai berbagai tujuan finansial, bisa terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti sakit dan kematian. Risiko inilah yang kita alihkan ke perusahaan asuransi. Setiap orang wajib memiliki asuransi kesehatan. Apabila kantor tempat kita bekerja saat ini tidak memberikan fasilitas asuransi kesehatan, cari lah asuransi kesehatan swasta yang sesuai dengan kebutuhan. Jika, asuransi kesehatan swasta dirasa mahal, maka asuransi pemerintah seperti BPJS kesehatan bisa dipertimbangkan. Sedangkan fungsi asuransi jiwa adalah untuk menggantikan penghasilan yang hilang jika tertanggung meninggal, sehingga keluarga yang ditinggalkan bisa tetap melanjutkan hidup. Jadi, asuransi jiwa penting untuk mereka yang menjadi pencari nafkah utama keluarga.
Nah! Itu tadi 5 cara mengatur keuangan keluarga bagi para CPNS Badan Informasi Geospasial.
Ingin kantormu didatangi tim QM Finansial juga? Hubungi QM Training di 0811 1500 688 untuk berdiskusi tentang kebutuhan pelatihan keuangan!
Mia Damayanti / Financial Trainer
Menabung 90% Penghasilan untuk Dana Pensiun, Sanggupkah?
Beberapa tahun terakhir ini QM Financial memfokuskan diri pada pelatihan untuk persiapan pensiun. Kenapa? Karena kita khawatir orang Indonesia tidak siap pensiun. Tujuan finansial dana pensiun merupakan salah satu tujuan terpenting namun kurang dipersiapkan dengan baik. Dari pelatihan keuangan untuk persiapan pensiun yang dilakukan, kami mendapati banyak sekali orang, terutama karyawan yang menggantungkan kesejahteraannya kepada perusahaan. Padahal kesejahteraan itu adalah tanggung jawab kita masing-masing lho!
Setiap orang bertanggung jawab atas pengelolaan keuangan pribadi dan keluarganya. Yang harus disadari, kebutuhan dana pensiun kita besar sekali. Tidak cukup kalau hanya mengandalkan dana pensiun dari kantor atau dana pensiun dari BPJS Ketenagakerjaan yang dulu dikenal sebagai Jamsostek.
Biasanya apa reaksi kita untuk memenuhi target dana pensiun yang besar tersebut? Menabung! Memangnya cukup menabung untuk dana pensiun? Bisa! Tapi kamu harus menabung dalam jumlah raksasa. Inilah yang dilakukan oleh ayah dari CEO QM Financial, Ligwina Hananto. Beliau adalah seorang lulusan teknik pertambangan dan bekerja di sebuah pertambangan di Sorowako, Sulawesi. Ligwina dan adiknya menjalani masa kecil yang indah di Sorowako. Untuk mempersiapkan dana pendidikan dan dana pensiun, beliau menabung 90% dari penghasilannya. Hal ini dimungkinkan karena sebagian besar biaya hidup ditanggung oleh kantor. Selain itu, lokasi yang jauh dari kota menjadikan akses keluar masuk barang terbatas. Punya uang pun tidak bisa belanja, karena tidak ada yang bisa dibeli ☺
Sekarang, coba tanyakan ke diri sendiri. Sanggupkah kamu menabung 90% dari penghasilanmu untuk dana pensiun? Kamu harus hidup hemat. Hemat dengan cara yang ekstrem. Sanggup? Nggak kan? Nah! Kalau kita sadar tidak sanggup menabung dalam jumlah raksasa setiap bulannya kita harus berani mengambil risiko dengan berinvestasi.
Menghitung kebutuhan dana pensiun
Coba kita hitung angkanya ya. Kita asumsikan usia kamu saat ini 30 tahun dengan pengeluaran bulanan Rp2.000.000 per bulan. Kamu berencana pensiun di usia 55 tahun dengan usia harapan hidup hingga 75 tahun.
Dengan asumsi inflasi 5.5%, biaya hidup Rp2.000.000 per bulan di tahun ini akan menjadi Rp11.500.000 saat memasuki usia pensiun nanti. Kebutuhan biaya pensiun selama 20 tahun akan menjadi Rp2,3M. Itu kalau pengeluaran per bulannya Rp2.000.000 ya. Untuk yang pengeluaran bulanannya Rp10.000.000, sila dikalikan 5. Perlu dicatat bahwa angka-angka ini merupakan simulasi yang dibuat berdasarkan asumsi (inflasi, pengeluaran, usia). Jika asumsi berubah, angka kebutuhan pensiun pun berubah.
