Halo planners!
Sudah sebulan anak-anak kembali beraktivitas di sekolah bahkan anak sulung saya pun sudah mulai ulangan harian nih. Biasanya sesaat anak anak kembali ke sekolah, banyak yang memilih untuk mendaftarkan anak ke les yang tersedia, bisa les pelajaran sekolah, les bahasa sampai les hobi seperti balet, musik dan renang. Setiap orang tua pasti akan memberikan yang terbaik bagi anak. Tak jarang, orang tua mendaftarkan berbagai les dengan harapan anak meraih prestasi yang diharapkan orang tua. Semua ini dilakukan dengan harapan anak berprestasi dan memiliki kesempatan lebih besar untuk sukses di masa depan.
Les memang masih menjadi pro dan kontra. Beberapa orang beranggapan bahwa les penting untuk membentuk disiplin anak, membantu anak di mata pelajaran yang kurang dikuasainya dan memiliki kesempatan lebih luas untuk berkompetisi dan berprestasi baik akademis maupun non akademis. Sebagian lagi menganggap les dapat membebani anak sehingga memilih untuk tidak memaksa anak untuk mengikuti les. Saya sendiri termasuk ke dalam golongan orang tua yang menunda memberikan les apabila anak masih bisa mengikuti pelajaran di sekolah. Anak saya juga tidak les hobi karena waktu sekolah yang padat sehingga saat pulang sekolah anak sudah kelelahan.
Tiga hal yang perlu kamu perhatikan sebelum memasukkan anak ke dalam beragam les:
Usia dan Kemampuan Anak
Banyak orang tua terobsesi membuat anaknya terlihat cerdas dibandingkan anak sebaya lainnya. Sehingga sebelum masuk ke sekolah dasar, anak sudah diajarkan membaca, menulis dan berhitung (calistung). Maka sebenarnya usia yang layak untuk mendapatkan les tambahan adalah saat berumur di atas 7 tahun. Kenapa? Karena menurut teori Piaget, anak mulai dapat membedakan logika memadai seperti berhitung. Les tambahan untuk anak diberikan ketika orang tua mengetahui kemampuan anak dalam memahami mata pelajaran tertentu dinilai kurang.
Diskusi Kebutuhan Anak
Kamu tidak perlu terburu-buru memberikan les tambahan untuk anak. Performa belajar yang menurun belum tentu diakibatkan oleh kurangnya kemampuan anak lho. Bisa jadi gaya belajar anak tidak ccok dengan gaya mengajar guru di sekolah. Atau anak terkena bully di sekolah sehingga dia sulit konsentrasi. Kamu juga perlu memperhatikan hubungan dengan anak. Mungkin anak kelihatan bermasalah karena ada hal yang berubah di keluarga seperti berkurangnya fokus orang tua kepada si sulung karena ada bayi yang baru lahir. Kamu bisa mencari tahu bagaimana perilaku anak saat di sekolah kemudian bertanya apa yang bisa orang tua bantu agar anak dapat fokus belajar. Tawarkan les kepada anak sebelum memasukkannya ke les. Apabila anak kurang setuju, hargailah pendapat dan keinginannya.
Biaya Les
Keputusan memberikan les kepada anak datang dengan biaya yang tidak murah. Pastikan anak memang tertarik dan mau secara sukarela untuk mengikuti les.
Sebenarnya komponen biaya les masuk ke dalam pengeluaran bulanan untuk anak. Di dalam pengeluaran untuk anak, ada biaya uang sekolah, uang makan (bila di sekolah ada katering khusus), uang jemputan, dan uang les yang jumlah keseluruhannya tidak melebihi 10% dari nilai penghasilanmu. Jangan sampai karena terlalu fokus agar anak bisa memiliki keterampilan tertentu keuangan bulananmu sampai ngos-ngosan.
Nah, supaya cashflow bulananmu lancar, yuk ikuti kelas finansial online FCOS yang membahas arus kas melalui aplikasi zoom. Atau bagi kamu yang masih penasaran untuk membuat dan mempersiapkan Dana Pendidikan, kamu bisa ikutan elective class Funding Your Dream: Child Education Fund. Jadwal kelas secara lengkap dan pendaftaran melalui event.qmfinancial.com
-Honey Josep-