Kenaikan harga minyak dunia yang naik terus dari hari ke hari membuat pemerintah tidak punya pilihan lain selain menaikkan harga BBM yang rencananya akan diberlakukan Juni ini.
Kenaikan harga BBM ini hampir dapat dipastiin akan diikuti oleh kenaikan harga-harga barang lainnya, yang ujung-ujungnya akan menurunkan daya beli kita.
Kalo udah menyangkut penurunan daya beli, pasti semua orang akan merasa tidak senang, tapi apa sih yang bisa dilakukan sama kita kalo pemerintah dan DPR udah sepakat?
Mau nggak mau, senang nggak senang, harus kita telan bulat-bulat. Sekarang tergantung pada kita gimana menyiasatinya, karena kenaikan BBM ini pasti akan berdampak pada kita semua, tanpa kecuali. Pertanyaanya adalah: seberapa jauh?
Dalam jangka pendek, setiap orang akan menyesuaikan pengeluarannya dengan harga-harga baru. Buat orang yang pengeluarannya masih di bawah pendapatannya, hal ini bukan masalah besar. Masalah akan timbul kalau pengeluaran kita selama ini sama atau bahkan lebih kecil dari pada pendapatan. Buat orang yang masuk golongan ini, hal yang paling mungkin dilakukan adalah menurunkan pengeluaran.
Jangan pesimis dulu, banyak hal yang bisa dilakukan untuk berhemat tanpa harus menurunkan gaya hidup. Berapa banyak diantara kita yang mencabut saklar listrik peralatan-peralatan elektronik (TV, Microwave, DVD player, charger HP, dsb) apabila sudah tidak dipakai? Satu penelitian menghitung bahwa hal kecil ini dapat menghemat 5-15% rekening listrik kita. Ini hanya salah satu contoh yang dapat kita lakukan, masih banyak hal lain yang sebetulnya dapat kita lakukan.
Biasanya penyesuaian ini berlangsung kurang lebih selama 1 tahun, karena umumnya setelah itu akan terjadi kenaikan gaji/pendapatan. Tapi bukan berarti setelah itu kita dapat menaikan pengeluaran secara tidak bijak. Kelebihan pendapatan setelah kenaikan gaji ini sebaiknya justru digunakan untuk mulai menyiapkan pencapaian tujuan keuangan.
Karena hal yang paling berbahaya dari kenaikan harga-harga ini (inflasi) adalah justru dalam jangka panjang, terutama bagi yang tidak merencanakan keuangan dengan baik. Bila inflasi setahun mencapai 10% sedangkan tabungan kita hanya memberikan return 3% setahun, maka akan terjadi defisit sebesar 7% pertahun. Akumulasi defisit 7% pertahun ini, apabila terjadi selama bertahun-tahun jelas akan memberikan dampak yang sangat tidak baik bagi keuangan semua orang.
Hal berkebalikan apabila kita telah membuat perencanaan keuangan dengan baik. Buat mereka yang telah merencanakan keuangan, dampak inflasi ini bukan masalah besar dalam jangka panjang. Karena resiko inflasi ini sudah diperhitungkan sejak awal dalam perhitungan pencapaian tujuan keuangan mereka.
Jadi, BBM naik!? So what….?
Benny Raharjo
QM Planning Manager