Financial PLAN Could prevent POLIGAMI
Hahahaha judulnya provokatif abis ya
Well, it’s just my opinion, it’s not tested or proved yet
Kalau mau percaya boleh
Ga percaya juga ga apa-apa
Kenapa gw punya opini gila ini?
Berdasarkan pengalaman pribadi dari orang-orang yang gw temuin sebenernya.
Pengalaman 1
Sekitar 4 tahun yang lalu, gw meeting sama salah seorang HRD di perusahaan besar. Dia cerita kalau para pegawai pabriknya, selama ini selalu dapet gaji dan uang lembur. Uang lemburnya bahkan bisa lebih gede dari gajinya. Jadi mereka selalu merasa hidup berkecukupan. Karena berasa punya uang lebih, maka para pegawai ini banyak yang menyalahgunakan kelebihan uangnya. Ada yang cicil motor, cicil TV, cicil barang-barang elektronik, plus yang paling parah adalah nambah istri! Ck ck ck … apakah semua laki-laki klo dikasi rejeki lebih jadi mikir yang aneh-aneh ya? Masa iya, mereka nambah istri dari kelebihan uang lemburan? Tahun 2008 waktu krisis ekonomi terjadi, mereka STOP dapat uang lemburan karena jumlah produksi berkurang drastis. Apa yang terjadi? HRD-nya pusing tujuh keliling, karena tiba-tiba didatangi oleh banyak istri muda dari para pegawai pabrik ini. Mereka (istri kedua, ketiga dan keempat ini) nanya dan minta pertanggungjawaban karena ga dikasi uang bulanan lagi semenjak uang lembur hilang. Nah berarti benar, para istri tambahan ini ternyata memang dihidupi dari tambahan uang lembur. Sebenernya uang lemburan ini udah salah banget dipakai buat cicil barang, karena nanti kalau ga bisa bayar akan dikejar-kejar sama debt collector. Eh yang lebih parah, nambah istri. Ya, yang ngejar istri plus anak-anaknya dong. Lebih galak dari debt collector mana pun. OMG!
Pengalaman 2
Pengalaman ini gue denger dari team QM Financial yang pergi ke daerah Pangalengan. Mereka datang ke sana untuk melakukan financial check up untuk berbagai level karyawan sebuah perusahaan. Yang menarik adalah level satpam. Karena ternyata gaji mereka di daerah sekecil Pangalengan tergolong gede. Setaralah sama gaji management trainee di bank swasta Jakarta. Gede dong! Tapi ya itu dia, lagi-lagi masalah muncul karena merasa punya uang banyak. Mereka dipandang sangat tinggi oleh orang-orang di sekitar sana. Ibaratnya jadi kumbang desa deh: semua perempuan di sana mimpi buat dijadiin istri sama bapak-bapak satpam bergaji gede ini. Kejadian deh, para satpam ini rata-rata punya istri lebih dari 1. Jadi sebenarnya yang salah sapa ya? Laki-laki atau perempuan? Laki-laki seringkali jadi lupa daratan kalo punya uang, sibuk cari istri tambahan. Tapi masalahnya perempuan juga suka ga mikir panjang, selama laki-lakinya punya uang banyak, keliatan kaya, dimadu ga jadi masalah. Hemhhhh …. Pada saat melakukan financial check up, ya otomatis dengan kondisi gaji yang seharusnya terbilang gede, tetep aja kurang karena bapak satpam harus menghidupi 3 keluarga. Istri-istrinya ga ada yang bekerja. Anak terus membesar, seiring anak tumbuh, maka biaya pun akan terus membengkak. Padahal kalo aja si bapak hanya punya istri 1, pasti keluarga inti si bapak akan bisa hidup nyaman, tercukupi, tenang dan aman.
Pengalaman 3
Ini pengalaman temen gw. Ada salah satu bos di perusahaannya bertampang keren, posisi oke, gaji pasti oke banget juga. Usia belum tua-tua banget, yah umur menginjak 40 tahunanlah. Ternyata si bos punya selingkuhan di kantor. Perempuan umur 30-an, yang belum nikah dengan gaji dan karir yang udah ok, tipikal cewek high maintanance dan akhirnya kayanya agak susah untuk cari calon suami yang ga kaya. Jadilah perempuan ini jadi selingkungan jangka panjang si bapak bos. Dari awal selingkuh doang, semua berlanjut dan.. confirmed, dia akhirnya jadi istri kedua bapak bos. Dikasih mobil keren, dikasi apartemen dan uang bulanan. Yang kurang cuma waktu bareng sama suaminya plus status. Tapi sepertinya itu pun ga jadi masalah.
Dari pengalaman-pengalaman dan cerita yang gw dapet itulah gw berkesimpulan kalo uang itu selalu jadi godaan terbesar buat semua orang. Laki-laki kalau udah pegang uang lebih dikit, dana kenakalannya jadi lebih besar, dari awalnya hanya dipakai buat hobi, lama-lama coba hobi nakal yang lain. Kalau aja, pasangan suami istri punya rencana keuangan yang jelas dan udah kebayang dan ngitung mimpi indah mereka berdua, kayaknya poligami bisa dicegah. Kayaknya ya … walaupun inti dari semua sebenarnya iman, akhlak dan niat hehe.
