“Beb, tahu gak ini hari apa?”
Suami gue mengernyitkan dahi sambil mulut dimonyong-monyongin saking bingungnya, karena biasanya kalau seorang istri sudah tanya hal-hal yang simple tapi tatapan penuh misteri, biasanya ada jebakan di ujungnya. Tapi…dia sudah belajar dari pengalaman jadi dengan tatapan penuh keyakinan dia bisa jawab pertanyaan gue.
“Happy 1st Wedding Anniversary!”
Jadi pernikahan gue sudah satu tahun..tapi kok kaya ada yang kurang ya? Semua berjalan lancar, hampir gak pernah ada pertengkaran keluarga, perubahan diri dan kebiasaan-kebiasaan baru saling melengkapi tapi gue merasa ada yang salah.
Satu tahun pernikahan, daaaan kami belum punya aset apa-apa!
Banyak yang bilang hal ini wajar karena baru menikah jadi masih senang-senang bolehlah, eh tapi mungkin itu berlaku kalau usia masih muda dibawah 25 tahun dan masih punya banyak waktu untuk mengumpulkan tabungan dan membeli aset. Bagaimana kalau usia sudah diatas 30 tahun? Nah mikir kan? Dana Darurat tidak memadai, boro-boro Dana Liburan, Dana Persiapan Pensiun aja belum dimulai. Jadi apa yang salah? Karena kami telat menikah? Bukan!
Gue coba telusuri lagi apa yang salah dengan keuangan gue, kami masih belum punya anak lho tapi kok kayanya gak bisa nabung. Gue rajin kok bikin catatan pengeluaran keluarga, bahkan sehari setelah gaji diterima gue langsung bikin estimasi pengeluaran mana yang rutin mana yang untuk sehari-hari dan mana yang untuk senang-senang. Sekali lagi jadi salahnya di mana?
Ternyata gue bukan orang yang bisa menahan diri, mengendalikan diri itu susah banget apalagi di depan loe ada restoran enak yang lagi promo diskon. Gue itu hobinya makan, dalam seminggu bisa jajan di luar rumah hampir 5x dan tanpa sadar menggunakan uang yang seharusnya untuk kepentingan lain ujung-ujungnya suami akan bilang “makanya hemat dong Beb!”.
Berbeda dengan suami gue, dia itu tipe orang yang bisa menyimpan uang. Terkadang ketika kebanyakan orang menyebutnya tanggal tua, gue biasanya suka dapat uang tambahan dari suami. Kesalahan gue adalah menganggap bahwa itu uang “lebih” yang bisa dipakai untuk senang-senang! Akhirnya saldo tabungan gak pernah nambah!
Terus gimana?
Gue musti ubah sang eksekutor, gak semua istri bisa menjadi menteri keuangan keluarga, terkadang suami juga perlu diikutsertakan. Jadi memasuki tahun 2015 kami mulai babak baru…dengan Papa Boss. Kerjasama yuk, siapa yang mencatat dan siapa yang eksekusi uangnya lari kemana saja.
Lagipula, gak ada aturan pakem yang mewajibkan kalau istri yang jadi menteri keuangan dalam rumah tangga bukan? Yang terpenting dari masalah keuangan rumah tangga adalah selalu bersikap terbuka dan selalu mendiskusikan segala hal yang menyangkut keuangan.
Jadi jangan bangga menikah bertahun-tahun…tapi gak punya tabungan atau aset! HEHEHE
Risma P | @Rismeh | Sales