“Labbaik Allahumma Labbaik, labbaika laa syarika laka labbaik. Innal hamda wa ni’mata laka walmulk, laa syarika laka”
Merinding, sedih sekaligus terharu ketika mendengar bunyi kalimat talbiyah yang mengingatkan saya akan sebuah cita-cita yang belum tercapai dan sangat saya nanti-nantikan.
Cita-cita tersebut adalah memberangkatkan Emak (panggilan ibu saya) pergi haji. Berawal ketika saya kecil, setiap bulan Zulhijjah, di kampung tempat tinggal saya ada tradisi menyalakan petasan untuk orang-orang yang akan menunaikan ibadah haji. Selain itu, disiapkan juga mobil, bahkan bis untuk mengantar mereka. Kesempatan itu dimanfaatkan juga oleh Emak, yang meyakini bahwa kalau kita sering ikut mengantarkan dan mendoakan orang yang akan pergi haji, maka kita pun akan ‘ketularan’ dan juga berkesempatan ke Tanah Suci untuk pergi haji.
Melaksanakan ibadah haji adalah Rukun Islam yang kelima, untuk mereka yang mampu. Secara ekonomi, biaya haji tidaklah murah. Seingat saya, tetangga-tetangga di kampung harus menjual tanah yang mereka miliki untuk pergi haji. Keluarga saya tergolong sederhana, jadi pergi haji sepertinya hanya angan-angan dan mimpi belaka.
Alhamdulillah, di tahun 2007 saya diterima bekerja di QM Financial dan belajar lebih banyak tentang mengatur keuangan untuk mewujudkan mimpi menjadi kenyataan. Pola pikir saya pun berubah dan justru saya semakin bersemangat untuk mewujudkan cita-cita saya. Bahwa di mana ada kemauan, di situ pasti ada jalan.
Ini pun tertulis di Al Quran (13:11), “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa yang ada pada diri mereka.”
Inilah langkah-langkah yang saya lakukan.
1. Niat (Tujuan). Tetapkan tujuan (niat) agar lebih fokus dan termotivasi.
2. Cari informasi tentang haji.
Jasa untuk keberangkatan, bisa pendaftaran langsung ke Kementrian Agama, KBIH (Kelompok Bimbingan Ibadah Haji), atau biro perjalanan Haji dan Umroh.
Sementara biaya yang diperlukan terdiri atas DP (down payment) dan biaya haji, dana untuk walimatus safar, uang saku selama perjalanan haji, dan dana oleh-oleh untuk sanak keluarga dan kerabat.
3. Target. Ketahui berapa lama jangka waktu yang diperlukan dan nominal yang diperlukan untuk Dana Haji tersebut.
4. Action! Mulai menyisihkan dana yang dibutuhkan ke rekening tabungan atau investasi.
Tahun 2016 ini adalah tahun ke-5 kami menunggu kuota haji. Mudah-mudahan di tahun 2017, Emak bisa berangkat haji, sehingga cita-cita saya selama ini tercapai. Juga saya dan suami bisa menyusul Emak untuk menunaikan rukun Islam yang ke-5 ini. Aamiin, Insya Allah.
Semoga bermanfaat!
Marhaini (Aay) / Finance Officer