Setujukah kamu bahwa keterampilan mengelola keuangan harus dimiliki semua orang yang ingin sukses secara finansial? Sayangnya, sistem pendidikan kita belum memasukkan perencanaan keuangan di kurikulum sekolah, sehingga menjadi tanggung jawab kita sebagai orangtua untuk memastikan anak kita menguasainya.
Kapankah pendidikan ini sebaiknya dimulai? Kita bisa memulai sedini mungkin, yaitu ketika anak mulai berinteraksi dengan uang atau mulai menyadari bahwa uang dapat ditukarkan dengan barang yang ia inginkan seperti mainan, pakaian, makanan dan sebagainya. Bagi saya, momen ini datang ketika anak saya berusia 5 tahun. Ia berkata bahwa mesin ATM adalah mesin ajaib yang dapat mengeluarkan uang kapan saja kita membutuhkan. Saya menyadari bahwa inilah saat untuk mulai memberikan pengertian kepadanya.
Nah, ini adalah 10 pelajaran penting tentang uang untuk disampaikan ke anak.
1. ATM Bukanlah Mesin Ajaib
Hal pertama yang saya lakukan adalah menjelaskan bahwa uang adalah sumber daya terbatas yang saya peroleh dengan bekerja. ATM adalah mesin yang disediakan oleh bank agar saya dapat mengambil uang saya dengan mudah, namun bukan berarti jumlahnya tidak terbatas. Agar sederhana, saya menganalogikan ATM dengan celengan yang ia miliki di rumah. Jika uang dalam celengan habis, maka tidak ada lagi uang yang dapat diambil.
2. Uang Tidak Jatuh Dari Langit
Kebanyakan anak yang saya temui menganggap bahwa uang dapat dengan mudah diperoleh hanya dengan meminta, tanpa perlu berusaha. Menjelaskan bahwa uang diperoleh sebagai hasil dari usaha, pengorbanan tenaga dan pikiran membutuhkan contoh konkrit agar dapat dipahami anak dengan mudah. Misalnya, jika anak sudah dipercaya untuk mengerjakan tugas tertentu dalam rumah tangga, kamu bisa memberinya bonus tambahan jika mengerjakan tugas lain di luar tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Contoh lain yang saya gunakan, saya hanya memberikan uang saku kepada anak saya jika dia berhasil siap untuk sekolah sebelum pukul 6.45. Dengan demikian, dia akan berusaha bangun tepat waktu, mandi dan sarapan dengan cepat, dan memastikan semua perlengkapan sekolahnya telah siap.
3. Mahal vs Murah
Cara paling mudah mengajari anak soal uang adalah dengan membiarkan mereka mengelolanya sendiri. Beri mereka uang saku dan kenalkan mereka pada konsep mahal vs murah. Konsep ini adalah cara paling efektif untuk melatih anak untuk membuat anggaran. Jika mereka langsung menghabiskan jatah uang mingguannya untuk nonton dan tidak dapat membeli makanan kecil, itu artinya mereka sedang belajar bahwa nonton itu mahal sehingga menghabiskan uang sakunya. Mereka akan memahami bahwa membelanjakan uang membutuhkan perencanaan.
4. Sabar itu Menghasilkan
Mengajari anak tentang kesabaran tidak hanya untuk kehidupan sehari-hari, namun juga berlaku dalam hal keuangan. Jika uang untuk membeli sesuatu yang diinginkannya belum terkumpul, ajarilah anak untuk bersabar agar nantinya anak terbiasa menunda kesenangan dan tidak selalu menuntut agar keinginannya dipenuhi saat itu juga. Ketika dewasa, kemampuan bersabar ini akan menjadi poin yang membedakan anak ketika mengambil keputusan untuk berutang vs menabung atau berinvestasi terlebih dahulu. Kebiasaan anak untuk bersabar dapat menyelamatkan mereka dari lilitan utang kartu kredit ketika dewasa kelak.
5. Anggaran Adalah Kunci
Saya menggunakan daftar belanja ketika ke supermarket untuk memastikan bahwa saya tidak belanja berlebihan dan sesuai kebutuhan. Ketika kamu membuat daftar belanja, libatkan anak dalam prosesnya agar dia bisa melihat bahwa orang dewasa pun melakukannya. Proses membandingkan harga, membeli barang ketika diskon maupun memilih-milih toko merupakan sarana belajar bagi anak.
6. Menabung Itu Keren
Jika dulu menabung identik dengan recehan di celengan, tunjukkan pada anak bahwa saat ini menabung artinya pergi ke bank, punya buku tabungan atas nama sendiri, bahkan bisa memiliki kartu ATM sendiri. Momen hari raya atau ulang tahun ketika anak menerima hadiah berupa uang dapat dimanfaatkan untuk mengajak anak ke bank dan membuka rekeningnya sendiri.
7. Punya Tujuan Finansial
Banyak orang dewasa yang saya temui masih kesulitan menentukan skala prioritas keuangannya. Salah satu cara mudah untuk membantu menentukan skala prioritas adalah dengan memiliki tujuan finansial. Duduklah bersama anak, bantu dia membuat daftar tujuan finansial dan menyusunnya berdasarkan skala prioritas. Di tahap yang lebih tinggi, kamu bahkan bisa mengajarkan pentingnya menyiapkan dana untuk kebutuhan masa depannya seperti kuliah atau membeli kendaraannya sendiri.
8. Menabung vs Berinvestasi
Di usia remaja, anak sudah mulai bisa diperkenalkan pada produk keuangan seperti deposito atau reksadana. Jelaskan konsep serta kelebihan dan kekurangan tiap produk jika dibandingkan dengan rekening tabungan yang biasa digunakannya selama ini. Mulailah dengan instrumen konvensional dan berisiko rendah dan ajak mengamati perkembangan jumlah uang yang ia miliki.
9. Berbagi
Tak kalah penting, ajari anak untuk berbagi untuk menumbuhkan empatinya. Tunjukkan bahwa uang juga dapat digunakan untuk membantu orang lain, bukan hanya untuk dirinya sendiri. Libatkan anak dalam kegiatan sosial dam biarkan dia turut berkontribusi dengan uangnya sendiri. Tekankan pula bahwa jumlah bukan masalah dan bahwa kontribusi sekecil apapun akan berarti bagi hidup orang lain.
10. Uang Bukan Segalanya
Ketika kita fokus mengajari anak mengenai uang, adakalanya kita lupa menyelipkan pesan penting, bahwa uang bukanlah segalanya. Bisa membeli barang-barang mahal, makan malam di restoran terkenal atau berlibur ke luar negeri, tidak berarti bahwa orang lain yang tidak mampu melakukannya kurang keren. Uang hanyalah sarana untuk membantu kita mencapai tujuan finansial dan tidak sepenuhnya menentukan jati diri kita.
Yasmeen Danu, CFP® / QM Planner
Jika kamu ingin anak tumbuh dewasa dengan pengetahuan finansial yang baik, ajari mereka mengenai perencanaan keuangan sejak dini. Hubungi QM Financial melalui WA ke 08111500688 jika kamu ingin informasi lebih lanjut.