Tapi at least dari kacamata gw sebagai seorang financial planner, start dari uang aja dulu karena seringkali uang jadi masalah. Uang sedikit jadi masalah: rumah tangga jadi berantem, bisa juga jadi cerai. Uang banyak: jadi masalah juga, karena merasa kaya, pakai mobil mentereng, dilirik ama cewek cantik yg lebih muda, langsung deh bablas. Kalau punya PLAN, orang ga akan merasa kaya deh! Ini karena angka-angka masa depan yang masih nun jauh di sana akan langsung keliatan. Pasti efeknya kebalikannya: merasa miskin. Hihihi. Mulai dari menentukan tujuan hidup berkeluarga, hitung semua kebutuhan pendidikan anak, biaya nikah anak, biaya pensiun, dan biaya-biaya lain, akhirnya uang langsung diplot di tempatnya masing-masing. Ga akan ada tuh, perasaan bingung ngabisin uang buat apa, trus akhirnya jadi iseng ga jelas. Jadi para ibu-ibu, yuk ajak suami-suami ya bikin PLAN supaya pada pingsan liat angkanya dan mikir bahwa istri 1 plus anak aja udah berat. Haha. Dengan begitu, mudah-mudahan jadi ga kepikirian untuk nambah keluarga baru. Hahaha.
Fitri Noeriman | Planner/Head of Sales | @v3noeriman
Mal vs Piknik
Ma, ke mal yuk!
Zaira, ke Kebun Raya Bogor yuk, kita piknik!
Dulu di Bandung, gw ga suka yang namanya mal. Rasanya mahal, ribet harus dandan kalau mau pergi ke mal, AC, dingin, ga seru! Tapi sejak pindah ke Jakarta, akhirnya give up. Apalagi punya newborn baby, rasanya nyaman banget klo pergi ke mal. Adem, ga sepanas udara di luar, toilet bersih, ada ruangan untuk ibu dan anak, bisa menyusui dengan tenang. Mal is giving me a new meaning. Dari yang awalnya ga suka, jadi ketagihan. Waktu Zaira baru lahir banget, ya bawaannya pergi ke mal. Anak happy, ibunya juga happy. Yang ga happy hanya bapaknya doang hehe.
Sejalan waktu, lama-lama Zaira makin gede. Dari sejak dia di dalem perut gw, lahir, gede, mainnya ke mal melulu. Akhirnya Zaira jatuh cinta ama mal. Gw yang mulai stres. Ko jadi gini ya? Kenapa anak gw jadi anak mal? Ga mau main kotor-kotoran, gerah-gerahan. Pengennya nge-mal, ngadem, makan di resto. Kalau dibandingin ama jaman gw kecil, ya jauhhh banget. Tapi ga bisa semua dibandingin ama jaman dulu, jaman udah berubah. Gw ga mau langsung mendadak cabut semena-mena, kasi larangan no more mal, toh gw juga yang salah. Gw yang bikin Zaira jadi begini. If it’s my mistake, then I must fix it.
Gimana caranya?
Ngajakin piknik… emang sih awalnya Zaira ga excited. Denger kata piknik aja udah aneh, orang ga pernah diajakin sebelumnya. Gw mulai ngajak Zaira piknik sekitar dia umur 2,5 tahun. Rasanya umur itu udah pas, udah ga terlalu ringkih, udah bisa lari-lari. Inget tempat pertama piknik kita: Kebun Raya Bogor. Bawa bekel, bawa bola, bawa tikar. Awalnya, Zaira ga mau tuh disuruh buka sepatu trus lari-lari telanjang kaki di atas rumput. Dia bilang: kotor Ma …. duhhhh anak kota banget deh. Akhirnya gw-lah ama suami yg kasi contoh duluan. Plus para mba yang semangat juga ngasih contoh. Pelan-pelan akhirnya Zaira mau juga. Pas udah capek, kita baring-baring, liat awan sama pohon, angin semilir, duhhh nikmat banget. Jauh deh ama dingin nya mal.
Sampai dengan sekarang, kita masih piknik. Sebulan yang lalu, kita piknik ke Ragunan. Seru juga! Selama ini hanya piknik sekeluarga inti doang. Pengen nya nanti ngajak semua tim di kantor ama keluarga plus anak-anak nya buat piknik rame-rame. Karena sebenernya di balik piknik, ada hal yang bisa kita pelajari: lebih mencintai alam, tempat bermain yg lebih sehat, udara tanpa polusi, makan makanan bekel yang lebih sehat, plus lebih murah, makin membuat erat hubungan keluarga.
Mumpung lagi musim liburan, piknik yuk!
Fitri Noeriman | Planner/Head of Sales | @v3noeriman