Bulan puasa sudah hampir separuh jalan. Puasanya apa kabar? :)
Menjalankan ibadah puasa sudah jadi kewajiban setiap umat Muslim. Tantangan puasa ini beda-beda loh untuk setiap orang. Buat kita yang di Indonesia, puasa dimulai sejak Imsak, untuk wilayah Jakarta sekitar jam 04:26 hingga Maghrib jam 17:47. Jadi total puasa sekitar 13 jam.
Bandingkan dengan Amalia Sari yang tinggal di Belanda. Di sana puasanya 19 jam! Apakah kamu sanggup?
Terbatasnya waktu dari buka hingga sahur membuat mereka enggak sempat buka bersama. Berbuka puasa dilakukan di rumah masing-masing. Makan pun enggak bisa banyak-banyak karena waktunya sempit. Hal ini membuat anggaran makan di bulan puasa mereka jauh lebih hemat dibandingkan saat berpuasa di Indonesia. Tapi jangan salah, anggaran makan boleh hemat, tapi online shopping jalan terus. Hahaha.
Beda lagi dengan Teni yang lagi dinas di Papua. Teni dinasnya bergantian di daerah highland dan lowland. Highland itu di Tembagapura, bagian pegunungannya. Di sana dingin banget, Bisa sampai 11ºC. Kalau lowland itu di kotanya, Timika. Di sana panas kayak di Jakarta. Perbedaan suhu yang drastis ini bikin rentan sakit juga loh. Karena sedang berdinas, semua biaya di-cover. Teni pun aman dari ancaman anggaran bocor selama puasa.
Sudah lagu lama ya kayaknya setiap bulan puasa, pengeluaran selalu lebih besar dari bulan biasa. Padahal frekuensi makan di bulan puasa seharusnya berkurang loh. Dari yang tadinya 3 kali sehari plus camilan dan ngopi-ngopi cantik, sekarang jadi 2 kali sehari saat sahur dan berbuka. Bahkan ada yang punya kebiasaan puasa tanpa sahur. Harusnya ngirit dong ya.
Jadi apa dong yang bikin pengeluaran saat bulan puasa jadi tambah boros?
Versi pertama: lapar mata
Ternyata saat puasa, kita merasa sudah menahan diri. Nah, saat berbuka jadi semacam perayaan kecil. Ingin makan apa pun aja, dituruti. Udah kayak ngidam.
Yang sayang itu kalau ‘lapar mata’: beli banyak jajanan dan makanan untuk berbuka. Mulai dari es teler, bakwan, cireng sampe nasi goreng. Padahal saat berbuka gak bisa makan banyak-banyak kan? Udah boros, sisa makanannya dibuang pula. Sayang kan?!
Versi kedua: badai bukber
Bulan puasa identik dengan buka bersama. Senin buka bersama keluarga besar. Selasa buka dengan anak-anak kantor. Rabu dengan alumni kampus. Kamis sama alumni SMA. Jumat buka bareng tetangga kompleks. Gitu aja terus sampai lebaran! Hihihi.
Undangan bukber di bulan puasa memang banyak. Tapi gak semuanya harus didatengin kok. Coba bayangkan kalau setiap kali bukber kamu harus keluar ongkos Rp50.000-Rp100.000. Dengan frekuensi bukber 3 kali seminggu saja kamu harus menyiapkan dana Rp600.000-Rp1.200.000. Itu baru ongkos makan. Belum ongkos transportasinya. Banyak kan!
Versi ketiga: udah sibuk belanja buat persiapan Lebaran padahal THRnya belum masuk ke rekening
Kalau sudah punya tabungan Lebaran sih bebas ya belanja. Tapi kalau belum, duitnya pakai penghasilan bulanan dong? Pantes aja bokek! Hihihi.
Jadi gimana dong biar pengeluaran bulan puasa ini gak bocor?
Bikin anggaran. Anggaran makan di bulan puasa = bulan biasa
Pertama, sepakati dulu bahwa pengeluaran bulan puasa seharusnya sama aja kayak bulan biasa. Cuma jam makannya aja yang diganti.
Jadi harusnya anggaran makan di bulan puasa sama seperti bulan biasa. Misal anggaran makan keluargamu Rp500.000 seminggu. Makan di luar Rp1.000.000 sebulan. Total anggaran makan per bulan Rp3.000.000.
Saat puasa, breakdown anggaran ini jadi dana untuk sahur dan berbuka selama bulan puasa. Bukber pakai anggaran makan di luar. Jadi maksimal frekuensi bukbernya 10 x @Rp100.000. Sila buat skala prioritas bukber. Sisanya buka di rumah.
Buat prioritas buka bersama
Pilih bukber bareng mereka yang memang dekat di hati. Utamakan buka bersama barengan keluarga dan teman-teman dekat yang sudah seperti keluarga sendiri. Kalau bisa pilih lokasinya juga dekat dari kantor atau rumah.
Jadi bisa irit di transportasi. Udah gitu, gak kena macet lagi.
Bikin menu mingguan dan daftar belanja untuk masak di rumah
Bulan puasa seharusnya membuat kita lebih mendekatkan diri pada keluarga. Itulah kenapa kantor-kantor pulang lebih cepat, biar karyawannya bisa berbuka di rumah.
Biar hemat, bikin menu makan mingguan. Kemudian belanja berdasarkan menu yang sudah disusun. Dengan begini, kita akan fokus berbelanja hanya yang ada dalam list, gak mudah lapar mata dengan segala macam promo di tempat belanja di bulan puasa.
Saat masak di rumah, semua bahan bisa termanfaatkan. Sisa makanan pun masih bisa diolah jadi menu sahur atau berbuka. Jadi, gak ada bahan dan makanan yang terbuang sia-sia.
Belanjanya tunggu THR aja
Belanjanya kapan? Tunggu THR masuk rekening dulu ya. Jangan belanjakan uang yang tidak atau belum kamu punya. Kecuali kamu udah punya tabungan khusus buat belanja di hari raya ya.
Semoga lagu lama bulan puasa bikin kantong bocor tidak kembali terdengar ya! Kamu bisa ikuti cerita finansial seru lainnya di #FinClic, setiap Senin jam 07.00 pagi di Twitter & Instagram @mrshananto.
Fransisca Emi/ financial trainer
Related Posts
1 Comment
Leave a Reply Cancel reply
This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.
[…] kalau tahun kemarin kita harus memiliki anggaran khusus untuk bukber lantaran cukup bikin dompet kewalahan, tahun ini anggaran ini mungkin bisa dialihkan untuk menyusun menu sahur dan buka sendiri di […]