Sekitar tiga minggu yang lalu, gue ketemu calon klien yang bilang kalau dia baru saja membeli sekardus buku. Sekardus? Ya, begitu yang gue dengar. Tepatnya buku dengan judul berbeda-beda yang kalau digabungin jadi satu, bisa memenuhi satu kardus. Gak gue tanya lagi sebesar apa kardusnya. Pertanyaan gue lebih ke alasan kenapa belinya sekaligus kalau nantinya hanya bisa dibaca satu per satu. Dia menjawab kalau buku adalah salah satu hobinya yang harus terpenuhi. Tidak jadi masalah kapan bacanya, yang penting buku sudah di tangan.Nah, jika lo punya hobi yang sama seperti klien ini, will you do the same?
Banyak orang yang akan melakukan apa saja demi hobi. Sebut saja mereka yang suka dengan gadget. Setiap ada produk baru, biasanya langsung beli. Kalaupun tidak, produk itu sudah masuk dalam daftar incaran. Begitu juga yang hobinya traveling. Besar kemungkinan daftar lokasi atau negara idaman sudah tersusun rapi di jadwal liburannya. Calon klien yang tadi gue ceritakan rela merogoh kocek lebih besar untuk membeli buku sekardus. Kebetulan gue punya hobi yang sama seperti si klien ini. Bedanya gue belum pernah beli buku sampai satu kardus J.
Hobi memang dapat menjadi salah satu cara untuk menenangkan pikiran dan perasaan.Tentu ada kepuasan tersendiri jika dapat melakukan hal yang kita senangi, apalagi kalau itu hobi. Tapi, ternyata banyak juga yang melakukan hobi tanpa menyiapkan dananya. Gue sendiri baru sadar akan hal ini setelah ketemu seorang perencana keuangan. Jangankan untuk hobi, untuk kepentingan yang jauh lebih penting seperti dana darurat saja gak pernah gue pikirkan.Mungkin karena saat itu gue masih single, jadi mengeluarkan 10-15% dari penghasilan untuk suatu hobi bukanlah hal yang berat. Di sebuah rencana keuangan, hobi ada di pengeluaran pribadi. Dalam pos ini ada juga pengeluaran untuk belanja baju, sepatu, salon, olah raga, gadget, TV cable dan masih banyak lagi. Idealnya sih, total pengeluaran pos ini cukup 20% dari penghasilan. Nah, setengahnya saja sudah gue pake buat hobi, jadi untuk yang lainnya perlu dibatasi.Mau gak mau harus memilih. Kalau terlalu besar ke buku, gue gak bisa lagi sering-sering ke salon atau belanja. Yang ini memang bukan hobi gue, tapi sebagai perempuan kayaknya gak asyik banget kalau gak bisa nyalon dan belanja ;)
Gue baru memutuskan untuk mengurangi pengeluaran buku setelah menikah. Kalau tidak, pos ini akan cenderung membengkak karena kebetulan suami juga punya hobi yang sama. Untuk menyiasatinya, gue dan suami sepakat untuk secara regular menyisihkan beberapa rupiah di pos terpisah. Pos ini khusus untuk beli buku. Selama dana di pos ini ada, kita bebas beli buku. Kalau posnya kosong, gak beli buku dulu. Terus terang kesepakatan yang gue buat sama suami ini juga baru berjalan beberapa bulan lalu. Sebelumnya, yang lebih sering gue diskusikan hanya biaya-biaya rumah tangga saja. Ternyata, pengeluaran untuk hobi juga sangat penting untuk disiapkan dan didiskusikan.
Tak bisa dipungkiri bahwa hobi memang bisa saja membuat pengeluaran membengkak. Supaya ini tidak terjadi, mari kita siapkan saja dananya. Cara yang gue dan suami lakukan sangat sederhana tapi cukup efektif.Tentu saja tetap perlu disesuaikan dengan isi kantong kita. Jangan sampai dana rumah rumah tangga atau dana pendidikan anak yang jauh lebih penting tersedot ke sini.
So guys, fund your hobby coz it’s fun!
Yani Sudoyo/ Sales Department/@mwyantje