Waktu pertama kali kerja di Jakarta, saya tinggal di indekos yang jaraknya dekat dengan kantor. Untuk bisa sampai ke tempat kerja, saya cukup berjalan kaki 10 menit saja dari indekos. Saat itu saya masih lajang dan pilihan anak rantau biasanya memang indekos.
Indekos berjarak dekat memang target awal sejak pindah ke ibukota. Alasannya sangat klise: hemat waktu, hemat dana transportasi dan yang paling penting adalah bebas macet. Di kantor, hampir tiap pagi saya mendengar keluhan teman-teman yang tidak bisa menghindar dari kemacetan Jakarta. Sementara saya hanya bisa membayangkan bagaimana rasanya berada di kondisi mereka, apalagi kalau harus dijalani setiap hari. Seiring dengan berjalannya waktu saya pun menikah dan tidak indekos lagi. Sudah punya rumah? Tidak juga. Setelah menikah saya dan suami menyewa satu unit di sebuah apartemen.
Kalau ditanya kenapa apartemen, alasannya hampir mirip ketika masih indekos dulu. Apartemen di tengah kota banyak dan kami memilih apartemen yang letaknya tidak terlalu jauh dari pusat kota ataupun kantor. Selain itu, tinggal di apartemen menurut kami jauh lebih praktis. Tentu saja alasan ini sangat subyektif dan tidak berlaku untuk semua orang. Bagi pasangan yang sudah memiliki anak, kemungkinan besar tinggal di rumah adalah pilihan mereka.
By the way, setelah cukup lama menyewa kami mulai mempertimbangkan untuk memiliki satu unit apartemen. Sayangnya apartemen yang kami sewa tidak dijual, sehingga harus mencari yang lain. Tapi yang mana? Ternyata gampang-gampang susah, sama susahnya seperti mendapatkan pasangan hidup yang cocok :D
Dalam masa “pencarian”, tiap hari yang saya lakukan adalah browsing internet. Informasi di internet sangat banyak dan diperbaharui setiap hari. Jadi seperti untung-untungan, siapa cepat dia dapat. Untuk lokasi, sudah kami tentukan yaitu di Jakarta Selatan. Kami suka wilayah ini karena masih hijau dibanding wilayah lain dan cukup banyak pilihan apartemen di wilayah ini. Ada yang lama, ada yang baru, dan ada juga yang masih dalam pembangunan. Jadi selain lokasi, kondisi baru atau lama, ukuran bangunan apartemen, ukuran unit dan jumlah kamar dalam unit tersebut. Dan yang paling penting dari semua adalah bujet, jangan sampai keinginan kami melenceng dari bujet yang ada.
Untuk mendapatkan unit yang cocok, kami melakukan beberapa inspection. Hampir semua apartemen baru yang kami kunjungi bangunannya tinggi, ukuran unit kecil, berkoridor sempit dan tertutup. Kalaupun ada unit yang cukup luas, harganya jauh dari isi kantong kami. Kelebihannya, semua fasilitas yang dimiliki masih sangat bagus karena baru. Namun, apartemen lama memiliki bangunan yang tidak tinggi dan unit yang cukup luas. Ini salah satu faktor yang kami pertimbangkan. Kekurangannya tentu saja selain bangunannya sendiri sudah tua, kondisi unitnya kebanyakan perlu direnovasi. Ini berarti bujet renovasi perlu disiapkan juga. Ternyata setelah membanding-bandingkan, pilihan kami jatuh pada yang lama. Simply because it meets our needs and budget :)
Ternyata pencarian kami memerlukan waktu sekitar 6 bulan lamanya. Unit apartemen yang kami beli memang perlu direnovasi total. Untungnya kami bertemu dengan kontraktor yang cukup lihai dan bisa diajak kompromi soal bujet. Setelah 3 bulan renovasi, kami sudah bisa menempati unit apartemen yang sesuai dengan harapan kami. So, bagi yang masih mencari tempat tinggal, silakan cari informasi sebanyak-banyaknya. Bisa melalui teman, keluarga atau internet. Soal baru atau lama (second), itu pilihan yang tentu saja harus disesuaikan dengan kebutuhan. Kalau pilihan saya dan suami sudah jelas, kami suka yang lama :)
Yani | Sales Department |@mwyantje
Artikel terkait:
1 Comment
Leave a Reply Cancel reply
This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.
[…] *artikel terkait bisa dibaca di sini […]