Suatu hari, saya ngobrol dengan beberapa teman kantor yang sedang menyiapkan pernikahan. Setidaknya ada lima orang yang akan melepas masa lajangnya hingga pertengahan tahun ini.
Obrolan kami nggak jauh-jauh dari kesibukan persiapan pernikahan, tentunya. Saya masih ingat betul, ketika menyiapkan pernikahan, perasaan bahagia, khawatir, harap-harap cemas, stres dan capek, semua campur aduk menjadi satu.
Di tengah obrolan, tanpa bermaksud sok tahu, saya melemparkan pertanyaan:
“Udah pada medical check up belum? Kan nikahnya udah tinggal sebulan lagi.”
“Udah diskusi tentang utang-piutang dan bagaimana mengatur keuangan setelah menikah nanti?”
“Pernah konsultasi sama teman atau pengacara buat bikin surat perjanjian pranikah?”
Tidak terlalu mengejutkan memang, ketika kebanyakan dari mereka menjawab “belum.” Respon yang lebih mengejutkan adalah ketika mereka balik bertanya, “Eh, masa sampe segitunya? Emang lo nggak yakin sama pasangan lo?” #lah!
Maka, artikel ini saya dedikasikan untuk teman-teman yang sedang merencanakan pernikahan, baik di tahun ini atau tahun-tahun ke depan.
Orang bilang, kehidupan pernikahan sesungguhnya baru dimulai ketika gemerlap pesta pernikahan telah usai. Pertanyaannya, sudahkah kita benar-benar siap menjalankan hidup berumah tangga dan membangun sebuah keluarga? Coba deh, jika pesta pernikahan yang hanya berlangsung beberapa jam membutuhkan waktu persiapan selama 3 bulan, 6 bulan atau bahkan satu tahun, maka persiapan apa yang sudah dilakukan untuk mengarungi bahtera pernikahan sepanjang sisa hidup kalian nanti?
Pada dasarnya, pernikahan menyatukan dua orang berbeda dalam satu tujuan. Karenanya, wajar jika ada beragam benturan, seperti perbedaan pendapat, perselisihan dan potensi konflik lainnya. Namanya juga dua kepala yang berbeda, kan.. belum lagi jika ada campur tangan keluarga.
Nah, inilah 3 hal yang sering terlupakan, padahal wajib dilakukan sebelum pernikahan!
1. Pemeriksaan kesehatan (pre-marital check-up) sebagai modal
Tujuan pemeriksaan kesehatan ini bukan untuk menakut-nakuti, namun justru sebaliknya. Hasil pemeriksaan kesehatan ini menjadi dasar untuk mengambil keputusan untuk rencana-rencana ke depan setelah menikah.
Seperti kisah seorang teman saya yang berencana untuk segera memiliki anak setelah menikah. Setelah melakukan check-up, ternyata ditemukan kista di rahim. Segera, ia memutuskan untuk melakukan terapi dan tindakan untuk menghilangkan kista tersebut. Setahun setelah saya menghadiri resepsi pernikahan mereka, saya bertemu lagi dengan pasangan tersebut dan bayi mereka yang baru berusia kurang dari 2 bulan.
Di berbagai forum diskusi pernikahan pun banyak dibahas keuntungan dari pre-marital check-up, tes apa saja yang perlu dilakukan, rekomendasi tempat untuk melakukan pre-marital check-up, dan berapa biaya yang diperlukan. Silakan cek salah satu diskusinya di forum ini.
2. Financial check-up sebagai investasi
Jauh sebelum memutuskan menikah dengan pasangan, kita memiliki kehidupan masing-masing. Dua orang dengan karakter, kebiasaan dan gaya hidup yang berbeda. Nah, setelah menikah, dua orang ini akan tinggal dalam satu atap, tentunya dengan harapan untuk hidup bahagia bersama selamanya. Maka, sepanjang sisa hidup itulah, kita akan berbagi waktu, berbagi kesenangan dan kesedihan, berbagi masalah dan kekecewaan, berbagi penghasilan dan rezeki, dan seterusnya.
