Itu pertanyaan yang dahulu sering saya dapatkan sebagai Account Officer di sebuah perusahaan sekuritas di Bandung. Warga Bandung pada saat itu banyak yang belum paham berinvestasi di saham. Umumnya mereka lebih suka menyimpan uang di tabungan atau deposito. Saat itu, orang yang punya duit “berlebih” memilih berinvestasi di perusahaan berjangka. Seperti yang kita tahu, investasi di tabungan atau deposito dan futures memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Deposito dan tabungan dianggap sebagai instrumen investasi paling aman, tapi return sangat rendah. Sedangkan futures memiliki karakteristik risiko tinggi tapi dengan return yang sangat tinggi pula.
Untuk mengubah mindset orang yang terbiasa berinvestasi pada dua instrumen tersebut tentulah tidak mudah. Bagi orang dengan profil resiko konservatif dan terbiasa menyimpan uang di deposito, diperkenalkan dengan reksadana. Diharapkan setelah mereka mengerti risiko dan manfaatnya, dapat meningkatkan investasinya ke saham. Namun untuk orang yang terbiasa mendapatkan return tinggi, agak memandang sebelah mata kepada produk reksadana. Maka mereka diperkenalkan ke produk saham. Diharapkan nantinya mereka dapat mendiversifikasi risiko ke saham maupun reksadana.
Pastinya yang mereka tanyakan adalah apa untung ruginya investasi di saham? Keuntungan berinvestasi di saham antara lain Capital Gain yaitu keuntungan yang didapat apabila ada harga jual lebih tinggi dari harga beli. Misalnya Anda membeli saham seharga Rp1000 lalu dijual Rp1100, maka kita mendapat capital gain 100 per lembar saham. Yang kedua adalah Deviden, yaitu pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan kepada pemengang saham.
Sedangkan kerugian berinvestasi saham adalah Capital Loss, yaitu kerugian yang didapat apabila Anda menjual saham lebih rendah dari harga beli. Yang kedua Risiko Likuidasi, yaitu risiko apabila perusahaan yang sahamnya Anda beli dinyatakan pailit atau dibubarkan. Apabila ini terjadi, pemegang saham mendapat prioritas terakhir setelah seluruh kewajiban perusahaan dilunasi.
Analis saham menentukan saham mana yang layak dikoleksi berdasarkan analisa teknikal dan fundamental. Menurut saya lebih baik analisa fundamental, yang mempertimbangkan reputasi perusahaan, kinerja, prospek berkembang, sehingga diharapkan uang yang diinvestasikan akan tumbuh di masa depan. Analisa tehnikal selain lebih rumit juga membutuhkan jam terbang dan pengamatan, sedangkan analisa fundamental bisa dilakukan dengan common sense saja :) Meskipun banyak juga yang membeli saham karena spekulasi tanpa dasar fundamental atau tehnikal yang kuat, hanya berdasarkan rumor. Kalau rumor benar Anda untung, kalau sebaliknya ya rugi. Berbeda dengan futures yang kalau rugi modal awal yang disetor bisa hilang. Kalau saham, pada saat rugi dan Anda tidak melakukan penjualan saham, dinamakan unrealized losssehingga Anda masih bisa menunggu harga saham tersebut naik kembali.
Sehingga menurut saya bermain saham bukanlah judi selama memiliki dasar fundamental ataupun tehnikal pada saat membeli saham. Untuk itu sebagai pemegang saham dituntut untuk mengikuti perkembangan perusahaan yang sahamnya Anda miliki, sehingga kalau terjadi sesuatu, Anda dapat meminimalisasi risiko kerugian.
Selamat mencoba :)
AuliaIsti|CRO|@auliaisti
*artikel terkait “Saham Bagi Pemula“