Hai, QM readers! Adakah dari kamu yang memiliki bisnis sendiri?
Profesi wirausaha alias entrepreneur memang akhir-akhir ini semakin banyak ditekuni. Selain berdampak sosial positif karena membuka lapangan pekerjaan, menjadi wirausahawan juga sering diasosiasikan dengan fleksibilitas waktu dan tempat bekerja, bisa menekuni passion yang dimiliki dan belajar secara utuh mengenai skill manajemen dan bisnis.
Keren lah pokoknya kalau bisa jadi pengusaha!
Untuk kamu para pemilik bisnis, terutama bisnis dengan skala relatif kecil, cashflow memang nyaris selalu menjadi bahasan utama. Bagi bisnis kecil, cashflow adalah napas si bisnis itu sendiri.
Komponen cashflow adalah saldo cash dan Account Receivables (piutang).
Ternyata, cukup banyak jenis usaha berklien besar, terutama penyedia jasa, yang mengalami isu klasik: invoice belum cair! Artinya, pemilik bisnis terpaksa ‘menalangi’ operasional bisnis.
Nah, karena sedemikian klasiknya, artinya masalah ini perlu diantisipasi dan dicari solusinya, kan? Yuk, simak langkah-langkahnya!
1. Periksa pola pengeluaran bisnismu
Apakah ada cara lain yang lebih efisien? Atau dengan kata lain, sebisa mungkin turunkan pengeluaran operasional bisnismu, terutama yang tidak langsung berhubungan dengan penjualan.
Eh, ini artinya kamu wajib hukumnya punya laporan keuangan, lho ya! Setidaknya, dalam bentuk catatan sederhana perhitungan keuangan bisnis, terpisah dari keuangan pribadi.
2. Diskusikan tentang sales (penjualan)
Walaupun tidak mudah, temukan cara untuk meningkatkan sales yang bersifat cash atau yang memiliki jangka waktu jatuh tempo relatif pendek, agar ada dana segar yang masuk untuk pembiayaan operasional bisnismu
3. Langkah terakhir, namun seringkali terpaksa dilakukan adalah meminjam uang (utang)
Sebagai catatan, langkah ini tidak selalu berkaitan langsung dengan masalah cashflow, bisa jadi utang bisnis dilakukan untuk pengembangan usaha.
Berhutang pun ada berbagai pilihannya. Mulai dari meminjam ke keluarga, saudara atau teman. Risikonya bukan nggak ada, lho! Berdasarkan pengalaman, nggak sedikit hubungan pertemanan atau persaudaraan merenggang karena urusan uang. Karenanya, banyak orang sangat berhati-hati dengan hal ini.
Pilihan lainnya adalah meminjam uang ke bank dengan menggadaikan aset. Sayangnya, seringkali persyaratan administratifnya cukup banyak dan prosedurnya memakan waktu.
Alternatif terbaru yang saat ini sedang happening seiring dengan berkembang pesatnya teknologi dan start-up khususnya di bidang financial technology (fintech) adalah peer-to-peer (P2P) lending.
Ada beragam jenis pinjaman yang dikenal, mulai dari dari invoice financing, micro loans ataupun gadai. Invoice financing atau pembiayaan berbasis invoice pada dasarnya adalah pinjaman yang menjaminkan invoice yang dibayar mundur oleh klien. Micro loans, sesuai namanya, adalah pinjaman dalam skala kecil, sementara gadai adalah penjaminan aset untuk memperoleh pinjaman.
Apapun pilihanmu, nggak ada yang salah dengan berhutang, dengan satu syarat: tahu cara bayarnya!
Invoice belum cair? Nggak masalah! Yuk, ah! Semoga sukses dengan #bisniskecilmu!