*gambar diambil dari www.setneg.go.id
Jujur, semalaman saya nggak bisa tidur memikirkan deadline untuk menulis blog ini, belum dapat inspirasi yang bertema kemerdekaan tapi nyerempet-nyerempet ke financial planning.
Akhirnya saya melanjutkan buku yang sedang saya baca, judulnya “The Happiness Project” karya Gretchen Rubin, dengan harapan jadi ngantuk dan bisa tidur.
Sampai di bab yang berjudul “Buy Some Happiness”, a sentence hit me like a thunderstruck!
Kalimat itu bunyinya begini: “Money, It’s good servant but a bad master.”
Saking setujunya, itu kalimat saya merah-merahin pake pensil warna. Seberapa banyakkah dari kita yang “diperbudak” oleh uang?
Kebanyakan dari kita beranggapan bahwa semakin banyak uang yang dihasilkan seseorang, semakin bahagia hidupnya.
Nggak perlu munafik. Seandainya bisa memilih, pasti kita ingin punya uang banyak kan?
Karena menjadi “golongan berduit” memberikan banyak kemudahan. Orang berduit cenderung lebih percaya diri, mendapatkan lebih banyak kesempatan dalam hidup, cenderung lebih dihormati, dan lebih mudah dalam mendapatkan keinginannya.
“Lah, terus gue gimana dong? Gue nggak kaya dan gaji biasa-biasa aja, apa gue nggak berhak bahagia?”
Sebelum kita mulai mengeluh dan ngomel-ngomel bahwa hidup ini tidak adil, izinkan saya bertanya pada Anda.
“Pernah dengar yang namanya Financial Planning?”
Tidak, financial planning tidak menjanjikan untuk membuat anda jadi orang kaya!
Financial planning is planning a better you, which means the happier version of you.
Financial planning membantu kita lebih bahagia dengan apa yang kita punya sekarang. Financial Planning membantu mengubah peranan uang yang sebelumnya “bad master” menjadi “good servant”
Yang terpenting bukanlah berapa banyak uang yang bisa kita hasilkan, tetapi seberapa banyak yang bisa kita simpan dari penghasilan.
Ada lho orang yang penghasilan perbulannya puluhan juta, tapi tabungannya nol malah jebol karena ada utang kartu kredit. Ujung-ujungnya jadi nggak happy!
Ada juga yang penghasilannya biasa-biasa saja, tapi rutin menabung 10% dari penghasilannya setiap bulan. Hasilnya? Dana pensiun aman dan bebas utang.
Merdeka banget deh hidupnya :)
Contohnya “money as bad master”:
- Uang dianggap sebagai tujuan.
- Bekerja supaya dapat uang. Mencalonkan diri jadi pejabat negara biar gampang dapat uang. Berinvestasi supaya uangnya berlipat ganda, saat pasar anjlok langsung stres!
- Jadi pelit.
- Malas bersedekah, pura-pura lupa bayar zakat, tidak mau menolong saat keluarga butuh bantuan. Semuanya karena takut kehilangan uang.
- Spending money that you don’t have.
- Kalau ingin beli apa-apa tinggal gesek kartu kredit. Tiap terima tagihan langsung deg-degan, ga berani buka amplopnya. Ingat lho, berutang merupakan cara kita menjajah diri sendiri! Makan tak enak, tidur pun tak tenang.
- Korupsi.
- Menurut Anda, seorang oknum nonton pertandingan tenis di Bali sambil mindik-mindik pake wig itu karena apa? Apakah pada akhirnya dia bahagia? Menurut ngana?
Lalu, apa contohnya “Money as good servant”? Buanyaaakk! Nih, diantaranya:
- Uang sebagai alat untuk memenuhi tujuan.
- Tujuan apa saja? Dana Pendidikan Anak, sehingga pada saat butuh bayar uang pangkal sekolah anak ga perlu ngutang kanan kiri. Dana Pensiun, supaya pada saatnya tiba uangnya sudah ada dan tidak perlu menggantungkan hidup pada anak atau anggota keluarga lain. Tujuan tiap orang beda-beda. Makanya kita semua butuh PLAN biar tau tujuannya apa saja dan bagaimana cara mencapainya.
- Menyisihkan bonus tahunan atau THR untuk bayar premi asuransi jiwa (untuk yang punya tanggungan) dan asuransi kesehatan.
- Seharusnya tidak ada lagi pemikiran, “kalau terjadi apa-apa sama gue, anak istri gue makan apa?” Membeli perlindungan berupa asuransi jiwa dengan uang pertanggungan yang cukup sebagai “warisan” untuk keluarga merupakan salah satu bentuk tanggung jawab. Peace of mind adalah salah satu bentuk kemerdekaan lho!
- Dana Darurat.
- Jika terjadi hal-hal tidak terduga, misalnya di-PHK, punya simpanan berupa dana darurat yang cukup untuk bekal hidup sambil mencari pekerjaan baru.
- Dana senang-senang!
- Nggak cuma buat memenuhi hal yang wajib-wajib saja kok. Tiba-tiba pengen memanjakan diri dengan beli sepatu mahal tanpa bikin bangkrut? Coba menabung Rp 100.000 setiap bulan. Di akhir tahun kita punya Rp 1.200.000 buat beli sepatu bermerek idaman. Duitnya masih kurang? Ya bolehlah ambil sedikit dari bonus atau THR. Yay! Expensive splurge, without the guilt because you deserve it! Rasanya merdeka sekali :)
See? Tidak semua orang bisa jadi kaya raya, tapi semua orang bisa bahagia asal mau berusaha dan tau caranya. Banyak potensi diri yang bisa digali dengan merencanakan keuangan kita sendiri :)
Sekarang saatnya kita membantu “memerdekakan” orang-orang di sekitar kita misalnya dengan membantu menyekolahkan anak asisten rumah tangga.
Tidak harus langsung jadi philanthropist seperti Oprah. Setidaknya mulai dengan orang-orang terdekat kita.
Melihat kenyataan “fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh Negara” (UUD 1945 pasal 34 ayat 1) tidak terlaksana memang bikin gemas! Tapi kalau kita sudah merdeka dan kuat secara finansial, bersama-sama kita bisa menegakkan UUD 1945 pasal 34 ayat 1 ini.
Makanya, dimulai dari diri sendiri dulu. Kalau diri sendiri masih belum merdeka, gimana mau memerdekakan orang lain. Ya, nggak?! ;)
Gebby Ayala| CRO| @ayalagebby