Percaya atau tidak, ternyata diskusi tentang keuangan seringkali diabaikan oleh pasangan yang akan menikah. Kebanyakan merasa segan, gengsi atau malah takut menyinggung perasaan pasangan. Nggak mau kan, terkaget-kaget nantinya karena pasangan ternyata memiliki utang yang cukup besar? Atau ternyata dia harus menanggung biaya hidup keluarganya? Atau yang kelihatannya sederhana, apakah calon suami kamu tahu, bahwa biaya perawatan kecantikan dan penampilanmu bisa menghabiskan budget jutaan rupiah per bulannya? Kalau setelah menikah, sang istri memutuskan (atau mungkin malah diminta oleh suami) untuk tidak lagi bekerja, bagaimana dengan kebutuhan gaya hidupnya?
Di sinilah kompromi dibutuhkan. Bicarakan baik-baik dan sejelas-jelasnya sebelum menikah. Rencanakan bersama penyesuaian gaya hidup setelah menikah, termasuk tujuan finansial bersama. Apakah ingin langsung punya anak atau fokus pada karir? Bagaimana cara melunasi utang atau memberikan bantuan pada keluarga? Apakah perlu mengambil cicilan rumah atau mobil baru? Semuanya bisa direncanakan dengan baik, kok. Buang jauh-jauh perasaan tidak enak, malu apalagi gengsi. Cari informasi dan referensi sebanyak mungkin, bisa melalui teman, saudara, ataupun artikel di internet. Agar diskusi bisa berjalan lebih objektif dan netral, menggunakan jasa independent financial planner bisa menjadi pilihan.
Melalui financial check up, kita akan melihat kenyataan sesungguhnya dari kondisi keuangan kita dan pasangan. Berubahnya status dari lajang menjadi menikah mengharuskan kita tidak lagi hanya memikirkan diri sendiri, namun juga tentang pasangan dan tujuan bersama yang ingin dicapai di masa depan Percaya deh, terbuka tentang kondisi finansial sebelum menikah akan meminimalkan masalah di kemudian hari. Anggap saja seperti investasi untuk kebahagiaan pernikahan nantinya.
3. Perjanjian pranikah (prenuptial agreement) sebagai antisipasi
Nah, ini mungkin adalah poin yang tidak terlalu populer. Banyak orang mengatakan, memiliki perjanjian pranikah seolah-olah bersiap untuk kemungkinan buruk, yaitu perpisahan.
Padahal, perjanjian pranikah (prenuptial agreement) justru lebih banyak manfaatnya, lho! Perjanjian pranikah mengantisipasi beragam hal di masa depan yang memang tidak kita harapkan. Perpisahan mungkin salah satunya. Tetapi ada banyak kemungkinan lain, misalnya apabila pasangan kita berwirausaha, lalu terkena musibah dan perusahaannya harus menanggung utang. Silakan baca lebih lanjut tentang manfaat perjanjian pranikah, salah satunya di artikel ini.
Buka wawasan dan pikiran demi kebaikan bersama, dan gunakan perjanjian pranikah sebagai antisipasi dan solusi untuk kemungkinan terjadinya hal-hal yang tidak kita inginkan, namun tidak bisa kita kendalikan.
Pernikahan adalah sebuah perjalanan untuk beradaptasi dengan pasangan, seumur hidup kita. Bahkan lamanya waktu pacaran pun bukan jaminan sebuah pernikahan akan berjalan dengan mulus dan adem-adem saja. Sebagai newbie dalam dunia persuami-istrian, tentu saja saya tidak bisa memberi tips agar pasangan tetap langgeng dan bahagia selamanya. Namun saya sadar, bahwa fase penyesuaian sudah harus dimulai bahkan sebelum hari pernikahan. Beruntung, saya dan pasangan berpikiran sama, sehingga kami tidak ragu-ragu untuk melakukan ketiganya.
Untuk teman-teman yang sedang menyiapkan pernikahan dan kebetulan sedang membaca artikel ini, silakan renungkan baik-baik, kemudian diskusikan dengan pasanganmu. Bila perlu, mintalah bantuan kenalan, teman, atau bahkan ahlinya, untuk memberi masukan agar persiapan kalian berjalan lancar.
Semoga bermanfaat!
Kristin Amelina
A Chef by Heart at www.kristinamelina.com
Artikel terkait:
Related Posts
1 Comment
Leave a Reply Cancel reply
This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.
Info dari artikel ini sangat menarik, pastinya banyak yg belum tau persiapan penting sblm menikah.
http://www.anariasouvenir.com