Menabung vs Investasi
Kita bandingkan kalau kita hanya menabung untuk dana pensiun. Kalau menabung Rp1juta per bulan selama 25 tahun ke depan, kamu pasti akan dapat Rp300.000.000. Tapi tadi kan kita sudah menghitung kebutuhan dana pensiunnya Rp2,3M. Gak cukup dong! Jadi kalau kamu hanya nabung untuk dana pensiun, kamu akan berhadapan dengan satu risiko: risiko gak pensiun ☺
Untuk mencapai dana pensiun 2.3M dalam waktu 25 tahun, kamu perlu menabung Rp7.700.000 per bulan. Sanggup gak? Kalau gak sanggup, ambil resiko dengan investasi.
Untuk mencapai dana pensiun 2,3M kamu bisa berinvestasi sebesar Rp700.000 di produk dengan imbal hasil 15% per tahun.
Jadi pilih mana: menabung Rp7.700.000 per bulan atau investasi Rp700.000 per bulan?
Your money, your choice, your responsibility.
Fransisca Emi / Financial Trainer
Mau Bikin PLAN Sendiri? Bisa!
Bisa gak sih kita belajar bikin PLAN buat diri sendiri? Bisa banget! Bulan Maret yang lalu QM Financial mengadakan pelatihan keuangan pribadi yang diberi nama Financial Clinic Workshop. Pelatihan ini diadakan selama dua hari, pada tanggal 10-11 Maret 2018.
Sebelumnya QM Financial pernah membuat pelatihan perencana keuangan dalam satu hari, yaitu QMPC Xpress.
read more: QMPC Xpress Level 1
Apa yang membuat Financial Clinic Workshop berbeda? Di pelatihan ini peserta belajar studi kasus hasil pengalaman trainer. Sehingga peserta tidak hanya dapat membuat PLAN untuk diri sendiri tetapi dapat juga mengaplikasikan ilmu yang sudah didapat kepada orang lain.
Pelatihan yang dihadiri oleh 30 orang peserta dilaksanakan di hotel 101 Dharmawangsa Square. Meskipun workshop diadakan di Jakarta, peserta tak hanya terbatas dari area Jakarta dan sekitarnya lho. Ada juga yang berasal dari luar kota seperti Yogyakarta dan Pekanbaru. Peserta Financial Clinic Workshop terdiri dari berbagai latar belakang, mulai dari karyawan, ibu rumah tangga, hingga pengusaha. Diskusi berjalan dua arah sehingga peserta tidak hanya belajar dari QM Trainer namun dari pengalaman peserta yang lain.
Dilengkapi dengan games dan ice breaking seru, Financial Clinic Workshop bersama QM Financial selalu terasa menyenangkan.
Modul 1 = Cashflow
Memulai workshop di hari pertama, Ligwina Hananto, CEO dan Founder QM Financial membahas mengenai Blue Print of your Finance Life. Perencana keuangan itu ibarat mendesain rumah yang sehat dan kuat. Ada fondasi dasarnya, ada tiangnya, ada atapnya, dan apabila ingin lebih bagus ada lantai duanya. Dalam merencanakan keuangan, fondasi dasarnya adalah financial check up. Financial Check Up sangat penting untuk dapat melihat kondisi keuangan kita dan mengetahui ke mana saja larinya uang kita.
read more: Financial Check Up
Sebelum berinvestasi, kita harus menentukan tujuan finansial alias #tujuanloapa. Berinvestasi tanpa terlebih dahulu menentukan tujuan ibarat naik kendaraan tapi tidak tahu tujuannya mau kemana, nanti nyasar lho!
read more: Tujuan Lo Apa!
Peserta juga mempelajari rumus-rumus dalam membuat rencana keuangan, sehingga dapat menghitung dan membuat perencana keuangan sendiri. Mereka pun diberi studi kasus untuk dikerjakan secara berkelompok dan hasilnya dipresentasikan untuk dibahas bersama.
Modul 2 = Reksadana dan Asuransi
Modul 2 dalam Financial Clinic Workshop membahas Reksadana dan Asuransi.
Kedua produk ini sering digunakan dalam pembuatan rencana keuangan yang komprehensif. Apabila diibaratkan rumah di dalam Blue Print of your Finance Life, reksadana adalah lantai dasar dan asuransi sebagai atapnya. Kebayang dong pentingnya dua hal tersebut dalam merencanakan keuangan!
Di hari kedua inilah peserta belajar bagaimana memiilih reksadana dan membeli asuransi untuk proteksi sesuai dengan kebutuhan. Pemilihan reksa dana didasarkan pada tujuan keuangan yang ingin dicapai apakah jangka pendek, menengah, atau jangka panjang.
read more: Investasi Asyik Buat Pemula
Sedangkan asuransi, penting untuk memiliki proteksi yang cukup selama kita dalam masa pencapaian berbagai tujuan finansial. Peserta dapat membawa polis asuransi untuk mengecek apakah asuransi yang sudah dibeli sesuai dengan kebutuhan.
read more: Asuransi VS Investasi, Mana Yang Lebih Penting?
