Setiap Senin QM Financial mengadakan sesi edukasi finansial #FinClic melalu media sosial Instagram dan Twitter @QM_Financial, diikuti oleh Instagram live bersama Ligwina Hananto – lead trainer QM Financial. Bahasan kali ini adalah tentang menikah, solusi atau masalah? Di media sosial memang sedang hangat dibicarakan ‘meme’ terkait anjuran untuk menikah – seolah menikah adalah solusi segala masalah.
Bagi mereka yang sudah menikah, pernikahan bisa jadi solusi, masalah, atau ibadah – tergantung dari sudut mana kita memandangnya. Namun, selepas dari hingar bingar pesta pernikahan, pasangan yang telah menikah tanpa terkecuali akan berhadapan dengan tiga macam masalah. Kita bahas satu per satu ya.
- Urusan uang
Siapa bilang menikah adalah solusi untuk bokek? Justru sesudah menikah, bokeknya akan lebih advance karena ada cicilan rumah. Bahkan ada yang bilang bokek adalah bumbu pernikahan. Hahaha
Salah satu isu paling penting di poin pertama ini adalah tentang nafkah. Dalam Islam, suami wajib menafkahi istri, sehingga penting untuk menikah dengan laki-laki yang bertanggungjawab, memberi nafkah wajib, tanpa syarat. Dalam kondisi khusus di mana suami punya keterbatasan rezeki, istri pun turut menyingsingkan lengan baju.
Isu nafkah menjadi sensitif karena belum tentu suami dan istri punya cara pandang yang sama. Idealnya, visi finansial dibahas jauh-jauh hari, bahkan sebelum menikah. Bukan berarti mereka yang tak sevisi tak boleh menikah, namun tentu akan lebih rentan muncul masalah.
Berdasarkan pengalaman Ligwina Hananto, ada tiga macam skenario pembagian tugas finansial antara suami dan istri.
Skenario pertama. Suami sebagai pemberi nafkah, istri bertugas mengalokasikan penghasilan dari suami ke berbagai pos pengeluaran.
Skenario kedua. Istri bekerja, suami tidak punya penghasilan karena sedang membangun bisnis. Kebutuhan keluarga dicukupi dari penghasilan istri, kebutuhan suami ditransfer ke rekening pribadi suami.
Skenario ketiga. Suami dan istri sama-sama bekerja. Pengelolaan keuangan diatur oleh keduanya dengan pembagian tanggung jawab. Misal, suami bertugas membayar KPR dan uang sekolah anak, sementara istri membayar gaji ART dan belanja bulanan.
Kamu dan pasangan menggunakan skenario yang mana? Tidak ada skenario ideal yang sama untuk setiap pasangan. Dalam perjalanan pernikahannya pun, sangat memungkinkan untuk berganti-ganti skenario. Tak masalah, asal ada diskusi yang baik dari masing-masing pihak.
- Urusan tempat tinggal
Setelah menikah, kamu mau tinggal di mana? Apakah kamu tim tinggal sendiri atau tim tinggal di pondok mertua indah? Silakan saja kalau kalian memilih untuk tinggal dengan orang tua dengan berbagai pertimbangan. Tentu semuanya harus disepakati bersama pasangan.
Pilihan tempat tinggal ini akan sangat mempengaruhi gaya hidup. Gaya hidup berubah, menyesuaikan dengan lokasi rumah. Misal, jika memilih tinggal di pinggiran kota yang harga propertinya lebih terjangkau, tentu ada kebutuhan transportasi yang nyaman. Jika memilih tinggal di tengah kota, ada konsekuensi harga properti yang tinggi, sehingga kita perlu berhemat di pos lain. Mana gaya hidup yang kamu pilih?
- Urusan keluarga
Sudah menonton film Crazy Rich Asians? Di sini dikisahkan, calon mertua tidak menyukai calon menantunya. Sang pria harus memilih, tetap bersama pasangan atau ibunya. Bagaimana kelanjutan kisahnya? Tonton sendiri ya. ☺
Setelah menikah, mau tidak mau kamu harus berhadapan dengan ibu mertua. Dalam budaya kita, pernikahan bukanlah antara seorang pria dan seorang wanita, namun pernikahan seluruh keluarga. You marry the whole family. Jadi tidak mau kamu harus memikirkan seperti apa posisimu di keluarga.
Ligwina Hananto menyarankan agar kita tidak bersaing dengan mertua. Kita justru harus menjadi satu tim dengan keluarga pasangan. Banyak hal yang kita lakukan akan berhubungan dengan keluarga. Misalnya, di mana kita tinggal dan sejauh mana kita ikut menanggung kebutuhan keluarga. Dalam budaya dan adat tertentu, kita harus ikut menyumbang jika ada anggota keluarga besar yang menikah atau meninggal, bahkan terlibat membiayai kebutuhan hidup seluruh keluarga besar.
Urusan pernikahan tidak berhenti di akad dan resepsi semata. Ada banyak urusan penting yang harus diurus. Menikah bisa jadi solusi, masalah, atau ibadah – tergantung ke mana kamu membawa bahtera keluargamu melangkah. Apakah kamu sudah siap?
QM Admin