Tahukah Anda bahwa semua bisnis dimulai dengan berdagang? Tetapi tidak semua upaya dagang itu serta merta menjadi sebuah bisnis!
Perbedaannya ternyata ada di laporan keuangan!
“Tanpa laporan keuangan, sebetulnya kita bukan sedang berbisnis, kita sedang berdagang.”
Ligwina Hananto – QM Planner, CEO QM Financial
“Punya Bisnis itu harus merasakan profit. Kalau tidak bagi hasil ya jadi karyawan aja!”
Wuri – Akuntan, Konsultan Keuangan
Begitu obrolan dua pembicara pada acara Talkshow Entrepreneurship 14 Februari 2015 lalu. QM Financial bekerja sama dengan Rumah Inkubator Bisnis Mandiri mengadakan acara ngobrol santai dengan para penggiat Usaha Kecil Menengah di Jl. Jakarta. Acara ini bertajuk “Strategies Start From Finance”.
Acara tersebut dibuka oleh Fajar Anugerah dengan kegiatan speed networking. Peserta diajak saling berkenalan dengan cara yang seru. Peserta tidak hanya perlu kenal nama teman sekeliling tetapi juga tentang bisnis yang sedang digeluti teman tersebut.
Pembicara pertama adalah Ligwina Hananto, CEO QM Financial. Ligwina – yang memulai bisnis perencana keuangan sejak September 2003 – sering terkejut saat bertemu dengan klien pemilik bisnis. Banyak pemilik bisnis kecil tidak memiliki laporan keuangan. Bahkan keuangan bisnis tercampur aduk dengan keuangan pribadi mereka.
Pada sesi pertama ini, peserta diajak mendefinisikan problem keuangan bisnis dan keuangan pribadi. Kemudian peserta juga belajar tentang perbedaan pencatatan pengeluaran pribadi vs bisnis. Para pemilik bisnis perlu memperhatikan tentang ongkos tidak tetap vs ongkos tetap.
Sesi selanjutnya adalah sesi yang dipandu Wuri – akuntan dan konsultan keuangan bisnis. Wuri menunjukkan contoh sebuah bisnis kecil yang keuangannya tercampur aduk. Dalam contoh kasus ini, si pemilik bisnis masih mencampur pencatatan keuangan dengan bentuk cash basis. Di sini terlihat sisa dana Rp1.000.000. Kemudian Wuri menunjukkan perbedaan jika laporan keuangna tersebut – masih cash basis – dibuat terpisah antara bisnis dengan pribadi. Terlihat ternyata ada sisa dana Rp4.000.000 untuk bisnis yang kemudian digunakan untuk keluarga. Sehingga lebih jelas pembagiannya.
Tetapi jangan lupa bahwa laporan keuangan yang sesungguhnya tidak menggunakan cash basis melainkan menggunakan metoda akuntansi. Dengan data yang sama ternyata setelah dilakukan pencatatan yang benar, bisnis tersebut mengalami kerugian Rp2.650.000.
Poin-poin penting dari hasil diskusi pembicara dengan peserta adalah sebagai berikut:
- Discipline: catat semua dengan benar
- Commit: pisahkan keuangan usaha dengan pribadi
- On Time: buat laporan keuangan tepat waktu
Acara ditutup dengan diskusi tentang contoh strategi yang bisa dibuat dari konsultasi keuangan bisnis. Misalnya:
- Dari kebutuhan dana pendidikan -> bisa gajian rutin utk investasi -> strategi : mengendalikan pengeluaran , tentukan besaran ongkos
- Laba selama ini tidak ditarget -> tidak ada ketentuan bagi hasil -> Menentukan bagi hasil
- Laba 2014 sudah ada data, bagaimana dengan laba 2015 -> set target laba, set target ongkos -> Menetapkan target omzet
Untuk ngobrol lebih jauh dan berkonsultasi dengan Ligwina atau Wuri, Anda bisa mengirimkan email ke : [email protected] .
Masih ada #FinClicSeries UKM “Bagaimana Menjadi Besar?” dan workshop yang berguna untuk para pegiat bisnis kecil. Jangan ketinggalan untuk mendaftar ya.
Sampai jumpa di acara selanjutnya.
Stronger Small Businesses, Stronger Indonesia!
Artikel terkait:
1 Comment
Leave a Reply Cancel reply
This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.
[…] buat nyalon. Untuk urusan ini, saya terbantu banget dengan artikelnya Ligwina Hananto soal laporan keuangan. Dan dari sini, saya jadi tahu seperti apa cara menghitung omzet dan […]