Di akhir sesi, peserta diminta membuat ACTION PLAN sebagai hasil follow up atas ilmu finansial yang didapat selama dua hari workshop.
Dengan ilmu yang mudah untuk diaplikasikan dan kesempatan berkonsultasi dengan QM Planner, peserta antusias mengikuti workshop. Mereka sadar walaupun cashflow positif, perencanaan keuangan harus dilakukan secara komprehensif dan dimulai sedini mungkin.
Dan kini, dengan berbekal antusiasme pada Financial Clinic Workshop Modul 1 & 2, telah dibuka Modul 3&4 yang membahas tentang bisnis. Untuk pendaftaran, klik di sini!
Mia Damayanti | Financial Trainer
Pensiun Tanpa Aset Aktif, Mungkinkah?
Bicara soal pensiun, kita bisa belajar dari orang terdekat. Kalau kamu seperti saya yang saat ini memasuki usia kepala tiga #anaklama, kemungkinan besar orang tuamu sudah memasuki usia pensiun. Bagaimana kondisi pensiun mereka? Apakah mereka pensiun dengan sejahtera atau sederhana?
Kedua orang tua saya adalah pensiunan PNS. Mereka termasuk golongan lama yang menganut paham: lebih baik menjadi PNS, gaji secukupnya yang penting mendapatkan tunjangan pensiun setiap bulan. Namun, keempat anaknya tidak berpendapat sama, kami memilih menjadi karyawan swasta.
Kedua orang tua saya mengandalkan penghasilan semasa pensiun dari pensiunan bulanan sebagai PNS. Mereka tidak mempunyai aset aktif yang bisa memberikan penghasilan pasif. Namun demikian, orang tua saya tetap bisa hidup nyaman tanpa kekurangan suatu apapun. Mereka masih bisa makan enak tiga kali sehari, tak kesulitan berkunjung ke rumah saudara di luar kota, juga mampu membelikan makanan, mainan, maupun memberi uang saku untuk cucu-cucunya.
Tak seperti millenials yang hobi liburan, orang tua saya tidak mempunyai kebutuhan dana liburan. Bagi mereka, liburan ke luar kota itu artinya mengunjungi rumah saudara untuk suatu acara, bisa pernikahan, kelahiran, saat hari raya; dan berziarah ke tempat ziarah rohani. Pergi ke tempat wisata sifatnya hanya mampir saja sebagai pelengkap, bukan tujuan utama.
Aset yang mereka miliki kebanyakan adalah aset pasif, berupa rumah, tanah, sawah, dan pekarangan. Meskipun punya rumah yang tak ditinggali, namun karena merupakan rumah tabon (rumah peninggalan orang tua), rumah ini tak boleh dijual; disewakan pun sayang. Sawah sebenarnya bisa menghasilkan beras yang jumlahnya melebihi kebutuhan konsumsi. Namun mereka memilih untuk membaginya ke anak-anak daripada menjualnya. Tanah saat ini masih ditanami pohon jati, belum ada intensi untuk memanfaatkannya menjadi aset yang menghasilkan. Sedangkan pekarangan dimanfaatkan untuk kolam ikan gurami, memelihara ayam & itik, serta menanam buah-buahan dan sayuran. Dengan gaya hidup yang tergolong sederhana, walaupun tanpa aset aktif, mereka bisa pensiun dengan nyaman. Ahh, nikmatnya tinggal di desa.
Orang tua saya bisa pensiun nyaman tanpa aset aktif karena tinggal di desa dengan gaya hidup yang sederhana. Bagaimana dengan saya? Generasi saya tentunya memiliki gaya hidup yang berbeda. Tinggal di daerah suburban dengan luas lahan yang terbatas, semua kebutuhan rumah tangga harus beli, tak bisa mengandalkan sawah dan ladang sendiri. Demikian juga dengan kebutuhan dana liburan. Belum lagi keinginan untuk berkontribusi dalam kegiatan sosial. Dengan gaya hidup yang lebih tinggi, saya sadar tak bisa pensiun dengan nyaman tanpa aset aktif.
Agar bisa menikmati gaya hidup yang sama hingga pensiun nanti, saya harus mulai membangun aset aktif yang nantinya bisa memberikan penghasilan pasif. Ada tiga macam aset aktif yang bisa dipilih: bisnis, surat berharga, dan properti. Aset aktif yang baik adalah kombinasi yang imbang dari ketiganya. Secara pribadi saya merasa belum siap mental membangun bisnis sendiri. Untuk berinvestasi di properti pun butuh modal yang tidak sedikit. Karena itu, saat ini saya memilih untuk mulai membangun aset aktif dengan surat berharga. Ke depan saya punya mimpi membangun bisnis coworking space dengan memanfaatkan properti yang saat ini ‘nganggur’. Semoga segera terwujud ya!
