Mau tidak mau, topik saya kali ini masih berhubungan erat dengan krisis keuangan global. Sementara Amerika Serikat akan segera melantik presiden barunya, kita semua masih belum tahu apakah akan segera ada perbaikan dengan investasi kita.
Reaksi cemas pun terus bermunculan. “Win, katanya kalau sedang krisis itu cash is king. Gimana, dong? Apa perlu mencairkan semua investasi kita dan dijadikan tabungan saja?”
Cash is king. Apa betul begitu?
Pada tulisan sebelumnya (Ayo, Ingat Kembali Alasan Kita Perlu Berinvestasi), saya sudah membahas betapa kita perlu mengerti konsekuensi dari berinvestasi versus menabung. Saat Anda berinvestasi, maka Anda sudah harus mengerti bahwa investasi ini mengandung risiko uang Anda berkurang. Namun, jangan juga Anda lupa bahwa saat Anda menabung, ini hanya akan efektif untuk jangka waktu pendek.
Untuk jangka waktu panjang, menabung artinya Anda berhadapan langsung dengan inflasi. Asumsi inflasi biaya hidup adalah 10% per tahun. Sementara itu, inflasi biaya pendidikan swasta di kota besar adalah 20% per tahun. Jika Anda ingin menang melawan inflasi yang menggila ini, menabung harus dilakukan dalam jumlah yang sangat besar.
Jadi, cash is king untuk jangka pendek boleh-boleh saja. Tetapi cash is king untuk jangka panjang? Tunggu dulu.
Tujuan jangka panjang saya sangat besar. Dana pendidikan S-1 anak-anak 12 tahun dan 15 tahun yang akan datang sebesar Rp 5.5 miliar per anak. Ini bisa dicapai dengan menabung Rp 26 juta per bulan. Dana pensiun saya dan suami sebesar Rp 53 miliar pada 23 tahun yang akan datang. Ini bisa dicapai dengan enabung Rp 192 juta per bulan. Permisi, ya, saya tidak punya uang sebesar itu untuk menabung setiap bulan.
Jadi, untuk saya, cash is king? Tidak, terimakasih.
Sudahkah Kita Punya Dana Darurat?
Sebetulnya, jika Anda membuat rencana keuangan komprehensif, apa yang disebut “cash” itu sudah diperhitungkan. Tentu Anda masih ingat dengan konsep dana darurat.
Dana darurat ini adalah dana yang siap jika terjadi kondisi darurat, jika Anda tidak memiliki penghasilan, atau jika investasi yang kita jalankan tidak berhasil mencapai target 100%.
Jumlah dana darurat ini tentu saja tidak sedikit. Praktik normal perhitungan dana darurat adalah sebagai berikut:
- Single = 4 x pengeluaran bulanan.
- Couple = 6 x pengeluaran bulanan.
- Keluarga dengan 1 anak = 9 x pengeluaran bulanan.
- Keluarga dengan 2 anak = 12 x pengeluaran bulanan.
Pun begitu dengan pensiunan atau self employed seperti dokter, pengacara, atau pekerja sipil.
Jangan kaget jika Anda ternyata membutuhkan dana darurat hingga ratusan juta rupiah. Dana darurat memang merupakan prioritas nomor satu dalam implementasi rencana keuangan mana pun. Namun, pada praktiknya, pencapaian dana darurat ini akhirnya sering dilakukan secara bertahap.
Komposisi Dana Darurat
Misalnya Anda memiliki pengeluaran bulanan Rp 10 juta. Jika Anda termasuk dalam kategori keempat, Anda akan membutuhkan dana darurat Rp 120 juta. Nah, pengalaman tim saya, tidak ada klien yang bersedia menyimpan seluruh Rp 120 juta dana daruratnya dalam bentuk kas atau tabungan. Maka, Anda juga perlu membuat komposisi yang cantik untuk dana darurat ini (lihat tabel)
Jenis Produk | Komposisi | Jumlah |
---|---|---|
Tabungan | 1 x pengeluaran | Rp 10.000.000 |
Deposito | 30% x (DD – Tabungan) | Rp 33.000.000 |
RD Pasar Uang | 30% x (DD – Tabungan) | Rp 33.000.000 |
RD Campuran Konservatif | 30% x (DD – Tabungan) | Rp 33.000.000 |
Emas / Logam Mulia | 10% x (DD – Tabungan) | Rp 11.000.000 |
Total Dana Darurat | Rp 120.000.000 |
Tentu saja komposisi tersebut hanyalah sebuah panduan untuk QM Planner berdiskusi dengan klien. Komposisi ini masih dapat digeser-geser agar lebih sesuai dengan kondisi masing-masing klien. Dalam beberapa kasus, reksadana campuran konservatif dapat dihilangkan agar dana darurat memiliki komposisi yang lebih konservatif lagi.
Tapi, paling tidak, dari tabel tersebut, Anda bisa melihat bahwa jumlah dana darurat yang Anda miliki sebagian besar akan duduk manis di produk-produk konservatif seperti tabungan, deposito, reksadana pasar uang, dan emas logam mulia. Sehingga jika Anda membutuhkan dana darurat ini, Anda dapat mulai mencairkannya dari layer paling atas.
Sekarang pilihan ada pada Anda. Jika Anda selama ini hanya asyik investasi tapi tidak memikirkan dana darurat, mungkin sekarang saatnya merevisi prioritas tujuan finansial Anda. Anda perlu mewujudkan “cash” dalam portfolio Anda.
Sementara ini, Anda yang sudah memiliki dana darurat dalam jumlah besar dengan komposisi kas yang cantik tentu tidak perlu kebingungan lagi. Anda sudah punya “cash” dalam portfolio Anda.
Jadi, kalau Anda menerima e-mail yang menggembar-gemborkan “cash is king”, jangan buru-buru mencairkan seluruh investasi Anda untuk disimpan di tabungan, ya. Ayo, periksa rencana keuangan masing-masing. Ingat selalu bahwa Anda masih punya tujuan jangka panjang yang dalam pencapaiannya perlu berhadapan dengan risiko investasi.
Cash is king? Terimakasih, sudah punya, kok.
Enak ya, kalau bisa menjawab seperti ini.