Sebentar lagi tahun baru Imlek tiba. Menjelang Imlek, biasanya muncul usaha musiman, salah satunya adalah hidangan khas Imlek. Kue lapis adalah salah satu hidangan khas saat Imlek. Katanya supaya di tahun baru, berkah dan rejekinya berlapis-lapis. Selain dinikmati sendiri di rumah oleh anggota keluarga, biasanya kue lapis juga menjadi hantaran kepada kerabat. Oleh karena itu, kebutuhan akan kue lapis meningkat tajam menjelang Imlek.
Peluang usaha musiman ini dimanfaatkan oleh Wenty yang menerima pesanan kue lapis Imlek dengan merek Lin’s Layer Cake. Awalnya, setiap kali Imlek mamanya menerima order kue lapis. Sang mama sendiri mewarisi keahlian dari Nenek.
Sejak SMP, Wenty sudah membantu mamanya membuat kue lapis, dengan iming-iming uang jajan tentunya. Prinsip mamanya, untung tipis tak mengapa, yang penting anaknya belajar bekerja. Di tahun 2009, mamanya memutuskan berhenti membuat kue dan mewariskan semua peralatan dan resep kepadanya. Wenty pun mulai membuka order kue lapis Imlek sendiri.
Perjalanan usaha musiman kue lapis Imlek ini cukup panjang. Dari yang awalnya menggunakan oven listrik yang hanya bisa mengoven satu loyang kue, hingga sekarang bisa punya oven khusus kue lapis. Dari jumlah order hanya 10 loyang, kini baru satu hari buka PO, sudah ada order 53 loyang kue lapis. Namun, proses ini tidak sebentar. Apa yang sekarang dinikmati adalah hasil dari usaha yang terus menerus dan tak kenal lelah.
Kelebihan dan Kekurangan Usaha Musiman
Usaha musiman memang mampu memberikan keuntungan tinggi dalam waktu singkat. Kita asumsikan harga satu loyang kue lapis Rp300.000. Maka omzet dalam satu hari PO sudah mencapai Rp15.900.000. Padahal PO baru dibuka dua minggu sebelum Imlek.
Namun, mengingat periodenya yang sangat singkat, usaha musiman ini tidak bisa dijadikan andalan. Pemilik usaha musiman tentu mempunyai usaha atau bisnis utama. Keuntungan dari hasil usaha sampingan lebih tepat dijadikan alat untuk mencapai tujuan keuangan jangka pendek, misalnya dana liburan, atau untuk mendukung pengembangan bisnis utama.
Bukti Bahwa Modal Uang Bukan Segalanya
Dari kisah Wenty ini terbukti bahwa modal bukan segalanya. Wenty memulai usaha dengan semangat juang yang tinggi. Semangat juang ini diikuti dengan kemampuan yang sudah dipelajarinya sejak kecil. Tak lupa, pengetahuan akan kebutuhan pasar dan akses untuk masuk ke pasar tersebut. Mewarisi usaha dari mamanya, Wenty tentu sudah punya pelanggan setia. Namun, usahanya tidak akan berkembang sebaik sekarang tanpa inovasi tiada henti.
Salah satu inovasinya adalah menambah varian rasa. Dari yang tadinya hanya original, kini kue lapis
Imleknya tersedia dalam empat varian rasa: original, keju, prune, dan almond.
Selain itu, Wenty rajin menjaga hubungan baik dengan pelanggan. Kualitas dan rasa kue selalu terjaga.
Ini membuat pleanggan terus kembali melakukan repeat order.
Terobosan lain yang dilakukan Wenty adalah merambah digital untuk memasarkan produk kue lapisnya.
Sebelumnya, produknya hanya dipasarkan secara tradisional dengan mekanisme gethok tular atau
promosi dari mulut ke mulut. Kini foto Lin’s Layer Cake terpampang cantik di Instagram. Berkat strategi
go digital ini, kue lapis Imleknya makin dikenal dan Wenty mendapatkan pelanggan baru.
Usaha tidak akan pernah mengkhianati hasil. Manisnya usaha musiman kue lapis Imlek juga diikuti usaha yang berlapis. Adakah di antara kalian yang sudah siap memulai usaha?