Baca juga: Khawatir Gak Siap Pensiun? Kumpulin Aset Aktif Yuk!
Ini #ceritapensiunku, bagaimana denganmu? Kombinasi aset aktif seperti apa yang kamu rencanakan? Yuk! Mulai rencana membangun aset aktif untuk mewujudkan pensiun sejahtera!
Fransisca Emi | Financial Trainer
Tips Alokasi Bonus Tahunan Agar Tidak Bocor Terus Menerus
Bulan Maret dan April adalah bulan yang paling dinanti para karyawan. Sebabnya di bulan-bulan ini ada pembagian bonus tahunan. Selamat! Dengan menerima bonus, artinya jerih payah kalian selama setahun dihargai. Bonus tahunan kalian biasanya dipakai buat apa aja sih? Atau malah sudah menguap entah ke mana? Hihihi. Topik seru ini juga dibahas di Twitter & Instagram stories Ligwina Hananto @mrshananto. Kamu bisa cek dengan hashtag #FinClic.
Biar bonusmu tahun ini gak menguap lagi, yuk simak tips dari QM Financial untuk mengelola bonus tahunan.
Bonus Tahunan untuk Pengeluaran Tahunan
Penghasilan yang didapat tahunan, sebaiknya digunakan untuk pengeluaran tahunan juga dong. Yang termasuk dalam pengeluaran tahunan antara lain bayar STNK, PBB, dan zakat. Timeline bonus ini memang tidak selalu sama dengan timeline pengeluaran tahunan. Itulah mengapa penghasilan tahunan seringkali bocor ☺
Jadi solusinya gimana dong? Buat rekening khusus pengeluaran tahunan. Pertama hitung dulu besaran pengeluaran tahunan yang kamu butuhkan. Begitu terima bonus, sisihkan sejumlah dana yang dibutuhkan ke rekening khusus pengeluaran tahunan.
Bonus Tahunan untuk Membayar Utang
Alokasi kedua adalah untuk membayar utang, bisa bayar lunas atau sekedar untuk mempercepat pelunasan utang. Jika kamu masih punya cicilan KPR, kamu bisa menggunakan bonus untuk mengurangi pokok hutang sehingga cicilan yang dibayarkan per bulan lebih ringan.
Sebagai catatan, kalau kamu masih punya utang kartu kredit, pelunasan utang harus menjadi prioritas utama. Gak ada gunanya berinvestasi kalau masih ada utang kartu kredit, karena bunga utang kartu kredit jauh lebih besar dibandingkan return investasi.
Bonus Tahunan untuk Investasi
Kalau masih ada sisa dana setelah alokasi pengeluaran tahunan dan membayar utang, kamu bisa memanfaatkan bonus untuk investasi. Dana untuk investasi bisa berasal dari 3 sumber: 1) dana kas yang kita punya, 2) komitmen dari gaji bulanan, dan 3) komitmen dari penghasilan tahunan.
Jadi mau investasi ke mana? Tergantung, #tujuanloapa nih? Kalau tujuan finansialnya Dana Pendidikan, bonus tahunan ini bisa menutup kekurangan dana investasi tahunan untuk beberapa jenjang pendidikan. Ini contoh perhitungan skema investasi bulanan, tahunan, dan saat ini (1x investasi) untuk Dana Pendidikan.
Jika bonusnya sebesar Rp15.000.000, bisa langsung menutup investasi tahunan PG-S1. Namun, jika jumlah bonusnya 1/3nya saja (Rp5.000.000), ini sudah bisa menutup investasi tahunan untuk jenjang PG-SMA. Kamu tinggal berjuang untuk dana S1-nya dengan skema investasi bulanan.
Bonus Tahunan untuk Keperluan Lain
Nah! Setelah bonus dialokasikan ke empat jenis pengeluaran di atas dan masih ada sisa, baru deh digunakan untuk keperluan lain yang prioritasnya lebih rendah. Mau alokasi untuk Dana Liburan, silakan. Mau ganti gadget baru, boleh. Yang penting urutan prioritasnya jangan dibalik.
Jadi, sudah kebayang kan bonus tahun ini alokasinya ke mana aja? Kabari kami di Twitter/Instagram @QM_Financial tentang kebiasaan baikmu mengelola bonus tahunan dengan tagar #BiasaJadiBaik ya.
Finance should be practical ☺
QM Financial